Jun 22, 2005

Waktu

:: Not a poetry, Just a rambling thought of mine ::
Waktu...Waktu...Waktu...
Lately, hanya waktu yang ada di pikiranku
Entah dalam wujud peri waktu ataupun batara kala
Intinya sih sama saja
Ketakutan akan kehilangan waktu
Pada suatu masa
Waktu adalah pedangku
Berjuang bersama menggapai mimpi
Namun pada masa yang lain
Waktu adalah musuhku
Yang dengan kejam
Mematahkan mimpiku
Waktu...waktu...waktu....
Bosan juga berpacu dengan waktu
Lelah juga mencoba mengalahkan waktu
Ingin berhenti
Beku dalam waktu

Jun 15, 2005

Timeless

Peri waktu pernah mengunjungiku
Berjingkat di tengah malam musim panas
Matanya bercahaya
Senyumnya merekah
Hendak ia rampas waktu milikku
-Untuk dedemit senjakala- begitu ucapnya
Yang merindu hadirnya waktu
Sebelum kilaunya meredup

Lalu waktuku membeku kemudian mencair

Peri waktu yang sama datang kembali
Sayapnya tak lagi terentang indah
Bahkan tubuhnya sudah tak seramping dulu
- Waktumu telah memerkosaku - begitu keluhnya
Dan ia lemparkan bulatan penuh waktu
Terseok ia pergi
Membawa benih waktuku dalam rahimnya

Lalu waktuku mencair kemudian membeku

Dedemit senjakala mampir sejenak
Merahnya senja telah meninggalkannya
- Aku butuh waktu milikmu - begitu pintanya
Bentang langit tak lagi semarak
Tanpa waktumu menikmatinya

Lalu waktuku memadat bijak
Teruntuk dirinya
Kuberikan waktuku
Hingga serpihan terakhir
Dan ia berjanji
Membuatku abadi dalam waktu tercuri

Jun 13, 2005

Perturb

Sometimes you make me tired to fulfilled your wish
I tried to capture your shooting star
But you do not even aware
That THERE is shooting star
And look what you've done
I have a stack of shooting stars
Feverishly want you to look at them
But in the end, die from glum longing
Or flee from your half-hearted embrace

I give you a rope but you throw it away
I give you a pole but you snub it
I give you a path but you stand still
Time is running out
I am in the edge of my patience

Have a nerve, for God sake!

Jun 7, 2005

Di pucuk kenang

Kusisihkan pecahan waktu untukmu
Letupannya beraroma dirimu
Singgahlah dalam mimpiku
Ketika nyata tak mampu merengkuhmu
Ah...aku rindu

Badai kenang tak kunjung mereda
Memadu darah dan cinta
Gelegaknya kaburkan akal
Mengubur jiwa
Ah...aku kembali rindu

Dongengan terlupa di balik kelopak mawar
Yang mekar di antara hatimu
Gundah melaknat jingga
Bertaburan asa pekat
Ah...aku tak bisa berhenti rindu

Di perhambaan
Cita ini terbelah
Arah ini berbelok
Terpecah
Menujumu
Aku ingin pulang
Kembali pada kedamaian pelukmu

Jun 2, 2005

Once Upon A Time

Naiki kuda putih itu pangeranku,
Dan helalah menuju bentangan angin membadai
Telusuri negeri senja yang memerah
Ada permataku di sana
Terbenam pada kolam di ujung gurun
Cincin pertunangan kita kini tak bermata
Pangeran berwujud katak telah mencurinya
Agar aku mendatangi kolamnya dan menciumnya
Tapi tak tahukah ia bahwa kakiku terikat pada ranjang nasib?
Hanya bisa menanti dan menanti pangeranku kembali
Entah apakah ia menunggangi kuda putih
Ataukah
Katak yang menuntut untuk dicium
Ataukah
Tak seorang pun yang akan datang

Terserahlah
Jiwaku sudah kujual pada setan
Berwujud petani berwajah tampan dengan aroma surga
Agar dapat kulepaskan ikatan ini
Dan berlari menuju kebebasan absurd
Hanya untuk menikmati angin membadai
Di negeri senja yang memerah
Siapa tahu,
Ada yang akan menjala matahari untukku
Dan dia yang akan menjadi pangeranku
Walau mungkin aku sudah tak lagi berwujud nyata