Dec 3, 2009

Abandoned Path

Jalan itu masih ada

Terbengkalai tanpa kau menapakinya

Begitu banyak sampah

Semak belukar kembali menguasainya

Matahari tak lagi menyeruak masuk hangatkan pejalan kaki

Yang ada kekosongan

Dan arah yang tak mengarah

 

Sudah kuingatkan tentang jalan itu

Sudah kuberikan segalanya

Agar kau tapaki lagi jalan itu

Jalan yang kau pilih untuk kau lewati

Tapi tak kau inginkan

Hingga akhirnya ia tak lagi menjadi jalan

Hanya sepetak ruas tak bernama

Dan harapan yang lenyap

 

Saya sudah menyerah

Tak akan lagi kuminta kau kunjungi jalan itu

Bila memang hatimu tidak di sana

Biarlah kubangun jalanku sendiri

Dan kau miliki jalanmu sendiri

 

# Mungkin alam memang berkonspirasi untuk mengambil kembali jalan itu

   Seperti halnya dulu alam berkonspirasi untuk menyatukan kita

Dec 2, 2009

Undangan Ini

Akhirnya dia datang juga.
Bersalut warna biru cerah kesukaanmu. Biru seperti langit, katamu. Membuat hati terasa damai saat memandangnya. Hiasan berwarna putih semakin mempercantiknya. Bagai menggenggam sepetak langit berhias awan. This is so you.
Tapi ada sentuhan selain dirimu. Di baliknya ada foto, kamu yang tersenyum dan saling memandang penuh cinta di sela dedaunan. This is so not you. Tak seperti kamu yang enggan bergandengan tangan di depan publik. Selalu menyembunyikan hubungan cintamu. Tapi kini ada foto mesramu di sana, bagai berteriak inilah pasangan hidupmu, selamanya.
Undangan ini sempurna.
Hanya ada satu kelemahan.
Ia bertuliskan namamu, tapi tak ada namaku.

Aug 19, 2009

Menjadi Tiga

Satu

Dua

dan kini Tiga

 

Tapi mungkin tiga sama dengan satu dan dua

Ataukah satu ditambah dua sama dengan tiga?

Haruskah Tiga muncul setelah Satu dan Dua?

Ataukah Tiga adalah Tiga?

 

Tiga ini adalah Tiga milikku yang pertama

Aku tak pernah kenal dengan Satu dan Dua itu

Kau lah yang tapaki Satu dan Dua

Tak ada aku di sana

Lalu kini sampailah kau pada Tiga

 

Tiga yang tertatih menjadi Tiga

Entah apakah hanya Tiga

Ataukah muncul Empat Lima

Bahkan kembali pada Nol

 

Sudah kulewatkan Satu milikku dulu

Dan kini kujalani Satu yang lain

Berharap untuk menjadi Dua bahkan Tiga

Tapi tetap Satu yang kumiliki

 

Andai saja bisa kutukarkan Satu milikku

Jadikan Ia Tiga milikmu

Tentu aku bisa melangkah menjadi Tiga

Dan kau pun bisa memulai ulang pada Satu

 

Andai saja bisa kuberikan Satu milikku

Dan kau tinggal menambahkan Dua

Karena kau lebih menyukai Satu milikku

Seperti halnya aku menginginkan Tiga

Seperti halnya kau menginginkan Satu

 

Hanya saja ingat, ini adalah Satu yang berbeda

Ini adalah Satu milikku, yang kujalani

Seperti juga Tiga milikmu, yang kau jalani

Semoga Kau cepat rampungkan Tiga itu

Seperti halnya aku rengkuh Dua dan lalu Tiga

Mungkin setelah itu kita bisa tertawa bersama

Memeluk Tiga – Tiga milik kita

 

May 31, 2009

Fed Up

Titik titik ini semakin menumpuk.

Perlahan membentuk garis dan garis dan garis dan garis dan garis

Hingga menjadi bentuk

Lalu kembali merangkai diri dan membentuk garis dan garis dan garis

Terus berulang

 

Waktu terasa berbaur dengan segala tetek bengek. Tercampur peluh dan senyum. Terhimpit dateline dan juga laporan. Terengah mengejar pesawat dan juga memimpikan tidur nyenyak. Bersiasat mengakali email datang bertubi-tubi hingga invisible mode on. Berselancar di facebook di sela deretan guideline. Tertawa bergosip bersama klien namun juga berharap cemas akan hasil presentasi. Berputar di antara angka dan tenggelam di deretan huruf.  Berbaur dengan responden serta menjelajahi ranah asing.

 

Hanya saja kini semua itu tak lagi menyenangkan

Miskin arti dan hampa rasa

Tak ada penghargaan barang sekedar ucapan ‘good job’

Memangkas kreativitas dan mengekang pembelajaran

Tanpa kesempatan berkembang

Dan minim kepercayaan

 

Apakah sudah waktunya pergi?  

Atau saya terlalu banyak berharap?

Titik titik ini kian menumpuk

Titik menjadi garis

Garis menjadi huruf

Huruf membentuk kata

M   U   A   K

 

-Ah…I’m talking too much without meaning-

Feb 4, 2009

ITU INI ITU

Maaf, sudikah Anda mengangkat ITU barang sekejap saja?

Hingga  saya ada waktu untuk bernafas dan meregangkan tubuh. Sudah terlalu lama saya membawa ITU kemana pun saya pergi. Tak pernah lepas barang sedetik. Ketika bekerja, makan, mandi, chatting, menonton film, hingga saya terlelap. ITU selalu ada. Bahkan dalam alam tak nyata pun saya masih saja membawanya. Seperti punuk yang menempel di punggung saja IA.

 

Duh, ITU terlalu beratkah untuk Anda?

Padahal saya selalu membawanya. Tak pernah terpikirkan kata BERAT dapat diasosiasikan dengan ITU. Saya membawanya karena ya saya memang harus membawanya. Tak ada pilihan lain. Tak ada orang lain yang bersedia membawa ITU. Tak terasa lagi betapa ITU menggelayut demikian erat di tubuh saya. Hati saya pun terbelit olehnya. BERAT bukanlah menjadi kata bagi saya. Ya tentu saja ITU sangatlah BERAT, tapi perlahan otot saya menjadi BIASA.

 

Apakah Anda sudah lelah membawakan ITU untuk saya sejenak?

Tentu saja tak pernah terbayangkan  oleh Anda betapa melelahkan dan menguras tenaganya ITU. Ketika ITU bersama Anda, semua energi dan kekuatan Anda akan disalurkan untuk IA. Tak lagi memedulikan yang lain semata agar ITU bisa terangkat oleh Anda. Mungkin ada saat-saat di mana Anda terseok membawanya, bahkan jatuh, namun Anda tetap harus membawa ITU. Karena ITU tak pernah bisa lepas dari Anda. Sejauh apapun Anda jatuh, separah apapun luka Anda, selelah apapun tubuh ANda, tetap saja ITU ada. Hingga lelah itu demikian jamak.

 

Entah sampai kapan saya akan membawa ITU.

Mungkin sampai ITU terkikis sedikit demi sedikit oleh kehidupan. Perlahan akan ada sosok lain yang bersedia mencuil sedikit ITU untuk dibawanya sendiri. Atau mungkin ada sosok lain yang mau bergotong royong membawa ITU. Saya pun bisa mengistirahatkan punggung yang pegal membawa ITU.  Mungkin saya dapat mengajari trik dan tips untuk menjadikan ITU lebih mudah bagi mereka. Mungkin  ITU ada waktu kadaluarsanya dan IA tewas begitu saja, menghilang bersama angin. Mungkin saya akan merindukan ITU ketika IA terlepas dari saya, entah kapan. Mungkin dan hanya mungkin.

 

Siapa yang bisa membantu Anda membawa ITU?

Saya tidak tahu. Terkadang ITU milik saya malah bertambah berat dengan kehadiran orang lain. Mencoba mengurangi beban ITU namun yang terjadi adalah ada anak-anak ITU menempel pada saya.  Sungguh, saya sudah cukup letih mengangkut ITU milik saya, tak perlu lagi menenteng ITU-ITU yang lain, atas nama kebersamaan. Saya masih kuat mengangkat ITU milik saya ketika IA tidak kawin dan beranak dengan ITU yang lain. Bukannya saya egois hanya mau dibantu tanpa membantu. Namun setidaknya berikan bantuan yang sepadan dengan apa yang saya berikan.

Belum lagi ada masa-masa ketika ITU menggelembung besar dan menambah massa yang IA miliki. Hingga ITU semakin BERAT sementara saya harus melompati jurang waktu untuk membuat IA kembali normal. Bagaimana jika akhirnya ITU terlalu berat untuk saya sandang, dan saya pun terjungkal dalam palung yang diciptakan waktu? Siapa yang akan menolong saya merangkak naik dari palung itu. Dengan tetap membawa ITU tentu saja.

 

Saya lelah. Anda juga tentu sudah lelah membawa ITU bukan?

Jadi, mari sini.

Kembalikan ITU milik saya.

Biarkan saya berkubang dalam kelelahan yang berat namun biasa ini.