Oct 27, 2005

Vulnerable



Tiba tiba ingin menangis. Padahal dunia masih baik-baik saja. Hanya guncangan sedikit pada duniaku, dunia dia, dunia kita. Menyaksikan buliran buliran air mata tertahan. Emosi yang terbekap dalam jiwa. Ketakutan akan masa depan yang belum terputuskan. Musibah tak terduga datangnya. Kelalaian ini harus kita bayar. Ya...KITA yang harus membayarnya, tidak kau sendiri ataupun aku sendiri. Karena kita adalah satu.


Tapi aku tidak bisa menangis. Pun kali ini. Air mataku lama membeku. Hanya pada saat guncangan jiwa terbesar tangis itu pecah. Berderai basahi jiwaku yang lama kering. Mungkin magnitude gempa dalam hidup kita ini kurang besar. Hingga masih tak ada sebutir pun air mataku. Hanya ada dirimu yang larut dalam pelukku. Maafkan aku jika aku tak hanyut. Harus ada yang berpikir jernih di sini. Menyelesaikan semua masalah itu. Bukanku tak pahamimu, tapi memang air mataku tak ada lagi. Yang tersisa adalah keinginan untuk menangis, namun tak juga tertumpah.


Duhai dirimu, hati ini masih pedih memandang luka yang kau sandang. Ingin kudekap dirinya hingga tak lagi ia rasakan sakit. Apakah pelukanku kurang erat? Kuresapi dukamu, seperti kukecap gelisahmu. Masa depan ini kembali patah. Kerapuhan kita gilakanku. Dukanya perihkan mata, tapi tetap tak ada air mata. Ini jiwaku merintih sedih, untukmu. Aku hanya bisa berada di sampingnya, selama ia butuhkan aku.


Tapi perlukah aku bertanya siapa yang akan disampingku ketika ku butuhkannya?



Oct 25, 2005

Life


Mood ku sedang turun drastis. Padahal hidup terjalani dengan biasa saja. Masih penuh dengan kepalsuan dan apatisme. Ingin segera meliburkan diri. Sementara jauh dari segala tetek bengek dan rutinitas yang semakin mengikat. Semua terasa sama saja. Hambar.


Sungguh ini adalah hal bagiku memuakkan. Untuk kembali tenggelam dalam rasa tak puas. Jenuh. Bosan. Menginginkan sesuatu yang berbeda. Menginginkan perbaikan. Menginginkan kejelasan atas segala yang tidak jelas. Menginginkan keadilan atas perlakuan buruk yang kuterima. Menginginkan ketercukupan. Tidak berlebih. Hanya cukup untuk layak.


Mereka berkata bahwa semestinya belajar untuk menghargai hidup dan apa yang hidup berikan. Ya saya memang menghargai hidup dan berjuang untuk terus menjalaninya. tapi kini saya lelah. Saya hanya ingin beristirahat. Saya ingin sekali-kali mencoba menikmati hidup, bukan selalu berjuang untuk hidup.


Hidup memang berat. Ya saya juga tahu. Tapi adakah yang membuatnya ringan? Saya tak mau bergantung kepada siapapun selain diri saya. Karena toh semua orang pada akhirnya sendiri bukan? Tapi kadang saya ingin didengarkan. Sayang, semua pendengar sudah bosan karena apa yang saya dongengkan hanya hal-hal itu saja. Lalu apa lagi yang harus kukatakan? Tentu saja saya akan memilih diam. Memendam segalanya. Tak perlu ada yang tahu. Mengenakan kembali topeng tawa dan bahagia yang selama ini menemaniku.


Hidup saya, sepertinya terhenti saat ini. Dan saya tahu bahwa saya yang harus membuatnya kembali maju. Bukan Anda atau siapapun. Tapi saya lelah...sungguh lelah......


Oct 20, 2005

In the verge of....


Argh...


Something is definitely wrong with me.


This burning need.


Rush of adrenaline.


Longing.


I want it!


Oct 17, 2005

Hujan Bawakan Sepi


Setiap titiknya adalah nafasku


Jatuh menuju bumi.


Terhempas.



Hujan ini adalah hujan mawar.


Memerah seperti darah.


Kelopak mawar terburai.


Ouch...durinya lukaiku


Setetes darahku jatuh.


Melebur bersama derai hujan.


Merah muda indah.


Gigit kesadaranku.


Luapkan alpaku.


Menetaskan haru. Lingkupi kalbu.


Gelisahku, tak juga redam. Terdistorsi oleh harap.



Ini aku.


Meredup.


Melemah.


Padam.


Tertidur kembali.



Mengapa hujan bawakan sepi itu lagi?


Oct 14, 2005

When Love and Hate Collide


Bisakah Anda berhenti sekali saja untuk tidak menunjukkan kesinisan-kesinisan itu? Ini bukanlah hubungan teman baik, bahkan teman pun sudah tidak lagi. Apakah setiap pertemuan harus disertai dengan perang batin dan kata-kata? Sungguh melelahkan. Tak bisakah kita menjalani hubungan ini selayaknya dua orang dewasa dan beradab yang tak merasa perlu untuk menyakiti satu sama lain?


Saya lelah menghadapi diri Anda yang seperti itu. Bukan saya ingin selalu menjadi yang pertama bagi Anda, terutama setelah semua ini berakhir. Saya hanya ingin dihargai sebagai individu, bukan sesosok orang yang bisa Anda kutuk seenaknya. Hubungan kita memang sudah berbeda, tapi itu bukan berarti memberikan Anda hak untuk menghujat saya. Siapakah yang tak bisa menerima jika keberakhiran itu ada? Biarkan hidup mengatur jalannya sendiri.


Mari, tuntaskan jalan ini. Jika memang panah panah itu masih membunuh, patahkanlah! Hidup kita terlalu indah untuk dihanguskan dalam kekosongan dan rasa dendam.


Oct 10, 2005

Serious (????)


I think i'm getting serious. Dunno why, dont asked me the reasons. But at this moment, it just feel right. This is different. I never feel like this before. I never thinking about seriousness in relationship. I just follow the tidal wave. But this time, i want to find my home island, with him. Am I that desperate? Or it just the way it is?

Oct 4, 2005

Your Wish is My Command ???


Sedih rasanya jika tidak bisa mewujudkan keinginan orang terdekat kita, apalagi jika itu orang tua. Tapi kadang keadaan tidaklah memungkinkan untuk mewujudkannya. Aku terkadang lelah untuk terus dan terus berusaha memenuhinya. Kalau kubilang aku ingin mewujudkan cita-citaku dulu, banyak yang akan menganggapnya egois karena semestinya aku mendahulukan keluargaku. Tapi aku tak mau begitu saja mengorbankan cita-citaku. Apalagi yang kita lakukan dalam hidup ini jika bukan untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya? Aku tak ingin ada penyesalan dalam hidup ini. Aku ingin mencoba mengejar apa yang kuinginkan, walau mungkin tidak dapat kugapai tapi setidaknya aku sudah pernah mencobanya.


Tapi kakiku terikat. Belenggunya terlalu lembut untuk kucabut, namun juga terlalu keras untuk kulepaskan. Aku rindu kebebasan. Aku rindu perasaan tak bersalah dan tak sakit ketika aku tak berhasil mewujudkan suatu keinginan. Aku rindu tak merasakan semua itu sebagai beban namun sesuatu yang semestinya diterima dengan lapang dada.


I wish i knew how it would feel to be free.....


Oct 3, 2005

Menjawab Mu


Ada yang terlupakan.


Cinta tidak menyakitkan kecuali cinta itu berakhir. Sakitnya sungguh membuat gila. Tapi bukankah ketika cinta itu tumbuh, kemanisan yang terasa begitu memabukkan dan menghanyutkan? Cinta adalah melupakan dunia, tenggelam dalam rasa dan asa sendiri. Baik ketika ia semi maupun ketika ia layu.


Cinta bukan hanya membiarkan apa yang ada di hati bersemi dengan sendirinya. Namun juga membutuhkan pemeliharaan dan keinginan untuk menjaganya. Kasih sayang yang besar untuk tak membiarkannya padam. Harus terus dipupuk dan dirawat, jangan sampai cinta itu layu atau tumbuh dari sisi yang salah.


Dia


Untuk engkau, lelaki tertinggalkan di masa lalu

Dalam ruang jiwa tempat kita berpadu dulu
Menatap jarak yang terasa begitu jauh
Air matamu sesap dalam tawa
Sementara bulir air mata milikku tertunduk diam
Tak akan pernah mengalir
Karena kusimpan carut ini
Bersama pedih lesap dalam pelukan terakhir kita

Inilah jalan kita!
Persilangan nasib ini usai sampai di sini
Pertemuan terakhir dari kata yang paling akhir
Dengan benang merah yang telah terburai
Ketika ketidakseimbangan dan kekacauan,
mewarnai hari-hari kita
Tak dapat lagi ku merengkuhmu dalam damaiku
Saat chaos masih berkecamuk dalam degup jantungku
Dan aku pun tak dapat menyisipkan adaku pada adamu

Cinta ini terpatahkan
Kepingannya sungguh lukai
Bukan ku lupaimu
Tidak pula ku larikan diri
Tapi keterpenuhan yang kudamba,
tak juga dapat kau genapkan
Seperti juga aku yang tak dapat temani gelisahmu
Jika kau sebut ini kesemuan,
maka ini adalah semu yang merasuk
Hingga tak terasa ilusinya
Sampai pada saatnya kecewa memuncak liar
Membangunkan kita yang terlena
Karena batin kita perlahan merenggang
Seiring persilangan temu yang memudar
Dan kita berhenti melangkah
Ataukah aku yang tak mau lagi sambut tanganmu?
Sementara tak jua kau lompati jurang itu

Sudahlah
Setiap hal terjadi dengan alasan bukan?
Dan semoga alasan itu adalah alasan yang baik
Terima kasih untuk kehadiranmu
Dulu, sekarang, kemarin, dan juga nanti
Seperti yang kau katakan tadi
Dan kita bisa tertawa kembali

Mari, hidup terlalu indah untuk disia-siakan dalam kekosongan