May 10, 2014

Rindu Akan Kenang



Dear Lelaki Lampau, 

Apa kabar? Lama sudah jalan kita tak bersilangan. Dunia terasa begitu luas di kota yang kecil ini. Tak pernah sekalipun kita bertemu di keramaian. Tapi tak apa, mungkin itulah jalan kita, tak lagi sejalan, seperti hati kita.

Jujur, sesungguhnya sudah lama kamu tak lagi muncul dalam radar benakku. Aku bukanlah lupa padamu, tetapi memang kita tak lagi dalam orbit yang sama. Aku pun yakin bahwa aku juga tak pernah lagi singgah di alam pikirmu, yang kini pasti telah penuh dengan momento baru. 

Tetapi terkadang ada momen-momen kecil yang tiba-tiba saja menarik ingatan tentangmu dari bilik memori yang sudah lama terkunci. Hanya sekejap saja ingatan itu muncul, namun ada gelitik rindu di dada. 

Lalu tiba-tiba saja kamu menghantam orbitku. Layaknya komet, kamu hanya muncul sekelebat, namun meninggalkan residu berkepanjangan. Bintangmu selalu bersinar begitu terang, dan mungkin itu salah satu alasanku untuk pergi membentuk galaksiku sendiri. Sulit untuk ada dua matahari dalam satu tata surya, dan aku tak mau salah satu dari kita menjelma menjadi lubang hitam. 

Ini hanyalah perjalanan menengok masa lampau, katamu.  

Lalu kamu  pun berlalu, kembali ke duniamu. 

Tak sadarkah kamu, bahwa residu kehadiranmu membangkitkan kenang? Melihatmu bagaikan melihat dunia yang bukan lagi duniaku, melainkan sesuatu yang asing tetapi begitu familiar. 

Aku tahu dan kamu pun tahu, tak ada lagi rasa di antara kita, bahkan rasa pedih sekalipun, yang dulu begitu akrab dengan kita. Tapi ada rindu tersembunyi di situ. Rindu akan masa lalu yang terlewat oleh keputusan kita sendiri. Rindu yang sarat oleh kenang, bukan lagi cinta. Rindu akan kemungkinan yang terjadi jika jalan kita masih bersisian. 

Terima kasih atas kehadiranmu. Kini marilah kita kembali ke dunia kita sendiri dan sekali lagi menutup lembaran lama ini, yang mungkin akan kita buka lagi beberapa tahun nanti, ketika rindu akan kenang itu muncul lagi. Karena bagaimanapun juga, aku dan kamu adalah yang pertama, dan tak ada yang pernah lupa akan cinta pertama mereka, walau tak lagi kerap muncul dalam ingatan.

Salam, 

Perempuan kini