Oct 3, 2005

Dia


Untuk engkau, lelaki tertinggalkan di masa lalu

Dalam ruang jiwa tempat kita berpadu dulu
Menatap jarak yang terasa begitu jauh
Air matamu sesap dalam tawa
Sementara bulir air mata milikku tertunduk diam
Tak akan pernah mengalir
Karena kusimpan carut ini
Bersama pedih lesap dalam pelukan terakhir kita

Inilah jalan kita!
Persilangan nasib ini usai sampai di sini
Pertemuan terakhir dari kata yang paling akhir
Dengan benang merah yang telah terburai
Ketika ketidakseimbangan dan kekacauan,
mewarnai hari-hari kita
Tak dapat lagi ku merengkuhmu dalam damaiku
Saat chaos masih berkecamuk dalam degup jantungku
Dan aku pun tak dapat menyisipkan adaku pada adamu

Cinta ini terpatahkan
Kepingannya sungguh lukai
Bukan ku lupaimu
Tidak pula ku larikan diri
Tapi keterpenuhan yang kudamba,
tak juga dapat kau genapkan
Seperti juga aku yang tak dapat temani gelisahmu
Jika kau sebut ini kesemuan,
maka ini adalah semu yang merasuk
Hingga tak terasa ilusinya
Sampai pada saatnya kecewa memuncak liar
Membangunkan kita yang terlena
Karena batin kita perlahan merenggang
Seiring persilangan temu yang memudar
Dan kita berhenti melangkah
Ataukah aku yang tak mau lagi sambut tanganmu?
Sementara tak jua kau lompati jurang itu

Sudahlah
Setiap hal terjadi dengan alasan bukan?
Dan semoga alasan itu adalah alasan yang baik
Terima kasih untuk kehadiranmu
Dulu, sekarang, kemarin, dan juga nanti
Seperti yang kau katakan tadi
Dan kita bisa tertawa kembali

Mari, hidup terlalu indah untuk disia-siakan dalam kekosongan

2 comments:

Anonymous said...

cie... ihiy
*setelah berjuang baca dengan cara ngeblok tulisan*

Noir said...

Huahahaha maap yaaa...tulisan importan lama -males ngedit lagi-

Post a Comment