May 28, 2008

Salak oh Salak

Sempatkah kau lihat salak di mejaku sebelum pertemuan kita?

Satu buah salak gemuk yang nampaknya nikmat. Terbayang olehku, akan kukupas sisik coklat tua itu. Singkapkan perlahan daging putih lembut di balik kerasnya lapisan yang menjaganya. Lalu akan kubersihkan membran halus tipis yang selimuti sang daging bagai kulit kedua. Barulah setelah itu kurasakan manis sepatnya daging salak. Hmm…sungguh nikmat.

Namun entah, setelah pertemuan denganmu, aku tak bernafsu lagi.

Oh salak itu tetap nampak menggiurkan. Masih menggodaku untuk menikmati dirinya.

Tapi tidak untuk kugigit dan kukunyah hingga lumat di dalam mulutku.

Melainkan untuk kulemparkan pada dirimu yang sungguh bawel, wahai bosku tercinta!

 

May 15, 2008

Eternal Bride

Bulan merah seperti darah.

Sungguh malam yang indah untuk mati. Bukan termenung menanti kedatangan kekasih.

Kemudian cahaya merah bulan laksana memadat. Munculkan perlahan sesosok lelaki. Keberadaannya menyedot keriuhan, tinggalkan kehampaan hening.

”Menikahlah denganku” lirih bisikan sang lelaki.

“Apakah kau akan mencintaiku selamanya?” tanya sang gadis.

”Kaulah pengantin abadiku.”

”Kalau begitu, jadikan aku perempuan paling bahagia.”

”Aku mencintaimu.” desah sang lelaki, sebelum mencium sang gadis. Tepat di leher jenjangnya, di mana darah kehidupan mengalir kencang.

”Aku mencintaimu.” jawab sang gadis. Tepat sebelum taring tajam mengoyak nadi. Hisap jiwa menuju keabadian.

”Kau adalah milikku. Selamanya.”

Dan bulan pun semakin merah.

May 13, 2008

KupuKupu Merah dan Bulan


KupuKupu Merahku, aku rindu.

Ingatkah kau akan janji di mata badai? Akan kau bawakan cincin bermata bulan untukku. Jimat pengusir Minotaur.

”Mana yang kau inginkan: purnama ataukah bulan sabit?” tanyamu malam itu.
”Bulan sabit lebih memesonaku.”
”Bukankah orang lebih menginginkan purnama?”
”Purnama adalah akhir masaku. Awal ketika Minotaur terbangun.
Sedangkan bulan sabit adalah masa ketika kau datang.”
”Tidakkah kau merindukan purnama yang utuh, tanpa keterjagaan Minotaur?”
”Sudah kutemukan purnamaku.”
”Pada apa?”
”Pada masa ketika kau datang untuk menyempurnakan bulanku, hingga menjadi purnama.”

 
Tapi kini bulan sabit tetap tak utuh.
Kapan kau bawakan aku purnama itu lagi?
Aku rindu.