Jun 25, 2008

Sex and the City


Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Romantic Comedy
Directed by: Michael Patrick King
Cast: Sarah Jessica Parker, Kim Cattrall, Kristin Davis, Cynthia Nixon, Jennifer Hudson
Duration: 135 min


Sex and the City, the movie.

Apakah film ini dapat meredakan kerinduan akan serial Sex and the City yang berakhir masa tayangnya pada tahun 2004 lalu? Sanggupkah film layar lebar ini menampilkan sosok Carrie Bradshaw, Samantha Jones, Miranda Hobbes, dan Charlotte York seperti dulu? Apakah kehidupan New York yang glamour, beserta tebaran label-label terkenal di sana sini masih menghiasi film ini? Apakah cinta masih menjadi esensi cerita? Jawabannya adalah YA.

[Carrie Bradshaw]Women come to New York for the two L's: Labels and Love.

Sex and the City masih bercerita tentang kehidupan empat perempuan yang bersahabat semenjak masih lajang. Miranda (Cynthia Nixon), sang perfeksionis kini hidup tenang di Brooklyn bersama suaminya, Steve Brady (David Eigenberg) dan anak laki-laki tercinta, Brady. Charlotte (Kristin Davis) si naïf, setelah mengalami lika liku panjang mencari sang pangeran idaman, saat ini hidup berbahagia dengan Harry sang suami dan Lily, putri angkatnya. Sementara itu, Samantha (Kim Cattrall) si sexy yang gemar berganti-ganti lelaki, akhirnya hidup bersama Jerry ‘Smith’ Jerrod, pemuda yang telah menemaninya ketika dia menderita kanker dan dibantunya hingga berhasil menjadi bintang Hollywood. Dan Carrie Bradshaw (Sarah Jessica Parker), yang bersatu kembali dengan Mr Big (Chris Noth) yang telah menjadi kekasihnya, on and off , selama 10 tahun.

[Carrie Bradshaw] Looking for apartment is like looking for love. You wouldn’t know where to find it.

Tiga tahun sudah berlalu semenjak keempat sahabat itu menjalani hidup masing-masing dengan tenang. Carrie, yang menjalin hubungan dengan Mr Big, memutuskan untuk tinggal bersama. Setelah perjuangan panjang menemukan apartemen yang cocok, pilhan mereka jatuh pada sebuah apartemen sangat mewah tepat di Fifth Avenue, jantung kota New York sekaligus tempat paling bergengsi bagi para socialite New York.

[Mr Big] I wouldn't mind being married to you... would you mind being married to me?

Serentetan kejadian panjang, mulai dari menjadi saksi mata akan lemahnya status hukum bagi perempuan yang tinggal bersama tanpa menikah, hingga ketakutan akan masa depan, membuat Carrie merasa perlu berdiskusi dengan sang kekasih mengenai masa depan mereka. Dan tak dinyana, pernikahan, yang awalnya bukan sebuah pilihan, justru menjadi pilihan. Mereka memutuskan untuk menikah.

[Enid Frick] Forty is the last age a woman can be photographed in a wedding dress without the unintended Diane Arbus subtext.

Tentu saja pernikahan Carrie Bradshaw, lajang berusia 40 tahun dan salah satu penulis buku best seller, menjadi perhatian media. Liputan khusus oleh Vogue berhasil mengubah segalanya. Persiapan pernikahan pun berubah menjadi layaknya sirkus. Undangan yang pada awalnya hanya 75 orang membengkak menjadi 200 orang. Gaun pengantin sederhana tak berlabel yang sedianya akan Carrie kenakan, berubah menjadi gaun rancangan desainer terkenal Vivian Westwood yang mewah. Bahkan tempat resepsi pernikahan adalah di ballroom perpustakaan nasional yang indah dan elegan. Yes, this will be the wedding of the year.

[Charlotte York]I always knew she'd marry Big.
[Samantha Jones] You thought that after the second break up?
[Charlotte York] Yep.
[Miranda Hobbes] After the fifteenth?
[Carrie Bradshaw] Ha ha, we broke up a lot.


Apakah fokus dari Sex and the City hanya pada pernikahan Carrie? Tentu saja tidak. Seperti layaknya serial tvnya, film ini juga menyoroti kehidupan keempat sahabat tersebut, tak hanya Carrie. Miranda yang harus menghadapi perselingkuhan Steve, Charlotte yang terus berusaha untuk hamil, hingga Samantha yang sedang berada dalam dilema kehilangan jati diri akibat komitmennya terhadap Smith seorang. Tak dinyana, sang calon pengantin pria pun, Mr Big, mengalami keraguan akan pernikahannya dengan Carrie, ditambah lagi dengan trauma dua pernikahan sebelumnya yang gagal.

[Miranda Hobbes] You two are crazy to get married. Marriage ruins everything.

Cepatnya cerita bergulir ke hari H pernikahan Carrie dan Mr Big, membuat penonton sudah bisa menebak. Something will go wrong. Tak mungkin film berdurasi hampir dua jam itu berakhir hanya dengan pernikahan Carrie, tanpa ada konflik apapun. Life is not that beautiful, even in the movie. Tanda-tandanya pun sudah disebar di sana sini. Pertengkaran Miranda dengan Steve, tepat pada malam gladi resik pernikahan Carrie, membuat Miranda panas dan tak sengaja melontarkan kata-kata yang semakin membuat Mr Big bimbang. Sementara Carrie, yang masih di awang-awang, tak menyadari perubahan sikap kekasihnya. Carrie terus maju dan tak sabar menunggu datangnya hari esok.

[Mr Big] I can’t do this.

Tebakan penonton tak salah. Mr Big memilih untuk mundur dan meninggalkan pernikahan itu, tepat beberapa menit sebelum pernikahan dimulai. Walaupun Mr Big berusaha untuk menebs kesalahannya, Carrie sudah terlebih dahulu malu dan sakit hati. Gagalnya pernikahan itu membuat Carrie hancur lebur serta tak lagi percaya dengan cinta dan pernikahan.

[Samantha Jones] The good ones screw you, the bad ones screw you, and the rest don't know how to screw you.

Lalu bagaimana jadinya kehidupan Carrie pasca Mr Big? Apakah ia berhasil mengatasi patah hatinya? Apakah Ia akan memaafkan dan kembali ke Mr Big? Bagaimana kelanjutan Miranda dan Steve? Apakah Charlotte berhasil hamil? Akankah Samantha mampu meredam hasrat untuk kembali menjadi ‘The Wild Samantha’ seperti dulu? Akankah logika mampu mengalahkan cinta?

Film ini berhasil merangkai keseluruhan konflik tersebut menjadi cerita yang utuh dan berkaitan satu sama lainnya, tanpa adanya kesan ‘cerita di dalam cerita’ yang bisa membuat penonton bertanya-tanya, apa sebenarnya cerita utama dalam film itu. Keseluruhan cerita dalam film ini mengalir dengan halus dan membuai penonton, bahkan bagi yang belum pernah atau jarang mengikuti serial Sex and the City.

Saya tidak terlalu mengerti mengenai teknis perfilman. Hanya saja sebagai penonton, saya merasa dimanjakan oleh scene-scene yang indah. Bahkan adegan ketika Carrie marah dan memukul Mr Big dengan buket mawar putih pun terasa begitu indah dan sendu. Adegan-adegan yang menguras emosi pun disampaikan dengan gaya yang indah, tidak terlalu melankolis dan berurai air mata. Melainkan hanya berupa fragmen-fragmen tetapi mampu menunjukkan emosi dari cerita. Belum lagi perpaduan pakaian dan aksesoris yang dikenakan para tokoh di film ini mampu menambah aksen tersendiri.

Saya juga menyukai percakapan-percakapan yang terjadi. Humor-humor cerdas, sedikit nakal, dan dan ‘sangat khas Sex and the City’ itu sungguh menghibur. Bahkan pembicaraan yang serius pun menjadi memorable karena dialog-dialog yang digunakan ringan tetapi memiliki makna yang dalam. Masing-masing karakter pun memiliki gaya berbicara yang khas dan sifat yang berbeda. Tapi semuanya bercampur dengan pas dan saling melengkapi.

[Carrie Bradshaw] It wasn't logic, it was love.

Semua itu adalah ciri khas Sex and the City. Film dengan tema sederhana tentang makna cinta, namun disajikan dengan luar biasa.

P.S. Menonton film ini membuat saya berpikir: Betapa menyenangkannya memiliki sahabat yang benar-benar mau mengerti dan menerima dirimu apa adanya; dalam suka dan duka, dalam benar maupun salah. Dan saya bersyukur saya telah memilikinya.

Life is not that beautiful, but when you have your best friends to live thru the good and worse parts, then life can be beautiful.

Jun 16, 2008

The Incredible Hulk


Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Directed by: Louis Leterrier
Cast: Edward Norton, Liv Tyler, Tim Roth, William Hurt
Duration: 114 min

-Spoilers Alert-

Apa yang terpikirkan oleh Anda ketika mendengar Incredible Hulk? Yang pertama terpikirkan oleh saya adalah mahluk hijau berbadan besar dan berotot. Sedikit mirip dengan Dr Jeckly and Mr Hyde, di mana sang tokoh memiliki kepribadian ganda. Hanya saja Hulk muncul ketika sang kepribadian utama sedang marah. Pada awalnya saya kurang tertarik menonton Incredible Hulk. Masih teringat dalam benak remake Incredible Hulk tahun 2003 silam yang kurang sukses di pasaran. Apakah Incredible Hulk kali ini, yang sering disebut Hulk 2, mampu melebihi ekspektasi penonton yang sudah terlebih dahulu kecewa dengan Hulk 1?

Incredible Hulk 2 masih berkisah tentang Dr Bruce Banner (Edward Norton), seorang ilmuwan yang terkena radiasi sinar gamma dalam suatu proyek rahasia yang didanai oleh pemerintah. Setting cerita adalah lima tahun setelah insiden yang menyebabkan Bruce mampu berubah menjadi sesosok mahluk berkulit hijau dengan kekuatan luar biasa jika dia mengalami tekanan emosi yang hebat, terutama amarah.

Film ini dibuka dengan adegan bagaimana Bruce, yang saat itu menjadi buronan pemerintah AS dan bersembunyi di Brazil, mencoba mengendalikan amarahnya, yang secara tidak langsung juga berusaha menekan agar Hulk tidak muncul. Penekanan dalam film ini adalah Bruce berusaha untuk menyingkirkan Hulk, bukan mengendalikannya. Keberadaan Hulk di dalam diri Bruce menyebabkan Ia menjadi pelarian, tidak dapat menjalani hidup normal dan bertemu dengan sang pujaan hati, Betty Ross (Liv Taylor).

Pembukaan yang berkesan agak lambat itu langsung diikuti dengan jalan cerita yang agresif. Jenderal Taddheus ’Thunderbolt’ Ross yang terus memburu Bruce akhirnya menemukan jejak Bruce di Brazil. Sang Jenderal memerintahkan pasukan elit militer AS untuk menangkap Bruce, termasuk seorang tentara haus kekuatan, Emil Blonsky. Bruce yang terdesak pun tidak dapat menekan amarahnya dan berubah menjadi Hulk.

Disinilah Incredible Hulk 2 menunjukkan bahwa Ia akan melebihi film pendahulunya. Hulk yang biasanya digambarkan sebagai manusia tinggi besar berkulit hijau (yang seringkali terlihat sebagai seseorang yang diguyur cat hijau), kini digambarkan dengan bantuan special effect canggih menjadi Hulk yang perkasa dan menyeramkan. Pada awalnya penonton tidak dapat langsung menangkap sosok Hulk. Yang terlihat adalah sosok asing dalam kegelapan yang sanggup melempar manusia seperti melempar kacang. Mahluk yang kebal ditembak oleh senapan mesin, ditambah lagi adegan ini penuh dengan dentuman-dentuman keras ketika mahluk tersebut berlari dan meninggalkan kerusakan parah pada apapun yang dilewatinya. Tenaga Hulk yang dahsyat ditunjukkan dengan beberapa adegan Hulk melempar barang, dari mulai tangki seberat entah berapa ton hingga berbagai mesin berat. Awesome!

Setelah kehebohan dan ketegangan yang ditimbulkan, film ini kembali ke alur semula yang agak lambat. Bruce, entah bagaimana caranya, berhasil pulang ke Amerika Serikat untuk mengambil data-data yang berkaitan dengan percobaannya. Untuk itu Ia harus menyusup ke database Universitas Culver yang juga merupakan Universitas tempat Betty mengajar. Disinilah emosi mulai menyusup. Penonton disuguhkan adegan mengharukan ketika Bruce mengamati pujaan hatinya dari kejauhan, tanpa berani mendekat. Norton mampu menunjukkan rasa pedih yang melanda Bruce ketika melihat Betty bersama dengan lelaki lain hanya dengan tatapan mata.

Tentu saja, pada akhirnya Bruce dan Betty berjumpa kembali. Di tengah hujan deras sepasang kekasih ini bertemu. Adegan romantis yang disisipkan dalam film ini bukan merupakan pelengkap film, melainkan membuat film ini terasa utuh. Bayangkan saja sepasang kekasih yang terpaksa berpisah karena kecelakaan yang tidak disengaja lalu hidup mengizinkan mereka bertemu kembali.

Setelah dibuai sejenak dengan kisah romantis nan sendu, film pun kembali ke jalur keras. Sang Jenderal, yang sangat waspada, berhasil mengendus keberadaan Bruce. Pasukan tentara kembali menyerbu Bruce yang saat itu tengah berada di kampus bersama Betty. Hulk pun (lagi-lagi) muncul. Dengan gagah perkasa melawan pasukan tentara yang dipersenjatai mulai dari senapan, tank, bom, hingga meriam. Selain itu Hulk harus berhadapan dengan Blonsky yang hasratnya akan kekuatan membiarkan dirinya didopping oleh serum super soldier yang dulu dikembangkan oleh Bruce.

Adegan pertempuran antara Hulk melawan pasukan tentara dan Blonsky sungguh keren. Hulk yang berteriak garang, memecahkan kaca, berlari di lapangan hijau, melempar tank dan membanting mobil baja, semuanya membuat penonton duduk terpaku. Tapi pertempuran tak semata-mata merupakan adegan penuh kekerasan. Sang sutradara menyelipkan beberapa adegan yang menimbulkan efek lembut pada kekerasan pertempuran. Hulk juga tidak digambarkan sebagai mahluk kuat tak berotak yang berangasan. Hulk di sini memiliki emosi dan terlihat bahwa masih ada kepribadian Bruce pada Hulk.

Cerita terus bergulir menuju ke klimaksnya. Setelah berhasil melarikan diri dari serbuan Jenderal Ross, pencarian Bruce akan obat penawar Hulk hampir mencapai akhir. Sementara itu Blonsky yang dikalahkan Hulk kembali meminta tambahan dosis serum super soldier untuk membuat dirinya semakin kuat. Bruce berhasil bertemu dengan Dr Blue, yang mencoba menetralkan Hulk dalam diri Bruce. Sayangnya mereka diserbu oleh pasukan Jenderal Ross, dan Bruce tak sempat berubah menjadi Hulk hingga akhirnya Bruce digelandang oleh sang Jenderal.

Apakah berhenti sampai di sini saja? Tentu tidak. Masih ada konflik terakhir. Blonsky yang sudah gelap mata menginginkan kekuatan lebih dan lebih. Blonsky, dengan bantuan Dr Blue, mencampurkan darah Bruce yang sudah termutasi dengan dirinya. Blonsky pun berubah menjadi the Abomination. Di sinilah pergolakan batin Bruce menguat. Apakah dirinya akan rela berubah kembali menjadi Hulk, ataukah membiarkan Abomination merajalela?

Incredible Hulk 2 adalah film berstamina tinggi dengan deretan klimaks dan anti klimaks, terus menerus hingga nanti pada klimaks terakhir. Adegan demi adegan disusun dengan rapi dan terstruktur. Film ini mampu mempermainkan emosi penonton; dari tegang, senang, kembali tegang, lucu, romantis, kembali tegang, begitu seterusnya, tanpa membuat penonton kehabisan nafas mengikuti plot yang semakin bertambah cepat. Humor juga tak lupa diselipkan ke dalam beberapa adegan. Entah dari percakapan yang konyol, atau dari adegan yang ternyata berakhir kocak. Membuat penonton tetap segar dan tetap duduk diam sampai akhir. Sayangnya ada beberapa ’gap’ dalam film ini yang terasa agak mengganjal. Seperti misalnya bagaimana Bruce dapat kembali dengan mudah ke Amerika Serikat hanya dalam waktu 17 hari.

Adegan pertempuran pun dikemas dengan baik dan (yeah) cukup lama, bahkan pertempuran terakhir memakan waktu 26 menit. Penuh dengan adegan-adegan yang kadang sulit diikuti oleh penonton karena berlangsung sangat cepat. Abomination melempar Hulk. Hulk menendang Abomination. Hulk menghantam tembok. Abomination memukul Hulk. Hulk merobek (yep...merobek) mobil polisi dan menggunakannya sebagai tameng. Abomination mengejar Hulk sambil memanjat gedung bertingkat. Abomination dan Hulk bergantungan di helikopter. Semuanya mengagumkan dan benar-benar memacu adrenalin.

Permainan Edward Norton sebagai Bruce dan Liv Tyler sebagai Betty pun patut diacungi jempol. Bruce Banner yang ilmuwan pendiam dan memendam kesedihan berhasil dimainkan dengan baik oleh Norton. Peran Tyler sebagai Betty yang begitu mencintai Bruce dan menerima keberadaan Hulk dalam diri Bruce pun tersampaikan kepada penonton. Bruce dan Betty. Hulk dan Betty. Terasa emosi begitu dalam. Edward Norton dan Liv Tyler berhasil menciptakan chemistry kuat dalam film ini hanya dari tatapan mata, sentuhan tangan tidak disengaja, dan hal-hal lain yang bersifat asexual. Tak ada adegan penuh peluh dan desahan dalam film ini, hanya untuk menunjukkan bahwa kedua tokoh utama benar-benar saling mencintai.

Salah satu hal yang lumayan menghibur adalah kemunculan Lou Ferrigno sebagai cameo di film ini. Ferrigno adalah pemeran Hulk untuk serial televisi, dan Ia muncul di Incredible Hulk 2 sebagai seorang satpam universitas. For a second you will think ‘I think I know this guy’ and suddenly the memory pops up. Ferrigno juga yang mengisi suara raungan Hulk di film ini. Sungguh cocok dan mengobati kerinduan akan Hulk jaman baheula.

Yang menarik adalah Incredible Hulk 2 menyelipkan beberapa ‘hints’ yang membuat penonton menebak-nebak kelanjutan film ini. Apakah akan muncul musuh baru? Siapakah musuh itu? Ditambah lagi dengan cameo Tony Starks di akhir film pun menjadikan saya tak sabar menunggu sequel Incredible Hulk selanjutnya.


P.S. Quote kesukaan saya dalam film ini:

Betty Ross : [Betty and Bruce need to get across own in New York City] The subway is probably quickest.

Bruce Banner: Me in a metal tube with hundreds of people in the most aggressive city in the world?

Betty Ross : Right. Let's get a cab.

Jun 15, 2008

The Happening


Rating:★★
Category:Movies
Genre: Horror
Directed by: M. Night Shyamalan
Cast: Mark Wahlberg, Zooey Deschanel, John Leguizamo, Spencer Breslin
Duration: 91 min

Judul film ini sangat cocok dengan jalan cerita. Begitu banyak kata happening atau happen muncul dalam dialog. Saya sempat iseng menghitung berapa kali kata happening muncul, dan ternyata ada 5 kali pengucapan happening hanya dalam waktu beberapa menit. Mungkinkah sang penulis skenario benar-benar ingin menunjukkan bahwa there is something happening there?

Tergoda oleh trailer yang mencekam, membuat saya tertarik untuk menonton film yang (katanya) so happening. Bagaimana tidak, trailer dibuka oleh adegan ketika ratusan penumpang kereta api terdampar di stasiun kecil di tengah perjalanan mereka menuju Philladelphia. Dikisahkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan siapapun, di mana pun. Tak ada seorang atau sesuatupun yang bisa membantu kecuali diri mereka sendiri. Trailer pun berlanjut dengan menunjukkan adegan demi adegan kematian yang begitu banyak terjadi di Amerika akibat serangan sesuatu yang belum diketahui penyebabnya. Interesting enough, huh? Akhirnya saya, yang biasanya paling benci dengan segala film berbau horror dan thriller, memutuskan untuk menonton The Happening demi memuaskan rasa penasaran saya.

Cerita dibuka dengan awal mulanya terjadi kisah happening ini. Warga New York gempar ketika terjadi kematian misterius secara massal yang bermula di Central Park. Pada awalnya mereka mengira bahwa insiden tersebut perbuatan teroris yang menyebarkan senjata bio kimia ke Amerika. Serangan kematian itu semakin lama semakin menyebar. Semakin banyak orang yang mati dan pihak yang berwenang masih belum dapat memastikan penyebabnya apa, hingga akhirnya warga New York disarankan untuk meninggalkan kota. Yang mereka tahu adalah manusia yang menjadi korban something happening ini menjalani tiga tahap yaitu: (i) kehilangan kemampuan bicara, (ii) disorientasi fisik, dan tahap akhir (iii) kematian.

Tokoh kita, Elliot Moore (Mark Wahlberg), sang istri Alma Moore (Zooey Deschanel), sahabat karibnya Julian (John Legizamo) dan putrinya Jess (Ashlyn Sanchez), pun meninggalkan New York, berharap bahwa mereka dapat selamat di kota lain. Akan tetapi, nasib berkata lain. Kereta mereka terputus di tengah jalan. Membuat mereka harus berjuang sendiri untuk bisa bertahan hidup. Para tokoh harus berjuang melewati ketiadaan komunikasi, terbatasnya transportasi, terputusnya jalan akibat mayat, hingga something happening yang memburu mereka.

Film menjadi bertambah dramatis dengan banyaknya adegan menampilkan kematian demi kematian manusia. Satu persatu manusia di film itu mati secara mengenaskan. Kita bisa menambah referensi mengenai 101 cara untuk mati dari film ini, baik karena happening ini maupun sebagai bukti keegoisan manusia. Beberapa adegan kematian sungguh sadis dan membuat mual. Bahkan membuat penonton berpikir ’sungguh cara yang mengerikan dan memakan waktu lama untuk mati’. Bagi yang tidak tahan melihat darah dan potongan tubuh, sebaiknya tidak menonton film ini, atau menonton sambil menutup mata ketika merahnya darah menghiasi layar (seperti yang saya lakukan hehehe).

Sayangnya, pada 15 menit pertama, The Happening sudah membocorkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang tengah menimpa umat manusia. Bahkan banyak adegan menampilkan analisa mengenai penyebab terjadinya fenomena alam yang ditayangkan di televisi dan ditonton oleh para tokoh, lengkap dengan penjelasan ilmiahnya. Kemudian film pun langsung bergeser pada upaya sang tokoh bertahan hidup dan menghindari something happening itu. Walaupun tidak dibeberkan secara lengkap penyebab fenomena tersebut, tapi hal tersebut menbuat cukup membuat The Happening menjadi datar. Penonton pun tidak lagi bertanya-tanya ’Why it is happening?’ melainkan lebih tertarik pada ‘What’s next? What other ways to die that the film want to show me?”. Jika saja kemisteriusan fenomena ini disimpan untuk akhir dan membiarkan penonton bertanya-tanya, tentu film ini akan lebih menegangkan.

Alur film pun dapat relatif mudah ditebak. Kengerian-kengerian yang terjadi sudah dapat terbaca oleh penonton tanpa ada kejutan lain. Bahkan banyak adegan-adegan yang dirasa tidak penting dan tidak terkait dengan inti film. Belum lagi klimaks yang terkesan dipaksakan. Segala peristiwa yang mencengangkan dan mengerikan itu diberikan klimaks yang sangat biasa. Membuat saya berkomentar ”Hanya begitu saja?” Film ini juga merupakan salah satu film khas Hollywood yang ’gatal’ untuk tidak menambahkan nuansa romantis bagi para tokohnya. Romantisme menjelang klimaks sebenarnya cukup memberikan mood sendu, hanya saja seperti yang saya bilang, terlalu dipaksakan. Tidak, fim ini tidak memberikan adegan percintaan yang menggebu-gebu. Tapi romansa menjelang klimaks itu sangat mengganggu ketegangan yang dirasakan. The Happening akhirnya ditutup dengan teaser yang oh so predictable dan sangat pasaran.

Karakter tokoh di film The Happening juga tergolong agak lemah dan sangat tergantung pada orang lain. Satu-satunya karakter kuat di sini adalah Elliot Moore yang digambarkan berusaha berkepala dingin dan berusaha memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah. Elliot Moore bukanlah tipikal tokoh utama yang macho dan keluar menjadi pemenang dengan mengalahkan segala yang menghambatnya. Elliot adalah tipe lelaki biasa yang memiliki masalah dalam rumah tangganya namun tetap berusaha untuk melindungi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Hal yang cukup menghibur adalah ketika Elliot di salah satu adegan berusaha menerapkan pendekatan ilmiah yang dipegangnya untuk mengambil keputusan di tengah padang liar. Satu lagi, sahabat Elliot, Julian, sepertinya terlalu cepat masuk dalam deretan korban, padahal saya sempat berharap adanya dua sudut pandang dalam film ini, sudut pandang Elliot dan Julian. Tapi harapan tinggal harapan.

In the end, The Happening is not THAT Happening.

Tapi untuk pesan moral yang dibawanya, The Happening cukup mengena: Don’t mess with nature, maybe it will take revenge.

P.S. Sudah berapa banyak kata Happening muncul dalam review ini ya?

Kungfu Panda


Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Animation
Directed by: Mark Osborne, John Stevenson
Cast: Jack Black, Jackie Chan, Lucy Liu, Dustin Hoffman, Angelina Jolie
Duration: 90 min

Kau tak akan dapat lari dari takdirmu.

Hal ini yang mungkin ingin disampaikan oleh film Kungfu Panda. Film ini bercerita tentang seekor Panda bernama Po, yang merupakan anak dari seekor Angsa (yep...it was a goose dad, not a panda daddy) yang memiliki kedai Mie. Sang Ayah sangat menginginkan Po meneruskan kedai mie yang merupakan warisan turun temurun, sedangkan Po lebih suka bermimpi menjadi pendekar kungfu terhebat di seantero Cina. Po akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mempelajari kungfu setelah terpilih (atau tidak sengaja terpilih?) menjadi Pendekar Naga yang diramalkan sangat sakti mandraguna. Namun Po, yang tidak punya pengalaman belajar kungfu sama sekali, tentu saja tidak pede dan yakin bahwa dirinya adalah Pendekar Naga yang diharapkan dapat mengalahkan sang musuh jahat: Tai Lung si Macan Tutul.

Bersama 5 pendekar sakti yang selama ini hanya menjadi idolanya: Monyet, Bangau, Jangkrik, Ular, dan Macan, Po belajar kungfu di bawah bimbingan Master Shifu yang keras. Kegigihan Po di film ini cukup mengharukan, walau diselingi juga dengan sikapnya yang menyebalkan. Po adalah Panda gemuk, pemalas, ceroboh, tidak percaya diri, dan rakus. Namun Po juga sangat gigih dan pantang menyerah. Tak peduli dihina, disiksa, dan dihajar habis-habisan, Po tetap bertahan dan bertahan demi impian dan (menurut sang Guru Besar) takdirnya menjadi Pendekar Naga. Apakah menjadi Pendekar Naga adalah takdir Po? Ataukah terpilihnya dia menjadi Pendekar Naga adalah kebetulan semata?

Hal yang membuat film ini begitu menyegarkan adalah humor yang sangat kental. Penonton banyak disuguhi oleh adegan-adegan kocak yang menguras tawa dari tingkah laku Po ini. Ketika penonton merasa bahwa film ini sedang menuju alur yang ‘serius’ tiba-tiba saja Po atau tokoh lain dalam film ini akan berbuat sesuatu yang membuyarkan aura keseriusan tadi. Begitu banyak tingkah laku para tokoh dan juga percakapan-percakapan yang mengundang tawa. Bahkan adegan pertarungan terakhir dengan sang musuh pun menjadi adegan yang penuh gelak tawa, bukan rasa tegang karena film sedang menuju klimaks.

Berbeda dengan film-film lain, Kungfu Panda bersih dari adegan percintaan. Walaupun ada beberapa tokoh perempuan di film ini, tidak ada adegan keromantisan yang seringkali dipaksakan di sebuah film hanya supaya film itu lebih berbumbu. Kungfu Panda adalah film tentang kungfu dan Panda. Itulah yang dipegang teguh hingga akhir film.

Sayang sekali, Kungfu Panda ini juga adalah film yang sangat berat jiwa Hollywoodnya. Tanpa berpikir pun penonton sudah dapat menebak jalan cerita serta endingnya. Tak ada sesuatu yang berbeda atau unik. Bahkan cerita pun hanya berkisar di sekitar Po, sedikit mengabaikan tokoh lain seperti kelima pendekar sakti yang semestinya dapat sedikit ditambah perannya. Keunggulan film ini hanyalah pengemasan animasi, pemilihan Panda sebagai tokoh utama, dan humor yang menyenangkan. Film ini juga bertabur para bintang sebagai pengisi suara. Sebut saja Lucy Liu, Angelina Jolie, Jacky Chan, dll.

Tapi, ya, secara keseluruhan film ini benar-benar dapat menjadi hiburan di kala suntuk.

P.S. Kalimat yang paling sering muncul dan sangat mengena di film ini adalah: There’s no such thing as coincidence. Takdir adalah takdir, tak peduli bagaimana manusia mencoba mengubah takdir. Apakah benar begitu?

Jun 11, 2008

Empty

Its strange. This empty feeling.
Of hearing your up coming wedding.
But nothing.
Honestly nothing.
Only empty.
Bottomless emptiness.


Ah maybe is just not that important anymore.

Perpisahan

Re, perpisahan itu semakin lama semakin menyakitkan.

Setiap kali kau berikan kecupan selamat tinggal, ada bagian hatiku sekarat menahan pedih. Sudah berapa kecupan kita bagi dalam rentang kebersamaan kita? Ratusan temu dan juga ratusan perpisahan. Berulang dan berulang. Memenggal hidup kita menjadi sepotong waktu kecil yang kita santap berdua, sebelum kita kembali pada menu hidup masing-masing.  Waktu kulalui bersamamu adalah kesekejapan belaka. Hanya setetes dari seteguk cinta yang kuharapkan. Haus aku akan dirimu. Lapar aku akan cintamu. Sungguh Re, tak ingin aku kembali lepaskanmu jelajahi jarak 127 km yang pisahkan kita. Jauh dariku.

”Bukankah ini resiko kita? Bercinta terpisahkan jarak?”

Aku tahu Re. Sungguh aku tahu resiko yang kutanggung. Sedari perjumpaan pertama kita di satu kota, dilanjutkan dengan perjumpaan kedua di kota yang lain. Kita jalani hidup yang berbeda, di kota yang berbeda, Re. Dengan mobilitas begitu tinggi. Hingga kita saling berkejaran dengan jarak dan waktu. Mencuri waktu di tengah kesibukan. Berlomba penuhi target agar dapat menyelipkan namamu, atau namaku, dalam agenda bulanan kita. Menjalin cerita berbataskan maya dan sambungan telepon. Tapi kini itu tak lagi cukup, Re. Kegelisahan ini tak pernah berhenti. Rindu tak jua putus. Dan tentu saja, sepi masih saja meraja. Kala hidup kita tak saling bersinggungan. Tak bisakah kita berdiam dan menetap?

”Aku masih membangun mimpiku, mimpi kita. Tak bisakah kau sabar menungguku?”

Mimpi adalah dirimu, Re. Aku mengenalmu ketika kau bermain dalam awan mimpi. Tak hendak turun menjejak nyata. Kau dengan mimpimu adalah satu. Dalam setiap perjumpaan kita, kau selalu bercerita tentang mimpi-mimpimu. Seperti halnya kubagi mimpi milikku. Hingga melebur semua menjadi mimpi kita. Terajut perlahan bersama kasih yang kita nikmati berdua. Terangkum bersama karya-karya Hollywood yang rajin kita sambangi. Di antara cita rasa berbagai masakan eksotik manjakan lidah kita. Juga di atas bantal tempat kita sandarkan lelah setelah seharian menyusuri kota. Kamarku penuh oleh mimpi yang kita bincangkan, Re. Tapi ada pula harga yang harus kita bayar. Mimpi itu letakkan jarak di antara kita.

”Apakah mimpiku terlalu sederhana, Re?” 
”Tak ada mimpi yang sederhana, Fee.”
”Apakah kau tahu mimpiku?”
”Bukankah sama dengan mimpiku?”

Mimpiku adalah pelengkap mimpimu, Re. Bukan sama dengan mimpimu. Kau melengkapi diriku, seperti halnya aku berharap diriku melengkapi dirimu. Kita berjalan sebagai dua lingkaran yang beririsan, namun bukan satu. Karena satu berarti penghilangan identitas yang lain. Dan aku tak dapat membiarkan diriku lebur dalam dirimu, seperti halnya aku tak akan merenggutmu dari hidupmu untuk bersatu dengan hidupku. Kita berbeda, tapi kita saling melengkapi. Begitu juga dengan mimpi-mimpi kita. 

”Berikan aku waktu.”

Waktu kini tak memihak kita, Re. Terlalu banyak detik terlalui tanpa pelukanmu. Masa berlari cepat, dan tanpa kita sadari bulan sudah berulang kembali. Bincang sunyi dengan tembok kamarku tak lagi tenangkan gejolak batinku.  Hujan yang kucinta pun terasa hambar tanpa percintaan kau dan aku di sela rintiknya. Malam sungguh dingin karena tak ada pelukmu. Aku merindukan seseorang tempat aku pulang, Re. Berbagi aksara dan juga cita. Tapi kau tak ada di sini. Gelenyar pedih ini terus bertambah, Re. Getir yang terasa pahit mendera inderaku. Bersama butiran air mata yang terus terurai. Jatuh berdebam seiring perpisahan demi perpisahan kita. Sakit ini masihlah akut, Re. Karena tak ada kau yang menjadi penawarnya. Apakah kau rasakan sakit ini juga, Re?

”Kamu terlalu egois, Fee.”

Ya.
Aku egois akan segala hal berkaitan denganmu.
Tapi b
ukankah keegoisan kita sama, Re?
Egois untuk bersama kala tubuh kita terpisah.
Dan perpisahan ini semakin lama semakin sakit.
Pulanglah, Re.
Padaku.

Jun 9, 2008

Addicted to Love

Saya rindu jatuh cinta

Menikmati rasa yang meledak dalam damba
Getaran manis merebak dalam  nadi

Rindu berbisik lirih di setiap detak waktu
Adrenalin menderas seiring gairah
Senyum simpul kala aksara bertera sang Dia
Jengah tersipu akan rayuan gombal
Malam yang terlalu sepi tanpa sapa Dia
Bosan timbul kala cerita tak sempat terjalin dengan Dia
Sekelumit amarah namun memperdalam ikatan
Hingga pada cemburu merangsek tak tentu arah



Mungkinkah jatuh cinta adalah candu?
Lalu apa yang terjadi ketika jatuh itu tak lagi jatuh
Melainkan sudah bertepi menjadi "di" dan "me"

Saya ingin jatuh
Tapi hanya pada tangan Dia
Yang selalu bersedia menangkap saya
Setiap kali saya terjatuh
(and its quite often)

Jun 1, 2008

Speechless

Dont ask
For unknown answer

Dont wait
For unknown question

Dont hope
For unknown dream

Just

      Keep
Quiet

Just

      Keep
Alive



- Dissapointed -