Dec 28, 2005

Lari


Telaah semua jerat yang lingkupi kita. Adakah masih kau lihat sisa sisa asa yang kutebarkan? Pengertian akan kerumitan yang tengah menghujani kita. Kini benang hidup itu mulai terangkai menjadi sebuah kurungan sempit. Aku terperangkap di dalam kotak berujung kematian. Menjadikan bara terserak tak mampu terbakar lagi. Padamkah sudah jalan ini?


Mari...lari bersamaku.


Menghilangkan segala batas yang mereka cipta. Sebelum kita dirundung oleh segala kesulitan berbuah kesinisan. Paranoid itu mungkin tak mampu hilang, tapi setidaknya kita redam sebagian. Bukankah jalan itu pernah terlewati dulu?


Ayo...larilah bersamaku. Sekarang!


Dec 14, 2005

Dia menghilang


Di antara gelap malam perlahan dia pergi. Mungkin ini waktunya dia beristirahat dari hujan duka dan lara yang aku bawa. Jemarinya perlahan tak lagi menggenggamku. Terurai.....dan dia berjalan sendiri. Tak kutemukan jejaknya di jalan yang kulewati. Sampai kapan pelangi pisahkan kita dari perhambaan matahari?


Mungkin ini adalah keterbalikan rasa yang kubuat. Hingga enggan sudah ia berada di sampingku lagi. Haruskah ku berikan murka pada si pembuat angkara? KAU yang menyelusup masuk di tengah kami, dan kacaukan keseimbangan kosmos. Kini chaos meraja kembali. Dan telah ia seret hadirnya dariku.


Kata maaf tak cukup bawa dia kembali.....



Nov 27, 2005

Pilihan



Sungguh susah menjadi manusia! Terlalu banyak keinginan dan kebutuhan. Tidak pernah memandang suatu masalah dengan sederhana. Bahkan untuk masalah yang hanya tinggal mengiyakan ataupun menolaknya.


Semuanya adalah pilihan. Dan pilihan itu memiliki konsekuensi sendiri. Apapun pilihan yang diambil maka harus siap dengan baik buruknya pilihan tersebut. Penyesalan adalah kata yang tidak dikenal karena kita tahu apa yang ada di balik setiap pilihan tersebut.


Apa yang ada di hatiku sekarang adalah pilihan. Masa depan yang tertentukan dari jalan yang diambil. Apa mungkin karena keraguan masih meraja maka pilihan ini sulit untuk terpilih secara ajeg?


Tentukanlah. Tentukanlah. Tentukanlah.


Nov 8, 2005

A Very Wide Gap Between Me and My Future




Menyedihkan!


Segala sesuatu kurasa tak berjalan dengan baik. Apa yang kuinginkan dan apa yang kudapatkan ternyata jauh berbeda, sangat jauh berbeda. Apakah memang aku tak mampu mencapainya? Apakah kemampuanku sedemikian rendah ? Hingga tak ada yang berhasil kugapai. Apapun itu.


Hidupku demikian perlahan. Begitu lambat dan tak juga beranjak. Padahal keinginan ini sudah sedemikian menggebu. Hanya saja jalan untuk kulewati hampir tak ada. Tenggelam di balik lumpur. Kengerian tak adanya masa depan membuatku tersedak dalam pilu.


Aku masih berusaha melangkah. Terus dan terus melangkah. Tapi kemana tujuanku? Di mana jalanku? Sepertinya aku hanya berputar putar di satu sisi dunia. Semua ini terkadang membuatku enggan beranjak lagi. Malas bermimpi. Karena aku tahu bahwa mimpiku akan terpatahkan. Cepat maupun lambat.


Oct 27, 2005

Vulnerable



Tiba tiba ingin menangis. Padahal dunia masih baik-baik saja. Hanya guncangan sedikit pada duniaku, dunia dia, dunia kita. Menyaksikan buliran buliran air mata tertahan. Emosi yang terbekap dalam jiwa. Ketakutan akan masa depan yang belum terputuskan. Musibah tak terduga datangnya. Kelalaian ini harus kita bayar. Ya...KITA yang harus membayarnya, tidak kau sendiri ataupun aku sendiri. Karena kita adalah satu.


Tapi aku tidak bisa menangis. Pun kali ini. Air mataku lama membeku. Hanya pada saat guncangan jiwa terbesar tangis itu pecah. Berderai basahi jiwaku yang lama kering. Mungkin magnitude gempa dalam hidup kita ini kurang besar. Hingga masih tak ada sebutir pun air mataku. Hanya ada dirimu yang larut dalam pelukku. Maafkan aku jika aku tak hanyut. Harus ada yang berpikir jernih di sini. Menyelesaikan semua masalah itu. Bukanku tak pahamimu, tapi memang air mataku tak ada lagi. Yang tersisa adalah keinginan untuk menangis, namun tak juga tertumpah.


Duhai dirimu, hati ini masih pedih memandang luka yang kau sandang. Ingin kudekap dirinya hingga tak lagi ia rasakan sakit. Apakah pelukanku kurang erat? Kuresapi dukamu, seperti kukecap gelisahmu. Masa depan ini kembali patah. Kerapuhan kita gilakanku. Dukanya perihkan mata, tapi tetap tak ada air mata. Ini jiwaku merintih sedih, untukmu. Aku hanya bisa berada di sampingnya, selama ia butuhkan aku.


Tapi perlukah aku bertanya siapa yang akan disampingku ketika ku butuhkannya?



Oct 25, 2005

Life


Mood ku sedang turun drastis. Padahal hidup terjalani dengan biasa saja. Masih penuh dengan kepalsuan dan apatisme. Ingin segera meliburkan diri. Sementara jauh dari segala tetek bengek dan rutinitas yang semakin mengikat. Semua terasa sama saja. Hambar.


Sungguh ini adalah hal bagiku memuakkan. Untuk kembali tenggelam dalam rasa tak puas. Jenuh. Bosan. Menginginkan sesuatu yang berbeda. Menginginkan perbaikan. Menginginkan kejelasan atas segala yang tidak jelas. Menginginkan keadilan atas perlakuan buruk yang kuterima. Menginginkan ketercukupan. Tidak berlebih. Hanya cukup untuk layak.


Mereka berkata bahwa semestinya belajar untuk menghargai hidup dan apa yang hidup berikan. Ya saya memang menghargai hidup dan berjuang untuk terus menjalaninya. tapi kini saya lelah. Saya hanya ingin beristirahat. Saya ingin sekali-kali mencoba menikmati hidup, bukan selalu berjuang untuk hidup.


Hidup memang berat. Ya saya juga tahu. Tapi adakah yang membuatnya ringan? Saya tak mau bergantung kepada siapapun selain diri saya. Karena toh semua orang pada akhirnya sendiri bukan? Tapi kadang saya ingin didengarkan. Sayang, semua pendengar sudah bosan karena apa yang saya dongengkan hanya hal-hal itu saja. Lalu apa lagi yang harus kukatakan? Tentu saja saya akan memilih diam. Memendam segalanya. Tak perlu ada yang tahu. Mengenakan kembali topeng tawa dan bahagia yang selama ini menemaniku.


Hidup saya, sepertinya terhenti saat ini. Dan saya tahu bahwa saya yang harus membuatnya kembali maju. Bukan Anda atau siapapun. Tapi saya lelah...sungguh lelah......


Oct 20, 2005

In the verge of....


Argh...


Something is definitely wrong with me.


This burning need.


Rush of adrenaline.


Longing.


I want it!


Oct 17, 2005

Hujan Bawakan Sepi


Setiap titiknya adalah nafasku


Jatuh menuju bumi.


Terhempas.



Hujan ini adalah hujan mawar.


Memerah seperti darah.


Kelopak mawar terburai.


Ouch...durinya lukaiku


Setetes darahku jatuh.


Melebur bersama derai hujan.


Merah muda indah.


Gigit kesadaranku.


Luapkan alpaku.


Menetaskan haru. Lingkupi kalbu.


Gelisahku, tak juga redam. Terdistorsi oleh harap.



Ini aku.


Meredup.


Melemah.


Padam.


Tertidur kembali.



Mengapa hujan bawakan sepi itu lagi?


Oct 14, 2005

When Love and Hate Collide


Bisakah Anda berhenti sekali saja untuk tidak menunjukkan kesinisan-kesinisan itu? Ini bukanlah hubungan teman baik, bahkan teman pun sudah tidak lagi. Apakah setiap pertemuan harus disertai dengan perang batin dan kata-kata? Sungguh melelahkan. Tak bisakah kita menjalani hubungan ini selayaknya dua orang dewasa dan beradab yang tak merasa perlu untuk menyakiti satu sama lain?


Saya lelah menghadapi diri Anda yang seperti itu. Bukan saya ingin selalu menjadi yang pertama bagi Anda, terutama setelah semua ini berakhir. Saya hanya ingin dihargai sebagai individu, bukan sesosok orang yang bisa Anda kutuk seenaknya. Hubungan kita memang sudah berbeda, tapi itu bukan berarti memberikan Anda hak untuk menghujat saya. Siapakah yang tak bisa menerima jika keberakhiran itu ada? Biarkan hidup mengatur jalannya sendiri.


Mari, tuntaskan jalan ini. Jika memang panah panah itu masih membunuh, patahkanlah! Hidup kita terlalu indah untuk dihanguskan dalam kekosongan dan rasa dendam.


Oct 10, 2005

Serious (????)


I think i'm getting serious. Dunno why, dont asked me the reasons. But at this moment, it just feel right. This is different. I never feel like this before. I never thinking about seriousness in relationship. I just follow the tidal wave. But this time, i want to find my home island, with him. Am I that desperate? Or it just the way it is?

Oct 4, 2005

Your Wish is My Command ???


Sedih rasanya jika tidak bisa mewujudkan keinginan orang terdekat kita, apalagi jika itu orang tua. Tapi kadang keadaan tidaklah memungkinkan untuk mewujudkannya. Aku terkadang lelah untuk terus dan terus berusaha memenuhinya. Kalau kubilang aku ingin mewujudkan cita-citaku dulu, banyak yang akan menganggapnya egois karena semestinya aku mendahulukan keluargaku. Tapi aku tak mau begitu saja mengorbankan cita-citaku. Apalagi yang kita lakukan dalam hidup ini jika bukan untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya? Aku tak ingin ada penyesalan dalam hidup ini. Aku ingin mencoba mengejar apa yang kuinginkan, walau mungkin tidak dapat kugapai tapi setidaknya aku sudah pernah mencobanya.


Tapi kakiku terikat. Belenggunya terlalu lembut untuk kucabut, namun juga terlalu keras untuk kulepaskan. Aku rindu kebebasan. Aku rindu perasaan tak bersalah dan tak sakit ketika aku tak berhasil mewujudkan suatu keinginan. Aku rindu tak merasakan semua itu sebagai beban namun sesuatu yang semestinya diterima dengan lapang dada.


I wish i knew how it would feel to be free.....


Oct 3, 2005

Menjawab Mu


Ada yang terlupakan.


Cinta tidak menyakitkan kecuali cinta itu berakhir. Sakitnya sungguh membuat gila. Tapi bukankah ketika cinta itu tumbuh, kemanisan yang terasa begitu memabukkan dan menghanyutkan? Cinta adalah melupakan dunia, tenggelam dalam rasa dan asa sendiri. Baik ketika ia semi maupun ketika ia layu.


Cinta bukan hanya membiarkan apa yang ada di hati bersemi dengan sendirinya. Namun juga membutuhkan pemeliharaan dan keinginan untuk menjaganya. Kasih sayang yang besar untuk tak membiarkannya padam. Harus terus dipupuk dan dirawat, jangan sampai cinta itu layu atau tumbuh dari sisi yang salah.


Dia


Untuk engkau, lelaki tertinggalkan di masa lalu

Dalam ruang jiwa tempat kita berpadu dulu
Menatap jarak yang terasa begitu jauh
Air matamu sesap dalam tawa
Sementara bulir air mata milikku tertunduk diam
Tak akan pernah mengalir
Karena kusimpan carut ini
Bersama pedih lesap dalam pelukan terakhir kita

Inilah jalan kita!
Persilangan nasib ini usai sampai di sini
Pertemuan terakhir dari kata yang paling akhir
Dengan benang merah yang telah terburai
Ketika ketidakseimbangan dan kekacauan,
mewarnai hari-hari kita
Tak dapat lagi ku merengkuhmu dalam damaiku
Saat chaos masih berkecamuk dalam degup jantungku
Dan aku pun tak dapat menyisipkan adaku pada adamu

Cinta ini terpatahkan
Kepingannya sungguh lukai
Bukan ku lupaimu
Tidak pula ku larikan diri
Tapi keterpenuhan yang kudamba,
tak juga dapat kau genapkan
Seperti juga aku yang tak dapat temani gelisahmu
Jika kau sebut ini kesemuan,
maka ini adalah semu yang merasuk
Hingga tak terasa ilusinya
Sampai pada saatnya kecewa memuncak liar
Membangunkan kita yang terlena
Karena batin kita perlahan merenggang
Seiring persilangan temu yang memudar
Dan kita berhenti melangkah
Ataukah aku yang tak mau lagi sambut tanganmu?
Sementara tak jua kau lompati jurang itu

Sudahlah
Setiap hal terjadi dengan alasan bukan?
Dan semoga alasan itu adalah alasan yang baik
Terima kasih untuk kehadiranmu
Dulu, sekarang, kemarin, dan juga nanti
Seperti yang kau katakan tadi
Dan kita bisa tertawa kembali

Mari, hidup terlalu indah untuk disia-siakan dalam kekosongan

Sep 29, 2005

Winner


Salah satu pembuktian diri. Ternyata kerja keras seminggu tak tidur dan juga bulan-bulan penuh wira wiri, marah-marahan, lari sana lari sini, ribut, bertengkar, berdiskusi, mengutuk orang, menyanjung orang, kabur dari kantor, menjelajahi bantaran Ciliwung, bertemu orang-orang, dan sebagainya akhirnya berbuah juga.


1st winner of Miriam Budiardjo Research Award!


Padahal dulunya gak pede hehe...maklum, masih juga baru lulus S1, saingan dengan mahluk-mahluk pasca sarjana dan juga kandidat doktor pula. I'm so proud of myself. Tak boleh sombong sih, cuma mau berkubang dalam kebahagiaan ini untuk sesaat. Akankah hal ini dapat membuka jalan untuk mimpi-mimpi yang lain? Semoga......


I love research so much !!!!


Sep 26, 2005

Percakapan malam


Pemaknaan memang berbeda. Sungguh berbeda. Apa yang terucap dapat diartikan lain ketika makna itu tersampaikan. Lalu bagaimana jika makna itu ditangkap dalam arti yang paling buruk? Apakah tak boleh ada sedikit tusukan kecewa muncul? Ataukah harus menerima apa yang ada secara suka cita dan tetap berusaha berada di jalur netral? Maaf, aku tak bisa. Apalagi dalam hal itu. Bukankah kau juga begitu?


Mari, kita perjelas jalan kita. Sebelum jeratan lalu makin membelit.


Merindumu


Untukmu, lelaki.


Aku merindumu. Rasa ini tiba tiba menyeruak begitu kuat. Membius dan menggilakan keberadaanku. Sosokmu mewujud dalam setiap hela nafasku. Patahan jalan itu berusaha tersambung kembali. Luka ini sudahkah sembuh? Kan kucoba mengecupnya. Hatiku bernyanyi. Lirih senandung cinta dalam nadanya yang sumbang. Kini kuulurkan tanganku padamu. Hatiku berdegup dalam genggamannya. Adakah kau akan menyambutnya? Aku tak tahu akhir yang menanti. Padahal biasanya aku mendapatkan bayangannya. Mungkinkah ini saatnya untuk benar melangkah?


Peluk aku. Berikan cinta itu. Rindu ini untukmu. Seperti seorang perempuan yang merindu lelakinya.


Sep 19, 2005

Freedom


I wish I knew how it would feel to be free....


Menebar asa yang terpatahkan. Inilah lara tertunda. Hadirnya penuhi kesendirian. Namun haruskah aku berkawan dengan pedih? Bukan. Ini bukan pedih karena cinta. Tapi ini kedukaan atas cita. Lagi. Terperosok ke dalam kecewa yang begitu dalam. Ingin kukecap seteguk anggur kebebasan di cawan hidup. Mari, simpanlah ingatan akan sepotong senja yang begitu gemulai. Raup cahaya jingga dalam batas nalar kita. Menitip kenang ketika waktu masihlah tersedia. Mengempaskan kerinduan akan hari yang masih bertunas.


Sungguh, pundakku ternyata masih terlalu rapuh untuk menyangganya.


Sep 13, 2005

Another Restrain


Lagi. Menyaksikan Ia. Tak bisa berbuat apapun. Ini adalah pertempuran Nya. Seperti kuhadapi pertempuran Ku. Adakah kisah itu berhenti sampai di sini? Luka luka masih ada. Tak ada lupa di sini. Semua berputar kembali. Merasuki ingatan. Menebar kenang. Menjaring gegap perih yang sempat menghilang. Tenung amarah tak juga pudar.


Semesta itu tengah berbenturan kembali. Antara chaos dan order. Manakah yang akan kau pegang?


Ode for Broken Princess


Sudah beberapa putaran waktu aku melihatnya. Menari di kesendirian. Berpeluk dengan hampa. Adakah kebebasan yang terejawantahkan? Tatkala logika melebur dalam larutan asa. Sungguh, berpegang padanya akan jatuhkanku. Adakah aku akan terhempas. Lagi melawan arus. Tali ini semakin menipis. Gerusan waktu telah cabiknya.




Ini tentang rasa. Yang perlahan memudar ketika mentari tersenyum. Penantian kepada kekosongan. Padahal tak ada jerat yang melibatnya lagi. Dialah yang menjerat hatinya. Mengorek luka lama terbilang. Sudah cukupkah laramu? Lompati denyut luka. Kelopak mawar bawakan aku tetes air matamu. Kuhidu aroma sepimu.




Duhai putriku, mungkin di kastil ini tak kau temukan kekasihmu. Dia sudahlah petik kuntum bunga terakhirmu. Haruskah kau ratapinya? Di kedalaman matamu kutemukan pisau yang tertancap. Darahnya basahi lembut kulitmu. Mari...mendekatlah hingga bisa kusaput sedih itu. Biarkan aksara aksara maknai hadirmu. Seperti kuartikan setiap hela nafasmu. Lelaplah dalam pelukku dan biarkan kuselimutkan damai di mimpimu.




Aku ada di sini. Memandangmu. Mewujud seperti mahadewi khayangan.


Sep 11, 2005

Pemaknaan

Pemaknaan sesuatu itu selalu berbeda.


 


Ada yang berubah dari pemaknaanku. Dahulu aku berkata bahwa  any physical relations depends on the right person, time and feeling. Tapi sampai sejauh mana definisi kata  tepat itu? Ada orang – orang yang seperti “tepat” saat ini, dan pada saat berikutnya ternyata aku memandangnya berbeda. Bukan dia tak tepat lagi, hanya saja sudah berbeda. It’s just different. Mungkin bukan dia yang berubah, tapi aku, duniaku, dan juga pemaknaanku.


 


I’m perfectionist and always looking for perfection. Lalu bagaimana kisah ini berlanjut ketika the rightness itu tiada lagi?  Haruskah tetap dipertahankan?


 


Commitment...everything always comes back to commitment.


And I am bad with black and white sort of things……


I am grey person. Foolish but persistent!


 

Sep 9, 2005

A Journey To Find My Dreams

Langkah pertama untuk mencoba meraih mimpi sudah terlewati. Semoga saja jalan itu memang ada untukku, sebelum keinginan dan harapan ini termatikan kembali. Tidak, bukan mati. Hanya tidur sementara, menunggu tarikan hati untuk kembali berjuang.


Pusaran takut sempat menggulungku sebentar. Mencoba mengenyahkan ketidakpercayaan diri. Tapi jika aku tak memulainya sekarang, kapan lagi?


Kini ada keputusan yang harus kuambil. Mungkin aku masih bisa mengulurnya selama masih ada peluang untuk bertahan. Hanya saja, kekhawatiran itu tak bisa hilang. Karena bukan hanya aku yang akan terpengaruhi oleh keputusan ini, melainkan duniaku. Jauh di lubuk hatiku aku ingin menunggu. Sampai jalan itu benar terbuka dan aku bisa bebas menapakinya.


Aku ingin menggapainya........


 

Sep 8, 2005

When You Say You Love Me

Like the sound of silence calling,
I hear your voice and suddenly I'm falling,
lost in a dream.
Like the echoes of our souls are meeting,
You say those words and my heart stops beating.
I wonder what it means.
What could it be that comes over me?
At times I can't move.
At times I can hardly breathe.

When you say you love me
The world goes still, so still inside and
When you say you love me
For a moment, there's no one else alive

You're the one I've always thought of.
I don't know how, but I feel sheltered in your love.
You're where I belong.
And when you're with me if I close my eyes,
There are times I swear I feel like I can fly
For a moment in time.
Somewhere between the Heavens and Earth,
And frozen in time,
Oh when you say those words.

When you say you love me
The world goes still, so still inside and
When you say you love me
For a moment, there's no one else alive

........

When you say you love me.
When you say you love me.
Do you know how I love you?

-by Josh Groban-

Aduh manisnya ini lagu......
Jadi ingin jatuh cinta hehehe.....

Sep 7, 2005

Untuk Ia yang mungkin tak akan membacanya

Betulkah lupa lukaimu? Bukan aku lupa mu tapi ini hanyalah kematian rasa yang dulu begitu hidup. Kini terpecahkan oleh badai yang berkecamuk di kejauhan. Namun anginnya menyayat. Sudah hendak kukirimkan kepingannya padamu langsung melalui jiwaku. Tapi partikel ruang dan waktu ini menghambatku. Keretakan batinmu pun terdengar olehku. Nun jauh di sini. Air mataku tak pernah kuizinkan tumpah kembali. Karena sudahlah cukup malam ketika aku sendiri. Bumi telah menyesap pedihku.


Betulkah lupa lukaimu? Lupa ini adalah perwujudan ayat rinduku. Mengalun berusaha sisipi setiap celah hatimu. Tapi gelombang ini tak lagi sampai. Sepi ini demikian memuncak. Hingga tak lagi kurasakan sepi. Hanya hampa.


Betulkah lupa lukaimu? Di tempat kau kecup sisi jiwaku, kusediakan kotak untukmu. Karena lupa bagiku adalah memasukkan semua kenang terlewat dalam kotak. Menguncinya. Walau masih berusaha kupelihara jejak yang hubungkanku denganmu. Jejak yang menuju jalan lain. Setidaknya badai tak mengamuk di jalan itu.


Apakah dengan begitu aku sudah melupakanmu?

Aug 26, 2005

Alleviate

Malam itu
Kubacai kisah kisah lalu
Seperti kuhamparkan kisahku
Punguti hamparan kenang tercecer
Melebur perlahan ketika bulan mulai bersembunyi
Laranya lingkupi keberadaan kita
Diselingi detakan jantung
Dan kabut asa yang basah

Inilah percakapan syahdu
Mengeja jawabmu
Aksarakan tanyaku
Menjentik tanyamu
Uraikan jawabku
Gelitik tawa kita
Redakan pilu kita
Getir yang perlahan menjadi manis

Resapi rangkaian pedih yang singgah
Tangis tangis tak bersuara
Rengkuh amarah kita ini
Mengkristal dan pecah berkeping
Buhul janji terputus pada sumbunya
Ikatan terburai acak
Untuk kembali pada porosnya

Inilah penawar jiwa !
Pelukan erat
Genggaman kuat
Usapan lembut
Kecupan manis
Kata kata tak beracun
Ketelanjangan tak tertutupi
Janji mengambang di udara
Terhidu namun tak terdekap
Sanggupkah redakan kegelisahan itu?

Inilah cinta !
Menyembul di balik kelopak hujan
Dan derai air mata tertahan

Waktunya untuk tersenyum, kekasihku

Aug 11, 2005

Greatest Prize

* An Answer for real devil *

My knights, My Warriors
They are coming
Neither by my hazardous summons
Nor my wicked charm
I offer them nothing
But they accept its prosperity
Or shall I say
Its poverty?

My Knights, My Warriors
Lurking alone
Every each of them
Wishing undeniable charm
Longing to bewitched
Waiting stolen favors
From princess of veiled light

My Knights, My Warriors
Eavesdropping my pledge of love
Push me to the edge of annoyance
Trying to catch me when I am fall
But only darkness himself who will catch me
Shimmering in his grandness
My secretion in committal life

#

Oh My Prince of the Darkness!
I found him in room basked of moonlight
Midnight song is our wedding gift
Tumble in my lush being
Addicted to my love
Enamor to his love
Tangled in our passion
Blended imagination
Of him and me
Is a spirit to enjoy the life

#

It is thee, not me
Who looking for princess of his own
Who will shower thee with bliss
In thee pool of love
For I already found my prince

Trace back thy path
My forbidden castle is not thy destination
Nor myself as thy prize

Clear the road!
Thy greatest prize
Is solitude in thee chosen Eden
With thy beloved

Aug 10, 2005

Trust

Am I
Fall in love
Fall out love
Rendezvous with fate
Bringing down destiny
Shamelessly ecstatic
To the point of ecstasy

Am I
Dancing in the shadow
Trying to grasp this sparkle of light
While voice of life humming inside me
Vibrated by his nearness
Along with plea for my death soul
To breathe once more

Are We
Enjoying this beautiful parlor of ours
Sun shinning through our smile
Savoring this cherised phase
Illusion is not shattered yet
And let me rejoice my lover's vow once more
Beneath those sheer masquerade

- Trust -
May not broken
Not yet
Not now
Not ever

Aug 2, 2005

The Sweetest Kind of Night

I admit, I love to lie next to you as you fall asleep
To know you are safe with me
Like a bird come home to its nest
Linked with joy you share me
To hear your breath, hold the magic of life
As precious gift to be hold on in my dear life
You shimmer among darkness surround us
Moonlight shadow becomes you
And your heartbeat pulsing, like good night song
Like ancient lullaby
Your sweet scent tangle with mine
Leave trail of belonging
Like haze in winter night
Like dreamrain in solitary midnight
Unforgettable yet arousing
Imagine perfection in perfect rush

Sleep my adorable lover
Granted me with your sleepy smile
Kiss you good night
Snuggle in your strong yet smooth arms
Before I slumber to peaceful dream
And fetch you with me

Jul 27, 2005

Ke-AKU-an-KU

Kalau kata kataku adalah perangkap
Membuat orang tenggelam dalam euforia dan harap
Haruskah kubiarkan aksara aksara mengambang dalam benakku saja?
Tak tertumpahkan dan hanya menjadi penghias jiwa
Agar tak ada lagi yang terperosok karenanya

Kalau kegelapan yang kukatakan kumiliki menyesatkan orang
Menarik orang untuk menjadi ksatria cahaya
Padahal justru dengan begitu kegelapanku akan semakin pekat
Meninggalkan mereka yang berharap untuk menerangiku
Haruskah kutanggalkan kegelapan itu
Melupakan salah satu bagian dari diriku
Biarkan membusuk dan mengendap
Dan berpura pura bahwa aku adalah anak cahaya
Bersinar dengan gemilangnya

Kalau keberadaanku membuat orang terkecoh
Memimpikan yang sesunguhnya hanya impian mereka belaka
Apakah harus kupecahkan diriku hingga berkeping
Dan menunggu tumbuhnya aku yang
baru
Hingga suatu saat nanti bisa kupunguti pecahannya dengan tenang
Karena pada saat itu
Aku tak lagi ada
Dan tak lagi bisa menipu mereka
Karena sudah ada Aku yang lain
Yang lebih menyenangkan untuk hidup

Betapa lelahnya mencoba menjadi diri sendiri
Anonimitas tak lagi berlaku
Eksistensi yang harus dibayar mahal
Ketika topeng topeng yang terpakai pun
Tetap menjadi racun
Saat tak lagi bertopeng pun
Ternyata masihlah salah

Kini kubuka jalan untuk menancapkan duri
Torehkanlah luka
Seperti kuberikan pedih pada mereka yang mendamba
Silakan!
Mungkin itu hukuman yang pantas bagi saya
Yang dianggap telah menipu dan mempermainkan

Saya sedang menjelma menjadi Masokist
.
.
.

Bukan...bukan saya melihat hanya dalam batasan hitam dan putih
Hanya saja mungkin saya letih terhujat oleh kata kata saya sendiri
Diam mungkin menawarkan kebebasan yang lebih baik
Apakah ini konsekuensi dari ke-AKU-an-KU di dunia sini?

Now

Suddenly
This not-so-unfamiliar rush flowing around me
It is my time
To shatter my masquerade
And become a mean she devil?

Jul 26, 2005

Lihat! Dengar! Rasakan!

Seperti halnya malaikat biru, saya juga mengalami rasa bersalah setiap kali peristiwa itu berulang. Apakah mereka tak tahu bahwa merobek hati seseorang juga lama kelamaan dapat membunuhmu? Saya bosan. Sepertinya apapun yang saya lakukan akan menyebabkan seseorang sakit hati pada akhirnya. Padahal kadang saya merasa, saya tidak melakukan apapun. Hanya saja banyak sekali salah persepsi dan kegeeran yang tidak pada tempatnya. Seperti kata pepatah (entah dari mana) "Lelaki itu, tidak diapa-apakan pun sudah geer." Saya hanya mencoba bersikap baik pada siapapun, mencoba untuk tidak melukai siapapun. Tapi itu ternyata salah. Ataukah itu sebenarnya memang salah saya? Terkesan memberikan harapan padahal tidak. Apa lebih baik saya terus keluarkan tanduk dan duri duri saya? Agar mereka langsung tahu dengan siapa mereka berhadapan? Dan mereka bisa mempersiapkan tameng mereka agar tak terluka atau bahkan melarikan diri dari saya? Sungguh sulit menjadi perempuan.

Dari pengalaman terdahulu, saya tahu bahwa there won't be any happy ending if you deal with me. Pesimis but it is true. Tapi bukan berarti saya tidak ingin memiliki happy ending ya, siapa sih yang tidak ingin bahagia? Hanya saja mungkin masih belum waktunya. Oleh karena itulah saya selalu memperingatkan lelaki yang hendak mendekati saya untuk berhati hati agar tak terhisap oleh kegelapan dalam diri saya.*

Jadi mengapa masih ada saja orang yang bersedia untuk saya bunuh eksistensinya? Dan ada orang orang yang dengan seenaknya membuat asumsi atau bahkan mendaftar kesalahan mereka ketika saya bunuh mereka. Apalagi yang menganggap bahwa hidup tak lagi layak sesudah itu. Cengeng sekali!

Apabila Anda pernah merasakan bagaimana kelaparan itu dan tak tahu bagaimana bisa makan keesokan harinya, apabila Anda pernah merasakan harus berjuang menghidupi diri sendiri tanpa tumpuan dan pegangan apapun, apabila Anda pernah merasakan tak bisa memberikan yang sepantasnya diberikan untuk menghidupi orang tua dan saudara saudara Anda, ketika Anda pernah merasakan Anda harus menahan impian dan keinginan Anda hanya untuk membiarkan seseorang tetap hidup cukup layak, maka Anda BOLEH mempertimbangkan bahwa mati adalah pilihan terbaik ketika lelah terbebani melanda. Sedangkan mati hanya karena alasan putus cinta? Tak layak!

Belum lagi pemberitahuan bahwa mereka bersedia mati untuk membuktikan diri mereka. Apa tujuannya? Hendak menambah rasa bersalah saya? Oh please...saya tak akan menghargai kematian itu karena jika begitu berarti mereka telah menyia-nyiakan hidup. Saya masih mencoba menghargai hidup saya, sebagaimanapun berat dan compang campingnya. Kesalahan mereka hanya satu : menawarkan jiwanya pada saya untuk saya matikan. Selayaknya mereka menjual jiwanya pada setan.

Tapi saya hanyalah perempuan biasa yang ingin bahagia, walau saat ini saya masih merasa berada di dalam kegelapan. Tapi saya tetap bahagia. Saya tidak sempurna bahkan banyak memiliki kelemahan. Termasuk dalam menyikapi love and life. Termasuk pula dalam menyikapi Anda Anda sekalian. Saya juga bukan orang baik, melainkan dipenuhi oleh kejahatan yang tak pernah Anda sadari. Tapi saya masih mencoba berbuat baik.

Dalam kegelapan bukan berarti bahwa saya menafikan cinta. Saya juga tidak suka sendirian. I hate being alone. I am a lover, so how can it be I am not capable to be in love and loved by someone? Saya juga membutuhkan cinta, tentu saja. Cinta yang setara dan seimbang. Tapi itu tidak bisa dipaksakan apalagi hanya karena rasa kasihan. Jika saya menjadi milik seseorang karena kasihan, mungkin saya tak akan ada di sini sekarang, melainkan sudah menikah dan menjadi ibu sejak dahulu kala, ketika ada seseorang yang memintanya. Lagipula, bukankah cinta terasa hambar jika tak ada equal love and passion? Dan tolonglah, jangan selalu mempermasalahkan atribut sosial sebagai kambing hitam dalam urusan percintaan. Itu sangat dangkal, tahu tidak? Cinta adalah masalah hati, bukan masalah status ataupun penampilan.

Satu hal lagi, saya adalah pemegang privasi tinggi dan saya tak suka jika urusan saya dicampuri. Saya hendak berhubungan dengan siapapun itu adalah hak saya. Dan bukan hak siapapun untuk terus ingin tahu dan menuduh nuduh orang sembarangan. Saya tidak WAJIB melaporkan lelaki lelaki yang ada dalam hidup saya. Toh sudah saya berikan garis besarnya bukan? Saya berhak memilih dan Anda pun masih memiliki kesempatan untuk mencoba mencari bahagia kembali. JANGAN coba coba untuk mengganggu privasi saya. Saya bisa lebih kejam daripada ini, tapi saya masih terus menekan sisi iblis dalam diri saya.

Jadi, bangunlah wahai kalian yang merasa terpuruk olehku.
Hidup masih panjang untuk dihabiskan dalam kesia-siaan belaka.
Kalian adalah teman teman yang baik, lelaki yang layak untuk dicintai dan perempuan yang kalian cintai itu adalah perempuan yang sangat beruntung.
Tapi bukan saya.
Jangan pernah bilang tidak bisa.
Belajarlah menghargai diri sendiri.
Jadilah kuat.


___________
* Silakan Anda menganggap saya narsis, over pede, atau apapun dengan menyatakan banyak lelaki yang mendekati saya. Kategori banyak itu relatif bukan? Banyak bagi saya belum tentu banyak bagi Anda.

** Jika tulisan ini terkesan sombong, atau Anda memiliki pandangan lain, Anda bebas untuk berkomentar.

Jul 19, 2005

Dualisme

Ada perasaan campur aduk dalam hatiku. Entah apakah ini pengaruh malam yang membiusku ataukah lalu yang menghantamku. Padahal malam terlalui dengan cita. Lama sudah tak lagi kurasakan cubitan pedih. Tertidur dalam rengkuhan damai. Ah...betapa jarangnya kunikmati. Setelah mimpi mimpi buruk itu. Hei...tapi sudah lama berlalu bukan? Bahkan abunya pun sudahlah tertiup musnah. Ada bejana yang menampungku kini. Bejana yang mungkin akan kupecahkan pada waktunya nanti. Ketika geliatnya sudah tak terperi. Mungkin juga tidak. Walau pecahannya akan kucurkan darah dari keseluruhan adaku lagi. Tunggu hingga kepenatan benar benar menyublim. Tak terhenti dan juga ternyata masihlah terus berlari.

Ada kisah ingatkanku pada neraka yang dulu dengan suka rela kujalani. Bekas lukanya masihlah ada. Tersembunyi di balik kebahagiaanku. Hatiku tertawa dan bersuka. Namun setiap selku masih menangis tersedu di puncak malam. Aneh, bagaimana bisa ia tertawa dan menangis bersamaan? Apa penyebabnya pun aku tak lagi tahu. Terlalu banyak symptom yang membombardirnya. Faktor dan variabel yang sebenarnya tak lagi asing namun juga tak kukenali lagi. Sudah sudah...bukan ini yang hendak kubicarakan.

Setiap orang pastilah pernah merasakan sakit. Hanya saja, apakah sakit itu akan diumbar kepada dunia ataukah ditutup rapat rapat dalam peti mati. Untuk dikubur kemudian dilupakan. Walau masih ada lubang menganga di dalam hati itu. Menunggu pecahan yang mungkin tumbuh di seberang sana. Atau mungkin sekali tak akan pernah tertutup. Menjadi momentum yang teringat.

Sungguh sedih melihat ketika awal yang dimulai dari senyum merekah, terakhiri dengan matinya kedamaian. Tak ada akhir yang manis, tapi mestikah terubah menjadi begitu pahit? Hingga rasa menjadi mati? Hingga lontaran lontaran benci mendidih pedih. Aku berpusing di sini. Mencoba meraba manakah ego yang kau tampilkan. Adakah alter egomu yang memberontak ataukah itu justru egomu sesungguhnya? Tak ada yang memberitahuku. Harus kucari jawabnya sendiri. Walau mungkin ini akan berakhir dengan sama pahitnya. Karena aku tak percaya akan manis yang menanti. Tak ada manis dalam keberakhiran. Kecuali ketika jaringan itu terlerai dalam sadar. Ketakutan ini membelengguku. Rasa cemas tatanan hidupku yang sudah susah payah kutata ulang akan berubah. Menjadi chaos dan menyeretmu ke dalamnya. Berperang kita di atas tanah yang kita cintai. Seperti dulu ketika nerakaku dan nerakamu belumlah bersatu. Masih menggelepar dalam sakitnya masing-masing. Hanya saja, sebelum benih pertama luka mulai mengendap, aku akan berlari. Menuju kepompong putih yang akan menghitam oleh racun peperangan. Semoga kepompong itu tak perlu kurajut dalam waktu dekat.

Kengerian ini kutakutkan tumbuh perlahan. Berdampingan dengan rasa yang hangat. Waw...hidup memang penuh dengan kontradiksi. Lagi lagi aku bertanya. Bagaimana mungkin dingin sejalan dengan panas yang membakar? Musim saljuku masihlah turun. Begitu juga denganmu. Terjebak kita di antara dua dunia ini. Lampau dan kini. Rasakan gelisahku yang gemetar. Takut aku akan hadirmu. Karena aku adalah orang dengan pintu pintu tertutup. Bentengku masihlah tinggi dan kokoh. Aku berdiri di pucuk menara. Melihat kau yang tengah membangun kembali istanamu. Akankah aku turun dan berlari membantumu? Ataukah aku hanya mengawasimu?

Ternyata selama ini aku selalu dimanja dengan kisah dulu yang usang. Satu...dua....tiga....empat....Semuanya adalah pemilik lampau yang tertutup kotak kaca. Bisa kulihat namun tak pernah kurasakan. Tak pernah merasakan bara yang meletik darinya. Dan aku pun terduduk manis. Menunggu kini yang menjemputku tanpa ada bias lalu. Hanya saja sekarang? Ini bukanlah kotak kaca. Melainkan dunia yang lebar. Memungkinkanku untuk bertabrakan dengannya di suatu masa nanti. Semoga pada saat itu panasnya telah menyurut. Adakah bara itu padam sekarang? Aku tak tahu. Hanya saja aku dengan paranoidnya masih saja merasakan panasnya. Dan aku tak mau terbakar. Ini adalah egoku yang menuntut perpenuhan. Padahal tak pernah kuberikan perpenuhan pada jiwa lain yang kugenggam. Cukupkah? Aku yakin tak akan tercukupkan. Setengah. Tak lebih. Ini resiko atas pilihan yang kita ambil.

Bukan pada tempatku untuk menilai atau membuat asumsi. Tapi...oh sungguh tanya tanya ini menggangguku. Ini bukanlah penelitian yang biasa kulakukan. Ini adalah hidup. Hidupku, hidupmu, hidup kita. Perputaran ini tak ada jalan kembali. Hanya cabang yang semakin banyak. Waktu pun terus bergulir. Menanti untuk kita tapaki. Entahlah apakah aku akan menapakinya sendirian, ataukah bersama seseorang. Belum tentu kamu, dan belum tentu dia. Hanya seseorang.

Hitam dan putih. Sementara abu abu adalah diriku. Keegoisan yang sangat tinggi. Kontradiksi yang mencekik. Kengerian bertabur dengan ingin. Tapi kini sungguh aku takut akan derasnya liku hidup kita saat ini. Karena ini berbeda. Tak seperti biasanya. Perbenturan perbenturan yang ada semestinya jauhkan pusaran ini. Entahlah bagaimana dengan dirimu. Apakah aku sanggup untuk ikut berlari, ataukah memutuskan untuk berhenti di tengah. Sepertinya aku masih memutuskan untuk tinggal dalam keheningan istanaku. Walau hanya sepi yang menghiburku. Tapi setidaknya aku merasakan sedikit kedamaian di antara kegalauan yang terus memburuku. Kapankah aku berhenti? Tak lagi mengulur dualisme di antara lingkaran nasib?

Jul 13, 2005

Low

You see the world in black and white
No colour or light
You think you'll never get it right
But you know you might
The sky could fall could fall on me
The parting of the seas
But you mean more mean more to me
Than any colour I can see
All you ever wanted was love
But you never looked hard enough
It's never gonna give itself up
All you ever wanted to be Living in perfect symmetry
Nothing is as down on this Earth as us
You see the world in black and white
Not painted right
You see no meaning to your life
Yes you try Yes you try
And all you ever wanted was love
But you never looked hard enough
It's never gonna give itself up
All you ever wanted to be Living in perfect symmetry
Nothing is as down on this Earth
Don't you want to see it come soon
Floating in a big white balloon
Or given on your own silver spoon
Don't you want to see it come down
Careful throwing your arms around
Saying not a moment too soon
Cause I feel low Cause I feel low
Oh, yeah I feel low
Oh yeah Oh
Oh Cause
I feel low Cause I feel low
Oh
And I feel low
Oh love
Oh
by coldplay

X & Y

Trying hard to speak and
Fighting with my weak hand
Driven to distraction
So part of the plan
When something is broken
And you try to fix it
Trying to repair it
Any way you can
I'm diving off the deep end
You become my best friend
I wanna love you
But I don't know if I can
I know something is broken
And I'm trying to fix it
Trying to repair it
Any way I can
You and me are floating on a tidal wave...
Together
You and me are drifting into outer space...
And singing
You and me are floating on a tidal wave...
Together
You and me are drifting into outer space
You and me are floating on a tidal wave...
Together
You and me are drifting into outer space...
And singing
by Coldplay

Hanyut Dalam Ketakhadiranmu

Terseret gelisah
Pandanglah aku
Rasakan aku merinduimu
Pita hitamku melingkupimu
Bukan...bukan duka yang kurasa
Hanya kegenapan yang butuh perpenuhan
Namun lara ini masihlah berbalut
Memendam karat yang terkikis
Bisakah putih itu kembali pada asalnya?

Rasakan butuh yang ambigu
Hirup darahku yang membubung di udara
Renik jiwaku mencarimu
Adakah sulur asaku terkait hela nafasmu
Pusaran ini mulai menelanku
Aku menunggu tanganmu menggapaiku
Mati dalam beningnya hadirmu

Susuri kisah kita
Cabikan ini masihlah kubawa
Kasat dalam nyatanya
Semu dalam nyatamu
Berlumur ingin yang mulai terburai

Kendara tak berkesudahan
Menculikku dari senyap
Tumbuhlah lebih kuat kekasihku, tumpuanku
Sebelum aku layu dan mati menunggumu
Atau terpetik oleh tangan yang lain

Jul 11, 2005

Komposisi Malam

Menarilah bersama cahayaku, pangeran
Dan mungkin akan kuajak kau menuju pelangi
Tangga menuju istanaku di riak awan sana

Menarilah bersama gelapku, ksatria
Dan mungkin akan kuajak kau menyusuri rembulan
Kerap temani malamku ketika ku terjaga mencarimu

Mari....
Kan kutancapkan panah pada hatimu
Di tengah robekan yang bunuhmu
Racun menguar itu akan balikkan pedihmu
Hingga bahagia kembali menyeruak tajam
Dan tawamu akan kembali menggoda
Para perawan yang terbuai

Tapi bukan aku....
Kedap hidupku ini hanya semarakkan hidupmu
Mengurai benang yang sempat kusut
Kekosongan membuka penuh
Setengah terjaga Setengah bermimpi

Kelilingmu adalah perwujudan hambamu
Sedangkan jalanku adalah bentuk lariku
Sunyi mendatar dalam bidang kita
Bekap keriuhan yang sempat membahana
Debur nocturno tertunda

Cermin ini tak pantulkan bayangku, duhai kekasih
Dan mungkin mata yang kau tatap bukanlah hatiku
Berabad-abad lamanya
Pecahan kaca ini terburai
Pantulkan kesemuan abadi
Takaran cintamu tak lagi cukup
Untuk sembunyikan kepalsuan
Itu pun jika asa sungguh tumbuh
Bukan hanya lari dari putaran nol

Nanti...
Jika hasrat-hasrat benar kembali bertabrakan
Menyulam catatan nasib membara
Tercetuskan oleh benang merah
Yang entah terikat pada siapa
Mungkin itu adalah saat aku kembali
Pada peraduan abadi
Dan kurajutkan mimpi untukmu
Wahai kekasih terjaga dalam tidurku.....

Jun 22, 2005

Waktu

:: Not a poetry, Just a rambling thought of mine ::
Waktu...Waktu...Waktu...
Lately, hanya waktu yang ada di pikiranku
Entah dalam wujud peri waktu ataupun batara kala
Intinya sih sama saja
Ketakutan akan kehilangan waktu
Pada suatu masa
Waktu adalah pedangku
Berjuang bersama menggapai mimpi
Namun pada masa yang lain
Waktu adalah musuhku
Yang dengan kejam
Mematahkan mimpiku
Waktu...waktu...waktu....
Bosan juga berpacu dengan waktu
Lelah juga mencoba mengalahkan waktu
Ingin berhenti
Beku dalam waktu

Jun 15, 2005

Timeless

Peri waktu pernah mengunjungiku
Berjingkat di tengah malam musim panas
Matanya bercahaya
Senyumnya merekah
Hendak ia rampas waktu milikku
-Untuk dedemit senjakala- begitu ucapnya
Yang merindu hadirnya waktu
Sebelum kilaunya meredup

Lalu waktuku membeku kemudian mencair

Peri waktu yang sama datang kembali
Sayapnya tak lagi terentang indah
Bahkan tubuhnya sudah tak seramping dulu
- Waktumu telah memerkosaku - begitu keluhnya
Dan ia lemparkan bulatan penuh waktu
Terseok ia pergi
Membawa benih waktuku dalam rahimnya

Lalu waktuku mencair kemudian membeku

Dedemit senjakala mampir sejenak
Merahnya senja telah meninggalkannya
- Aku butuh waktu milikmu - begitu pintanya
Bentang langit tak lagi semarak
Tanpa waktumu menikmatinya

Lalu waktuku memadat bijak
Teruntuk dirinya
Kuberikan waktuku
Hingga serpihan terakhir
Dan ia berjanji
Membuatku abadi dalam waktu tercuri

Jun 13, 2005

Perturb

Sometimes you make me tired to fulfilled your wish
I tried to capture your shooting star
But you do not even aware
That THERE is shooting star
And look what you've done
I have a stack of shooting stars
Feverishly want you to look at them
But in the end, die from glum longing
Or flee from your half-hearted embrace

I give you a rope but you throw it away
I give you a pole but you snub it
I give you a path but you stand still
Time is running out
I am in the edge of my patience

Have a nerve, for God sake!

Jun 7, 2005

Di pucuk kenang

Kusisihkan pecahan waktu untukmu
Letupannya beraroma dirimu
Singgahlah dalam mimpiku
Ketika nyata tak mampu merengkuhmu
Ah...aku rindu

Badai kenang tak kunjung mereda
Memadu darah dan cinta
Gelegaknya kaburkan akal
Mengubur jiwa
Ah...aku kembali rindu

Dongengan terlupa di balik kelopak mawar
Yang mekar di antara hatimu
Gundah melaknat jingga
Bertaburan asa pekat
Ah...aku tak bisa berhenti rindu

Di perhambaan
Cita ini terbelah
Arah ini berbelok
Terpecah
Menujumu
Aku ingin pulang
Kembali pada kedamaian pelukmu

Jun 2, 2005

Once Upon A Time

Naiki kuda putih itu pangeranku,
Dan helalah menuju bentangan angin membadai
Telusuri negeri senja yang memerah
Ada permataku di sana
Terbenam pada kolam di ujung gurun
Cincin pertunangan kita kini tak bermata
Pangeran berwujud katak telah mencurinya
Agar aku mendatangi kolamnya dan menciumnya
Tapi tak tahukah ia bahwa kakiku terikat pada ranjang nasib?
Hanya bisa menanti dan menanti pangeranku kembali
Entah apakah ia menunggangi kuda putih
Ataukah
Katak yang menuntut untuk dicium
Ataukah
Tak seorang pun yang akan datang

Terserahlah
Jiwaku sudah kujual pada setan
Berwujud petani berwajah tampan dengan aroma surga
Agar dapat kulepaskan ikatan ini
Dan berlari menuju kebebasan absurd
Hanya untuk menikmati angin membadai
Di negeri senja yang memerah
Siapa tahu,
Ada yang akan menjala matahari untukku
Dan dia yang akan menjadi pangeranku
Walau mungkin aku sudah tak lagi berwujud nyata

May 25, 2005

Menjentik Malam Terlewati

Laut malam ini begitu sepi, kekasihku
Temaramnya membelai kalbu kita
Ombak sunyi yang memabukkan
Penggalan matahari yang kurampok tadi siang
Tenggelam oleh malammu

Wahai cinta tertinggal di pelupuk asa
Kukirimkan setangkai mawar
Merekah dengan kecup rindumu
Demi seribu bulan menggantung di kaki langit
Hingga jiwa terayun menanti ajal

Penuhilah periuk batinku dengan air kehidupanmu
Waktu bukanlah milik kita
Tapi terseret menghamba pada sang penguasa
Kini surutkah laut malam kita?
Ketika benang-benang merah mulai menggelayut di cakrawala
Dan potongan matahariku kembali pada birunya

May 23, 2005

The Freedom of Love

The freedom of her love depended on asking nothing and expecting nothing
(Maria, Eleven Minutes by Paulo Coelho)

Too bad I always asking and expecting something
and maybe this is the answer of why I can not capable to be deeply in love

What a foolish lover I am

May 20, 2005

none

Mimpiku terserak
Kepingannya berlari
Tak ada cinta hari ini
Hanyalah duka terinjak

May 19, 2005

So-called Heart

Kekasih, tahukah kau
Hatiku seperti prisma
Berkilau memancarkan cahayanya
Berwarna warni menggoda
Redup dan kerlipnya indah
Membuatmu terlena akan pesonanya
Tapi tak akan ada yang tahu
Kegelapan di dalamnya
Aku sudah begitu pandai menyembunyikannya bukan?

Shall We

Shall We...
Dance in the shadow?
Shall We...
Plundering the memory?
Shall We...
Tearing the wishes?
Shall We...
A part when the distance has parted us?
Shall We...
Surrender to this kingdom of boredom?
Shall We...
Drifted in the pool of pain?
Shall We...
Make Love with the devil just to reach our broken souls?
I don't know....
Maybe You have the answer...

May 4, 2005

Lonesome

Kesendirian ini menghantuiku


Terlelap di antara bantal mimpi


Bertebaran sudah jiwaku


Dihembus api yang Kau titipkan padaku