Sep 13, 2005

Ode for Broken Princess


Sudah beberapa putaran waktu aku melihatnya. Menari di kesendirian. Berpeluk dengan hampa. Adakah kebebasan yang terejawantahkan? Tatkala logika melebur dalam larutan asa. Sungguh, berpegang padanya akan jatuhkanku. Adakah aku akan terhempas. Lagi melawan arus. Tali ini semakin menipis. Gerusan waktu telah cabiknya.




Ini tentang rasa. Yang perlahan memudar ketika mentari tersenyum. Penantian kepada kekosongan. Padahal tak ada jerat yang melibatnya lagi. Dialah yang menjerat hatinya. Mengorek luka lama terbilang. Sudah cukupkah laramu? Lompati denyut luka. Kelopak mawar bawakan aku tetes air matamu. Kuhidu aroma sepimu.




Duhai putriku, mungkin di kastil ini tak kau temukan kekasihmu. Dia sudahlah petik kuntum bunga terakhirmu. Haruskah kau ratapinya? Di kedalaman matamu kutemukan pisau yang tertancap. Darahnya basahi lembut kulitmu. Mari...mendekatlah hingga bisa kusaput sedih itu. Biarkan aksara aksara maknai hadirmu. Seperti kuartikan setiap hela nafasmu. Lelaplah dalam pelukku dan biarkan kuselimutkan damai di mimpimu.




Aku ada di sini. Memandangmu. Mewujud seperti mahadewi khayangan.


0 comments:

Post a Comment