Jul 26, 2005

Lihat! Dengar! Rasakan!

Seperti halnya malaikat biru, saya juga mengalami rasa bersalah setiap kali peristiwa itu berulang. Apakah mereka tak tahu bahwa merobek hati seseorang juga lama kelamaan dapat membunuhmu? Saya bosan. Sepertinya apapun yang saya lakukan akan menyebabkan seseorang sakit hati pada akhirnya. Padahal kadang saya merasa, saya tidak melakukan apapun. Hanya saja banyak sekali salah persepsi dan kegeeran yang tidak pada tempatnya. Seperti kata pepatah (entah dari mana) "Lelaki itu, tidak diapa-apakan pun sudah geer." Saya hanya mencoba bersikap baik pada siapapun, mencoba untuk tidak melukai siapapun. Tapi itu ternyata salah. Ataukah itu sebenarnya memang salah saya? Terkesan memberikan harapan padahal tidak. Apa lebih baik saya terus keluarkan tanduk dan duri duri saya? Agar mereka langsung tahu dengan siapa mereka berhadapan? Dan mereka bisa mempersiapkan tameng mereka agar tak terluka atau bahkan melarikan diri dari saya? Sungguh sulit menjadi perempuan.

Dari pengalaman terdahulu, saya tahu bahwa there won't be any happy ending if you deal with me. Pesimis but it is true. Tapi bukan berarti saya tidak ingin memiliki happy ending ya, siapa sih yang tidak ingin bahagia? Hanya saja mungkin masih belum waktunya. Oleh karena itulah saya selalu memperingatkan lelaki yang hendak mendekati saya untuk berhati hati agar tak terhisap oleh kegelapan dalam diri saya.*

Jadi mengapa masih ada saja orang yang bersedia untuk saya bunuh eksistensinya? Dan ada orang orang yang dengan seenaknya membuat asumsi atau bahkan mendaftar kesalahan mereka ketika saya bunuh mereka. Apalagi yang menganggap bahwa hidup tak lagi layak sesudah itu. Cengeng sekali!

Apabila Anda pernah merasakan bagaimana kelaparan itu dan tak tahu bagaimana bisa makan keesokan harinya, apabila Anda pernah merasakan harus berjuang menghidupi diri sendiri tanpa tumpuan dan pegangan apapun, apabila Anda pernah merasakan tak bisa memberikan yang sepantasnya diberikan untuk menghidupi orang tua dan saudara saudara Anda, ketika Anda pernah merasakan Anda harus menahan impian dan keinginan Anda hanya untuk membiarkan seseorang tetap hidup cukup layak, maka Anda BOLEH mempertimbangkan bahwa mati adalah pilihan terbaik ketika lelah terbebani melanda. Sedangkan mati hanya karena alasan putus cinta? Tak layak!

Belum lagi pemberitahuan bahwa mereka bersedia mati untuk membuktikan diri mereka. Apa tujuannya? Hendak menambah rasa bersalah saya? Oh please...saya tak akan menghargai kematian itu karena jika begitu berarti mereka telah menyia-nyiakan hidup. Saya masih mencoba menghargai hidup saya, sebagaimanapun berat dan compang campingnya. Kesalahan mereka hanya satu : menawarkan jiwanya pada saya untuk saya matikan. Selayaknya mereka menjual jiwanya pada setan.

Tapi saya hanyalah perempuan biasa yang ingin bahagia, walau saat ini saya masih merasa berada di dalam kegelapan. Tapi saya tetap bahagia. Saya tidak sempurna bahkan banyak memiliki kelemahan. Termasuk dalam menyikapi love and life. Termasuk pula dalam menyikapi Anda Anda sekalian. Saya juga bukan orang baik, melainkan dipenuhi oleh kejahatan yang tak pernah Anda sadari. Tapi saya masih mencoba berbuat baik.

Dalam kegelapan bukan berarti bahwa saya menafikan cinta. Saya juga tidak suka sendirian. I hate being alone. I am a lover, so how can it be I am not capable to be in love and loved by someone? Saya juga membutuhkan cinta, tentu saja. Cinta yang setara dan seimbang. Tapi itu tidak bisa dipaksakan apalagi hanya karena rasa kasihan. Jika saya menjadi milik seseorang karena kasihan, mungkin saya tak akan ada di sini sekarang, melainkan sudah menikah dan menjadi ibu sejak dahulu kala, ketika ada seseorang yang memintanya. Lagipula, bukankah cinta terasa hambar jika tak ada equal love and passion? Dan tolonglah, jangan selalu mempermasalahkan atribut sosial sebagai kambing hitam dalam urusan percintaan. Itu sangat dangkal, tahu tidak? Cinta adalah masalah hati, bukan masalah status ataupun penampilan.

Satu hal lagi, saya adalah pemegang privasi tinggi dan saya tak suka jika urusan saya dicampuri. Saya hendak berhubungan dengan siapapun itu adalah hak saya. Dan bukan hak siapapun untuk terus ingin tahu dan menuduh nuduh orang sembarangan. Saya tidak WAJIB melaporkan lelaki lelaki yang ada dalam hidup saya. Toh sudah saya berikan garis besarnya bukan? Saya berhak memilih dan Anda pun masih memiliki kesempatan untuk mencoba mencari bahagia kembali. JANGAN coba coba untuk mengganggu privasi saya. Saya bisa lebih kejam daripada ini, tapi saya masih terus menekan sisi iblis dalam diri saya.

Jadi, bangunlah wahai kalian yang merasa terpuruk olehku.
Hidup masih panjang untuk dihabiskan dalam kesia-siaan belaka.
Kalian adalah teman teman yang baik, lelaki yang layak untuk dicintai dan perempuan yang kalian cintai itu adalah perempuan yang sangat beruntung.
Tapi bukan saya.
Jangan pernah bilang tidak bisa.
Belajarlah menghargai diri sendiri.
Jadilah kuat.


___________
* Silakan Anda menganggap saya narsis, over pede, atau apapun dengan menyatakan banyak lelaki yang mendekati saya. Kategori banyak itu relatif bukan? Banyak bagi saya belum tentu banyak bagi Anda.

** Jika tulisan ini terkesan sombong, atau Anda memiliki pandangan lain, Anda bebas untuk berkomentar.

0 comments:

Post a Comment