Dec 18, 2008

Bukan Bosan

Saya bosan.
Tapi tidak bisa berkata bosan. Karena kebosanan dapat mengundang jenis kebosanan lain yang lebih luas dan parah. Hingga akhirnya akan muncul anak cucu bosan yang perlente dengan segala aksesorinya. Ramai, mencolok, dan menyakitkan. Sibuk menarik perhatian dengan semua jari tertuding pada si bosan tadi. Sumber segala masalah.

Saya bosan.
Tapi bosan ini mudah-mudahan hanya bosan tak berbahaya. Yang mengendap diam-diam di sudut kamar, terpekur memandangi kehampaan. Bosan yang hanya membutuhkan kawan, untuk bercakap riang dan bermimpi. Bukannya bersengketa dan memperumit masalah. Bosan yang hanya gelembung kecil tak bersumbu. Bukannya tumbuh menjadi bom waktu dengan sumbu pendek yang mudah tersulut. Sungguh, menjaga metamorfosis kebosanan sangatlah melelahkan.

Saya bosan.
Namun ingat, yang dituangkan dalam tulisan ini adalah bukan mengenai kebosanan. Karena kebosanan adalah thing that should not been named. Kebosanan harusnya tidak hidup, mati sajalah, hingga tidak mengganggu entitas lain yang lebih berharga. Dipendam jauh di dasar hati hingga bahkan Jules Verne pun tak akan pernah menemukannya. Yah apalah artinya sebuah kebosanan?

Jadi harus saya apakan kebosanan tak bernama ini?

Dec 8, 2008

Memenggal Pagi

Re, pagi lagi-lagi datang.

Malam kita berakhir sudah. Dingin menyergap ketika pelukanmu terurai. Merenggut hangat yang kukumpulkan detik demi detik malam kemarin. Perlahan tapak jiwamu menjauh, kembali pada titik keberadaan yang selalu terpisah. Adakah renik batinku masih lekat padamu? Ataukah ia sudah memburai terkena matahari? Hingga kapan pagi demi pagi terus pisahkan kita? Secercah demi secercah matahari perlahan membunuh kebersamaan kita.

Re, aku benci pagi.

Karena kau harus pergi ketika pagi menjelang. Kita berlompatan di antara dua waktu. Menyongsong pagi berarti tinggalkan waktu milik kita. Dan kita pun kembali pada dunia hitam putih. Ketika nyata tak lagi bertaburkan renjana. Dan hanya tempat tidur kosong di sini.Tanpa hangat badanmu dan aroma dirimu menemaniku. Yang ada hanyalah kekosongan tanpa warna.

Re, tinggallah bersamaku pagi ini.

Berapa banyak pagi sempat kita bagi? Di tengah jeratan rutinitas dan jarak demikian rumit. Hanya sekelumit pagi yang kita pernah cicipi berdua. Berpura-pura matahari masihlah bulan. Bergelung di antara selimut tebal, enggan beranjak dan kembali pada dunia. Lewatkan sarapan pagi, hanya untuk menyantap cinta kita. Ciptakan dunia hanya milik kita berdua. Dan pagi pun kembali menjelma malam.

Re, aku ingin malamku.

Hanya dalam gelapnya malam bersamamu kutemukan warna. Gemerlap silih berganti hiasi perpaduan kita. Tak terhitung warna berlompatan dalam arus gairah kita. Hingga akhirnya malam pun tak hanya pekat. Tertidur dalam pelukmu adalah candu. Membiusku dalam nyenyak yang penuh. Dan pada malam seperti itulah, aku semakin benci saat pagi mengetuk kesadaran kita.

Re, mari kita penggal pagi.

Hilangkan Ia dari waktu kita. Hingga hanya malam demi malam terajut menjadi satu. Sesekali senja menyelusup masuk, berbagi jingga dan semburat akhir hari. Namun malam tanpa pagi adalah hari tak berawal dan juga tak berakhir. Karena ada kau di sana. Menemani malamku.

Jadi, maukah kau membantuku memenggal pagi, Re?

 

Dec 1, 2008

Uncertainty

Ketidakjelasan yang semakin jelas
Mengambang di udara
Sesakkan nafas dan kabutkan pikiran
Serasa tergantung pada tali rapuh
Menunggu terjatuh pada lubang gelap menganga
Berjalan di atas bara api
Sekejap menghangatkan namun juga membakar
Di antara proyeksi demikian gemilang
Namun masa depan begitu suram

Ah well...mari memperjelas ketidakjelasan yang jelas ini
Get over with it, will you?

P.S. No, it is not a love story, but a professional babble of mind

Nov 30, 2008

Twilight

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Science Fiction & Fantasy
Twilight
Directed by : Catherine Hardwicke
Writers : Melissa Rosenberg (screenplay)
: Stephenie Meyer (Novel)
Cast : Kristen Stewart, Robert Pattinson, Billy Burke, Ashley Greene, Cam Gigandet, Taylor Lautner
Duration : 122 min



Maybe this is one of rare novel adapted movies without too much change than its novel.

Sebagai movies and book lover, saya cukup terkejut menyaksikan prolog film ini sama persis dengan prolog novelnya. Dengan alur yang terkesan agak lambat, saya bagaikan membaca ulang novel twilight, dengan suguhan visual yang cukup memanjakan mata. Beberapa adegannya sesuai dengan apa yang saya imajinasikan ketika membaca novelnya, walau tentu saja, ada beberapa adegan yang agak berubah.

Isabella Swan, atau Bella (Kristen Stewart) , adalah seorang gadis yang canggung dan agak sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ketika Bella terpaksa pindah untuk tinggal bersama ayahnya, Charlie Swan (Billie Burke) di sebuah kota kecil, Forks, Washington, dia tak menyangka bahwa hidupnya akan berubah sangat drastic.

Edward : I only said it would be better if we weren’t friends, not thatI didn’t want to be
Bella : What does that mean?
Edward : It means, if you’re smart….you’ll stay away from me.
Bella : Okay, let’s say for argument’s sake that I’m not smart.


Di rainy Forks inilah, Bella bertemu dengan Edward Cullen (Robert Pattinson) dan keempat saudara angkatnya, Emmet (Kellan Lutz), Rosalie (Nikki Reed), Jasper (Jackson Rathbone), dan Alice (Ashley Greene) yang merupakan pendatang baru di Forks, sama seperti Bella. Dengan kulitnya yang pucat, ketampanan memukau,dan mata tajam bak elang, Edward menarik perhatian Bella. Kisah Bella dan Edward pada awalnya terkesan bagaikan cerita roman lama, di mana sang hero dan heroine berusaha saling menjauh demi kebaikan masing-masing, namun takdir ternyata mengikat mereka berdua.

Bella : How old are you?
Edward : Seventeen
Bella : How long have you been seventeen?
Edward : …..A while



Kisah cinta Bella dan Edward adalah kisah cinta terlarang. Edward ternyata menyimpan rahasia kelam yang dapat membahayakan Bella. Tapi Bella tak peduli bahwa Edward memiliki kekuatan melebihi manusia biasa, lari secepat kilat, mampu membaca pikiran, dan Edward telah berusia 17 tahun entah untuk berapa lama. Karena Edward adalah vampire, dan tentu saja dia abadi. Walaupun vampire, Edward adalah vampire ‘vegetarian’ yaitu vampire yang bertahan hidup dengan meminum darah binatang dan tidak berburu manusia. Sedangkan Bella adalah manusia biasa.

Edward : And so the lion fell in love with the lamb
Bella : What a stupid lamb
Edward : What a sick, masochistic lion.


Tapi tak peduli akan perbedaan mereka, Bella dan Edward jatuh cinta. Setelah beberapa saat Bella dan Edward berusaha menghindari takdir masing-masing, akhirnya mereka mengakui perasaan mereka. Dan sejak itulah mereka tak terpisahkan. Mereka tak peduli lagi ketika menjadi perhatian satu sekolah karena sebelum bertemu Bella, Edward tak pernah berkencan dengan siapa pun. Bella juga tak peduli bahwa keluarga Edward yang lain adalah vampire dan belum bisa menerima seutuhnya bahwa dia adalah manusia yang jatuh cinta pada vampire, dan bahwa darah Bella memiliki keunikan tersendiri yang sangat mengundang bagi vampire. Bahkan Edward harus mati-matian menahan dirinya yang sangat tertarik dengan darah Bella dan menjaga agar Bella tetap selamat, dari dirinya maupun dari luar.

Edward : Are you afraid?
Bella : I’m only afraid of losing you.


Hanya saja, seperti kisah cinta lainnya, tentu saja ada aral melintang di depan mereka. Sekelompok vampire pemburu datang ke Forks setelah meninggalkan jejak pembunuhan di belakang mereka dan bertemu dengan Bella. Darah Bella yang unik dan perlindungan yang diberikan oleh keluarga Cullen terhadap Bella, membuat Bella menjadi tantangan bagi mereka. Perburuan Bella pun dimulai. Apakah Edward dapat menyelamatkan Bella? Lalu bagaimanakah kisah cinta mereka selanjutnya?

Bella : Everybody’s staring
Edward : Not tha guy. No, he just looked. Breaking all the rules now anyway
Edward : Since I’m going to hell.


Okay, now the critics. Pada awal film, ketika saya sedang harap make up para vampire terkesan sangat pucat dan tidak natural. Namun seiiring alur film, perlahan-lahan para vampire menjadi semakin natural. Visualisasi akan keluarga Cullen memang tidak seindah bayangan saya. Aura vampire dan pemangsa, dimana segala yang ada dalam diri vampire: wajah, tubuh, suara, bahkan aroma, yang semestinya sangat menarik, ternyata tidak terlalu terlihat mengundang. Memang, para keluarga Cullen ini tampan dan cantik, but not vampire enough. Justru James (Cam Gigandet) yang sangat keren dan cool, cocok sekali sebagai vampire pemburu yang kejam. Oh ya, entah mengapa ayah angkat Cullen bersaudara, Dr. Carlisle Cullen (Peter Facinelli) terlihat sangat mirip dengan Tom Cruise, sedangkan James mengingatkan saya akan Brad Pitt di film Legend of the Fall, macho dan sangat maskulin, dengan aura kejam yang begitu terasa.

Acting dari Bella dan Edward pun pada awalnya terkesan kaku. Chemistry di antara mereka berdua tidak terlalu terlihat pada awalnya. Belum lagi gaya Bella yang kadang terlihat seperti gadis bodoh, bukannya mengesankan gadis yang canggung. Edward yang semestinya terlihat cool juga kadang terlihat agak aneh. Perubahan emosi Bella dan Edward, dari saling menjauhi dan akhirnya jatuh cinta juga kurang terlihat, sehingga terkesan bahwa tiba-tiba saja Bella dan Edward saling jatuh cinta, tanpa tahu mengapa. Memang, ketika mereka sudah menjadi pasangan, aura cinta begitu menyelimuti mereka dan menyamarkan pertanyaan di benak mengapa mereka bisa saling jatuh cinta sedemikian dalam.

Ada satu kekecewaan saya di sini. Adegan ketika Edward terekspose oleh sinar matahari semestinya menjadi adegan yang menunjukkan keindahan Edward, dengan kulit yang bersinar bak permata. Saya sangat ingat bahwa di novel, adegan ini lah yang sangat sangat romantis, di mana Edward menunjukkan betapa berbeda, dan betapa indahnya, dia. Di sini pula Edward dan Bella mengeksplorasi cinta mereka dan menyadari betapa berharganya masing-masing. Sayang sekali adegan ini hanya sedikit ditampilkan dalam film, dan penampilan Edward dengan kilauan matahari agak terlihat aneh. Memang, film ini juga menambahkan beberapa adegan yang diharapkan cukup romantis, seperti ketika Edward membawa Bella ke puncak pohon dan menyaksikan pemandangan danau terbentang di bawah mereka, atau adegan kissing di tempat tidur dilanjutkan dengan Edward menemani Bella hingga tertidur. Yup...tak dapat dipungkiri bahwa adegan-adegan itu sangat romantis, tapi ’feel’ kedekatan mereka masih kurang tereksplore.

Inilah film dan novel vampire yang romantis namun tidak bergaya gothic. Adegan percintaan yang indah mewarnai film ini. Tentu saja, ada beberapa adegan yang tidak ada dalam novelnya, namun dapat masuk dengan pas dalam nuansa ke-vampire-an. Beberapa adegan dalam novel pun diubah urutannya, mungkin for the sake of time sehingga tidak terlalu lama. Namun adegan-adegan penting, seperti baseball di tengah hujan petir, sungguh sesuai dengan bayangan. Diselipkan pula humor-humor segar yang semakin membuai penonton sehingga membuat film ini semakin menarik.

Salah satu kekurangan dalam novelnya yang saya rasa agak mengganggu adalah adegan klimaks ketika James hendak membunuh Bella di studio balet. Dalam novel, tidak terlalu digambarkan bagaimana Bella selamat, dan bagaimana pertarungan antara Edward dan James. Adegan terlalu cepat loncat ketika Bella sudah di rumah sakit. Tapi jangan khawair, di filmnya, adegan klimaks ini ditampilkan dengan lengkap. Kita bisa menikmati pertarungan James dan Edward sepenuhnya. Keren!

Overall, film ini sangat sesuai dengan novelnya, walaupun tentu saja tidak ada kedalaman cerita layaknya pada novel seperti kisah bagaiamana Edward dan keluarga Cullen lainnya menjadi vampire, kaitan antara James sang pemburu dengan Alice, hubungan antara Bella dan teman-teman sekolahnya, dll. Konsistensi cerita pun terjaga cukup rapi sehingga orang yang tidak membaca novelnya pun masih dapat menikmati dan terhanyut oleh flm ini. Saya cukup puas menontonnya, dan tak sabar menunggu kelanjutan Twilight: New Moon. Hmm...kapan ya?

P.S. Perhatikan mata Edward yang berubah warna setiap kali sedang emosi. So cute ^^


Sep 10, 2008

Resigned

(Lagi-lagi)

Sudahlah.


Adult people know what he/she have to do.
They do need someone nagging at him/her.
Just shut your annoying mind and be quiet.



-Tired-

Sep 9, 2008

- Sigh -


Life is about making choices, either the good and bad choices.
With all entails it.

And you choose to do one thing that you said very important for your future.

Unfortunately, you are unable to bear the consequences.

Or you don’t feel you are up to face the consequences.  

I know that you think you are more than capable to finish it.
I know that you adore your freedom.
I know that you don’t like the system that tied you and tempt your rebellious nature.

But aren’t we all inside a system?  
Don’t we all have to sacrifice something to achieve what we want?
Aren’t we all need reminders on how fast the time goes by?

I just disappointed of your ignorance on your life course.
Consistency and stability seems don’t have place in your life dictionary.
Or maybe it is my somber personality?

For how long you will stay ignorant?
For how long you will dance around the life just to mock it?

I’m tired of chasing you down when all you want are running away.
You are an adult and I trust you to have your own decision about life.  

The only question is that you willing enough, or it just to make other people happy?

- Just correct me if I’m wrong -

Sep 6, 2008

Loving


Have you ever feel so proud of your love ones? Eventhough he/she's doing nothing. Only standing there and being him or herself. But the effect is still the same. Proud and love blended together. Remind you how much you love this lovely person and why it feel so right.

And you want to whisper: 'Have I told You lately that I Love You?'



Like now....

Sep 3, 2008

Planning and Action



Mari oh mari membuat rencana.
Hingga sedetil mungkin.
Sampai tak ada yang terlewat.
Perkecil segala ketidakpastian.
Di antara semua ketidakpastian lingkupi kita.

Habiskan seluruh waktu meneliti segala kemungkinan dan peluang.
Browsing sana sini dan survey ini itu.
Buka jaringan dan perluas kerja sama.
Belajar merencanakan dan menata hidup.

Lalu?

Mulailah menabung.
Entah sampai kapan.
Mulailah berbesar hati.
Siapa tahu jalan berbelok arah.
Mulailah menjaga optimisme.
Agar pesimis tak lagi gerogoti hati.


Oh ya...jangan sampai sang "hadiah utama" menghilang.
Tanpanya, tak akan ada rencana.
Dan ingat, rencana hanyalah rencana.
Tanpa adanya Action itu sendiri.

Jul 8, 2008

Berbeda Jadwal, Berbeda Kehidupan?

Terkadang jadwal yang berbeda sungguh mengganggu.

Pada saat sedang hot-hot-nya ingin bercerita,  yang ada  adalah offline sign. Ketika ingin bertanya, yang ada hanyalah  sms tak terjawab karena sang pemilik masih di alam mimpi. Amarah dan emosi yang seringkali terasa lebih lega setelah diceritakan pun jadi mendingin. Kala rindu menyerang, diam dan menunggu hanyalah satu-satunya pilihan. Karena dia belum ada di sana.

Justru ketika badan lelah dan hati jenuh oleh pekerjaan hari itu, dia muncul. Saat mata sudah pedih menatap layar komputer, tanda online itu berkedip. Ketika permasalahan sudah terpecahkan seorang diri, barulah tanya akan hal terlewat itu ada. Dan ketika otak mulai penat dan tak mampu lagi mencerna secermelang awal hari, masalah itu mulai dialirkan. Berikan kejutan bak listrik untuk menstimulasi otak,  tapi seringkali tak mampu bangunkan tubuh yang sudah terkapar. Yang ada akhirnya kebuntuan. Atau mungkin pemecahan dengan imbalan kondisi tak fit keesokan harinya.

Matahari adalah bulan baginya. Sedangkan bulan adalah sang matahari.
Terkadang saya lelah menunggu hari dimulai baginya.
Karena hari milik saya sudah berlalu jauh ketika ia memulai hari miliknya.

Dan hari milik saya berakhir jauh lebih dulu sebelum hari miliknya selesai.
Hanya ada irisan-irisan kecil hari di antara kita.

Tapi yah...itulah kehidupan dia. Kehidupan saya. Kehidupan kami.

Saya jadi bingung.
Hendak diapakan jadwal yang terlanjur berbeda ini?
Atau mungkin saya yang berlebihan dalam memaknai waktu?

Hancock


Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Directed by: Peter Berg
Cast: Will Smith, Charlize Theron, Jason Bateman
Duration: 92 min



Meet the superhero everybody loves to hate.

Will Smith berperan sebagai John Hancock, seorang manusia berkekuatan super bak Superman: tak tembus peluru, tak dapat dilukai oleh senjata tajam, mampu terbang, kuat mengangkat barang-barang sangat berat, dll. Selama bertahun-tahun Hancock berperan sebagai pahlawan dan menyelamatkan banyak orang di Los Angles; mulai dari meringkus penjahat, memadamkan kebakaran, mencegah tabrakan, hingga terdamparnya ikan paus. Ironisnya, Hancock justru dibenci oleh masyarakat. Kekasaran dan kesinisan sikapnya, belum lagi banyaknya bangunan, mobil, jalan, dan properti lain yang seringkali dirusakkannya ketika sedang menyelamatkan orang menjadikan Hancock si kambing hitam seluruh penduduk LA. Bahkan saat terakhir Hancock menangkap penjahat, dia merusakkan property kota senilai $9 juta. Hancock juga meneriman 800 kali panggilan sidang untuk mempertanggungjawabkan kerusakan yang Ia timbulkan namun tak satu pun dihadirinya.

Pada suatu hari, Hancock menyelamatkan hidup Ray Embrey (Jason Bateman), seorang Public Relations Consultant. Sebagai balas jasa, Ray ingin membantu Hancock memulihkan citra buruk Hancock yang sudah disandangnya selama ini. Hancock seharusnya disukai oleh orang-orang yang selama ini dibantunya, bukannya justru dibenci dan disingkirkan. Akhirnya Hancock pun setuju Ray membantunya.

Perjuangan Hancock memulihkan nama baik ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun Ia mengikuti saran Ray untuk membiarkan dirinya ditangkap dan diadili atas tuduhan merusakkan property kota, ternyata dunia belum membutuhkannya seperti halnya Hancock membutuhkan dunia. Bahkan istri Ray sendiri, Mary (Charlize Theron), yang memang dari awal tidak suka dengan kehadiran Hancock. meminta Hancock untuk tidak mengecewakan Ray.

[Ray Embrey]: People don’t like you, Hancock.
[John Hancock]: Do I look like I care what people think?


Di sini penonton banyak disuguhi oleh adegan mengharukan. Will Smith dapat memerankan Hancock yang kesepian dan membutuhkan penghargaan dengan baik. Sikapnya yang kasar bahkan cenderung menolak kedekatan dengan orang lain dan berpura-pura tak peduli justru menambahkan kesan sepi dan sendiri. Ada pula adegan bagaimana Hancock mencoret-coret dinding sel penjaranya (dan hanya dengan goresan kukunya) hingga dinding itu penuh dengan gambar – gambar yang menyiratkan rasa ingin dibutuhkan dan juga kehampaan hati Hancock. Belum lagi perjuangan Ray untuk memperbaiki sikap Hancock yang kasar agar dapat lebih diterima masyarakat; dari mulai bagaimana sebaiknya mendarat agar tidak merusakkan jalan, bagaimana sebaiknya tidak memecahkan kaca atau merusak bangunan lain jika hendak menyelamatkan sesuatu, hingga membuatkan kostum superhero yang diharapkan dapat mendongkrak citra Hancock.

He is saving the world whether we like it or not.

Setelah lebih dari 2 minggu Hancock ditahan, tingkat kejahatan di LA naik hingga 30%. Tapi masyarakat masih belum mau mengakui bahwa mereka membutuhkan Hancock. Ada 2 kubu yang kini tercipta: mereka yang menginginkan Hancock dibebaskan dari penjara dan mereka yang setuju bahwa Hancock seharusnya tetap di penjara.

Akhirnya kesempatan untuk membuktikan bahwa The Bad Hero sudah berubah menjadi The Good Hero pun tiba. Hancock diminta untuk membantu polisi meringkus sekawanan perampok yang juga menyandera karyawan di Bank tersebut. Lewat serangkaian aksi yang konyol namun terbukti efektif, Hancock berhasil melumpuhkan para perampok dan menyelamatkan semua sandera. Keberhasilan Hancock, tanpa merusakkan barang apapun, menjadikan Hancock dipuja-puja masyarakat.

Sungguh, melihat adegan ini saya jadi teringat bahwa manusia memang mahluk egois. Ketika sesuatu (atau seseorang) tidak sesuai dengan kebutuhan serta keinginan mereka, maka manusia cenderung menjauhkan atau menyingkirkannya. Namun begitu tahu bahwa sesuatu itu ternyata memiliki manfaat untuk diri mereka sendiri, barulah manusia berbalik memujanya. Begitu pula Hancock. Dari pahlawan yang dibenci berubah menjadi pahlawan kesayangan masyarakat ketika Ia berhasil memenuhi keinginan dan pengharapan masyarakat.

Apakah berhenti sampai sini saja? Ya. Kisah sang superhero memang berhenti sampai situ saja. Namun cerita manusiawi di balik kekerasan sang superhero baru dimulai. Kini cerita mulai menyoroti Hancock sendiri. Siapakah dia, darimana dia datang, darimana kekuatannya itu berasal?

[John Hancock]: What kind of bad guys I was? Until no one care to claim me?

Kesan lonely hero kembali muncul dengan kuat pada alur cerita. Untuk merayakan kembalinya Hancock ke dunia bebas, Hancock diundang makan malam bersama Ray dan Mary. Di sinilah pertama kalinya Hancock bercerita tentang dirinya. Ternyata Hancock tak ingat apapun dari masa lalunya. Ia hanya ingat dirinya terbangun di sebuah rumah sakit swasta di Miami, dengan kondisi tubuh superhero seperti saat ini. Dia tak punya ingatan siapakah dia, dan tak ada seorang pun yang datang mengakui dirinya sebagai keluarga ataupun teman. Hancock hidup sebatang kara dan berharap bahwa akan ada seseorang, anyone, berkata bahwa ia membutuhkan Hancock.

Every hero has something to sacrifice.

Tak dinyana, kisah hidup Hancock malah menimbulkan masalah lain. Getar-getar ketertarikan yang kuat antara Hancock dan Mary, yang pada awalnya terkesan membenci Hancock, mulai mewarnai cerita. Ada sesuatu yang disembuyikan Mary, dan itu berkaitan dengan Hancock. Hubungan Hancock dengan Mary ternyata tak sedangkal yang dikira. Kisah mereka ternyata memiliki sejarah yang dalam, termasuk berkaitan pula dengan asal usul kekuatan Hancock.

Pada akhirnya, Hancock harus mengorbankan sesuatu demi orang-orang yang dicintainya.

Untuk Hancock, itu adalah cinta.

Jadi, Hancock bukanlah cerita superhero nan kuat perkasa melawan tokoh antagonis lain yang sama kuat namun jahat, seperti halnya cerita superhero lain. Superman dengan Lex Luther. Batman dan Joker. Spiderman dengan Venom. Hulk dan Abominaton. Semuanya berkisah tentang sang superhero yang berhasil mengalahkan musuh bebuyutannya.

Tidak. Hancock tidak melawan apapun.
Lawan Hancock adalah hatinya sendiri.
His own beloved heart.

Film ini dikemas dengan gaya humor yang segar dan kadang cenderung agak sadis. Adapula beberapa adegan yang sebaiknya tidak disaksikan oleh anak kecil karena menonjolkan kekerasan yang cukup vulgar. Akting ketiga tokoh utama: Will Smith, Jason Bateman, dan Charlize Theron, juga menjadi jaminan bahwa film ini layak ditonton.

He just wants to save the world, not become a Hero.

Namun film ini memang tak sekedar film superhero biasa. Hancock mengingatkan saya akan film Batman Begin karena dalamnya cerita yang diusung juga karakterisasi sang superhero. Tampak pula kesinisan akan tipikal superhero Amerika, yang biasanya adalah seseorang yang memiliki trauma dan masalah di masa lalu, lalu terdorong untuk menyelamatkan dunia (kecuali Superman, tentu saja, yang murni adalah mahluk planet lain). Hancock ingin menyelamatkan dunia, bukan menjadi pahlawan yang dielu-elukan masyarakat.

Karakter Hancock dan sudut penceritaan yang diambil, dapat menjadi pedang bermata dua bagi film ini. Untuk sebagian orang, Hancock merupakan selingan segar di antara membanjirnya film superhero nan tangguh tak terkalahkan, dengan tokoh yang berhati mulia dan ”baik-baik”. Karakter Hancock yang kelam dan sinis membuat Ia agak berbeda, seperti halnya karakter Daredevil yang agak kejam kepada para penjahat. Ketiadaan mahluk jahat yang super kuat pun dapat menjadi kelemahan cerita. Penonton yang berharap disuguhi aksi dar der dor tentu akan kecewa ketika klimaks terjadi pada sisi drama film ini, bukan pada sisi action.

Selain itu, untuk film superhero dengan memiliki dua klimaks, durasi 92 menit tidaklah cukup. Alur cerita yang agak dramatis memang diimbangi dengan porsi action cukup besar. Namun kesan drama terasa lebih kental dibandingkan dengan kesan action. Akhir film pun terasa terlalu cepat dan tidak digarap dengan lebih rapi. Semestinya ada klimaks lain yang lebih menegangkan dan memukau penonton. Hingga mengingatkan penonton kembali bahwa ini adalah film superhero, bukan film drama.

P.S. Bulan dengan simbol perdamaian dunia sepertinya agak berlebihan untuk menjadi ending film ini. Bahkan Superman pun tak bisa melukis bulan!

Jul 7, 2008

Draw the Line



I know I have to draw the line.
As hard as it is.
But it a must.


Draw the line.
Because you got nothing to gain except heartache.
And it was enough.

Draw the line.
Because the past will life and die within a mere night.
And you were there before.

Draw the line.
Because your future is not there anymore.
And you want to step forward, not backward.
Only to fall with no one to catch you.

Draw the line.
Because everything have its boundaries.
And THIS is outside YOUR boundaries.


Just
    Draw
the
    Line
and

You

    Will
be
   Safe


Jun 25, 2008

Sex and the City


Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Romantic Comedy
Directed by: Michael Patrick King
Cast: Sarah Jessica Parker, Kim Cattrall, Kristin Davis, Cynthia Nixon, Jennifer Hudson
Duration: 135 min


Sex and the City, the movie.

Apakah film ini dapat meredakan kerinduan akan serial Sex and the City yang berakhir masa tayangnya pada tahun 2004 lalu? Sanggupkah film layar lebar ini menampilkan sosok Carrie Bradshaw, Samantha Jones, Miranda Hobbes, dan Charlotte York seperti dulu? Apakah kehidupan New York yang glamour, beserta tebaran label-label terkenal di sana sini masih menghiasi film ini? Apakah cinta masih menjadi esensi cerita? Jawabannya adalah YA.

[Carrie Bradshaw]Women come to New York for the two L's: Labels and Love.

Sex and the City masih bercerita tentang kehidupan empat perempuan yang bersahabat semenjak masih lajang. Miranda (Cynthia Nixon), sang perfeksionis kini hidup tenang di Brooklyn bersama suaminya, Steve Brady (David Eigenberg) dan anak laki-laki tercinta, Brady. Charlotte (Kristin Davis) si naïf, setelah mengalami lika liku panjang mencari sang pangeran idaman, saat ini hidup berbahagia dengan Harry sang suami dan Lily, putri angkatnya. Sementara itu, Samantha (Kim Cattrall) si sexy yang gemar berganti-ganti lelaki, akhirnya hidup bersama Jerry ‘Smith’ Jerrod, pemuda yang telah menemaninya ketika dia menderita kanker dan dibantunya hingga berhasil menjadi bintang Hollywood. Dan Carrie Bradshaw (Sarah Jessica Parker), yang bersatu kembali dengan Mr Big (Chris Noth) yang telah menjadi kekasihnya, on and off , selama 10 tahun.

[Carrie Bradshaw] Looking for apartment is like looking for love. You wouldn’t know where to find it.

Tiga tahun sudah berlalu semenjak keempat sahabat itu menjalani hidup masing-masing dengan tenang. Carrie, yang menjalin hubungan dengan Mr Big, memutuskan untuk tinggal bersama. Setelah perjuangan panjang menemukan apartemen yang cocok, pilhan mereka jatuh pada sebuah apartemen sangat mewah tepat di Fifth Avenue, jantung kota New York sekaligus tempat paling bergengsi bagi para socialite New York.

[Mr Big] I wouldn't mind being married to you... would you mind being married to me?

Serentetan kejadian panjang, mulai dari menjadi saksi mata akan lemahnya status hukum bagi perempuan yang tinggal bersama tanpa menikah, hingga ketakutan akan masa depan, membuat Carrie merasa perlu berdiskusi dengan sang kekasih mengenai masa depan mereka. Dan tak dinyana, pernikahan, yang awalnya bukan sebuah pilihan, justru menjadi pilihan. Mereka memutuskan untuk menikah.

[Enid Frick] Forty is the last age a woman can be photographed in a wedding dress without the unintended Diane Arbus subtext.

Tentu saja pernikahan Carrie Bradshaw, lajang berusia 40 tahun dan salah satu penulis buku best seller, menjadi perhatian media. Liputan khusus oleh Vogue berhasil mengubah segalanya. Persiapan pernikahan pun berubah menjadi layaknya sirkus. Undangan yang pada awalnya hanya 75 orang membengkak menjadi 200 orang. Gaun pengantin sederhana tak berlabel yang sedianya akan Carrie kenakan, berubah menjadi gaun rancangan desainer terkenal Vivian Westwood yang mewah. Bahkan tempat resepsi pernikahan adalah di ballroom perpustakaan nasional yang indah dan elegan. Yes, this will be the wedding of the year.

[Charlotte York]I always knew she'd marry Big.
[Samantha Jones] You thought that after the second break up?
[Charlotte York] Yep.
[Miranda Hobbes] After the fifteenth?
[Carrie Bradshaw] Ha ha, we broke up a lot.


Apakah fokus dari Sex and the City hanya pada pernikahan Carrie? Tentu saja tidak. Seperti layaknya serial tvnya, film ini juga menyoroti kehidupan keempat sahabat tersebut, tak hanya Carrie. Miranda yang harus menghadapi perselingkuhan Steve, Charlotte yang terus berusaha untuk hamil, hingga Samantha yang sedang berada dalam dilema kehilangan jati diri akibat komitmennya terhadap Smith seorang. Tak dinyana, sang calon pengantin pria pun, Mr Big, mengalami keraguan akan pernikahannya dengan Carrie, ditambah lagi dengan trauma dua pernikahan sebelumnya yang gagal.

[Miranda Hobbes] You two are crazy to get married. Marriage ruins everything.

Cepatnya cerita bergulir ke hari H pernikahan Carrie dan Mr Big, membuat penonton sudah bisa menebak. Something will go wrong. Tak mungkin film berdurasi hampir dua jam itu berakhir hanya dengan pernikahan Carrie, tanpa ada konflik apapun. Life is not that beautiful, even in the movie. Tanda-tandanya pun sudah disebar di sana sini. Pertengkaran Miranda dengan Steve, tepat pada malam gladi resik pernikahan Carrie, membuat Miranda panas dan tak sengaja melontarkan kata-kata yang semakin membuat Mr Big bimbang. Sementara Carrie, yang masih di awang-awang, tak menyadari perubahan sikap kekasihnya. Carrie terus maju dan tak sabar menunggu datangnya hari esok.

[Mr Big] I can’t do this.

Tebakan penonton tak salah. Mr Big memilih untuk mundur dan meninggalkan pernikahan itu, tepat beberapa menit sebelum pernikahan dimulai. Walaupun Mr Big berusaha untuk menebs kesalahannya, Carrie sudah terlebih dahulu malu dan sakit hati. Gagalnya pernikahan itu membuat Carrie hancur lebur serta tak lagi percaya dengan cinta dan pernikahan.

[Samantha Jones] The good ones screw you, the bad ones screw you, and the rest don't know how to screw you.

Lalu bagaimana jadinya kehidupan Carrie pasca Mr Big? Apakah ia berhasil mengatasi patah hatinya? Apakah Ia akan memaafkan dan kembali ke Mr Big? Bagaimana kelanjutan Miranda dan Steve? Apakah Charlotte berhasil hamil? Akankah Samantha mampu meredam hasrat untuk kembali menjadi ‘The Wild Samantha’ seperti dulu? Akankah logika mampu mengalahkan cinta?

Film ini berhasil merangkai keseluruhan konflik tersebut menjadi cerita yang utuh dan berkaitan satu sama lainnya, tanpa adanya kesan ‘cerita di dalam cerita’ yang bisa membuat penonton bertanya-tanya, apa sebenarnya cerita utama dalam film itu. Keseluruhan cerita dalam film ini mengalir dengan halus dan membuai penonton, bahkan bagi yang belum pernah atau jarang mengikuti serial Sex and the City.

Saya tidak terlalu mengerti mengenai teknis perfilman. Hanya saja sebagai penonton, saya merasa dimanjakan oleh scene-scene yang indah. Bahkan adegan ketika Carrie marah dan memukul Mr Big dengan buket mawar putih pun terasa begitu indah dan sendu. Adegan-adegan yang menguras emosi pun disampaikan dengan gaya yang indah, tidak terlalu melankolis dan berurai air mata. Melainkan hanya berupa fragmen-fragmen tetapi mampu menunjukkan emosi dari cerita. Belum lagi perpaduan pakaian dan aksesoris yang dikenakan para tokoh di film ini mampu menambah aksen tersendiri.

Saya juga menyukai percakapan-percakapan yang terjadi. Humor-humor cerdas, sedikit nakal, dan dan ‘sangat khas Sex and the City’ itu sungguh menghibur. Bahkan pembicaraan yang serius pun menjadi memorable karena dialog-dialog yang digunakan ringan tetapi memiliki makna yang dalam. Masing-masing karakter pun memiliki gaya berbicara yang khas dan sifat yang berbeda. Tapi semuanya bercampur dengan pas dan saling melengkapi.

[Carrie Bradshaw] It wasn't logic, it was love.

Semua itu adalah ciri khas Sex and the City. Film dengan tema sederhana tentang makna cinta, namun disajikan dengan luar biasa.

P.S. Menonton film ini membuat saya berpikir: Betapa menyenangkannya memiliki sahabat yang benar-benar mau mengerti dan menerima dirimu apa adanya; dalam suka dan duka, dalam benar maupun salah. Dan saya bersyukur saya telah memilikinya.

Life is not that beautiful, but when you have your best friends to live thru the good and worse parts, then life can be beautiful.

Jun 16, 2008

The Incredible Hulk


Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Directed by: Louis Leterrier
Cast: Edward Norton, Liv Tyler, Tim Roth, William Hurt
Duration: 114 min

-Spoilers Alert-

Apa yang terpikirkan oleh Anda ketika mendengar Incredible Hulk? Yang pertama terpikirkan oleh saya adalah mahluk hijau berbadan besar dan berotot. Sedikit mirip dengan Dr Jeckly and Mr Hyde, di mana sang tokoh memiliki kepribadian ganda. Hanya saja Hulk muncul ketika sang kepribadian utama sedang marah. Pada awalnya saya kurang tertarik menonton Incredible Hulk. Masih teringat dalam benak remake Incredible Hulk tahun 2003 silam yang kurang sukses di pasaran. Apakah Incredible Hulk kali ini, yang sering disebut Hulk 2, mampu melebihi ekspektasi penonton yang sudah terlebih dahulu kecewa dengan Hulk 1?

Incredible Hulk 2 masih berkisah tentang Dr Bruce Banner (Edward Norton), seorang ilmuwan yang terkena radiasi sinar gamma dalam suatu proyek rahasia yang didanai oleh pemerintah. Setting cerita adalah lima tahun setelah insiden yang menyebabkan Bruce mampu berubah menjadi sesosok mahluk berkulit hijau dengan kekuatan luar biasa jika dia mengalami tekanan emosi yang hebat, terutama amarah.

Film ini dibuka dengan adegan bagaimana Bruce, yang saat itu menjadi buronan pemerintah AS dan bersembunyi di Brazil, mencoba mengendalikan amarahnya, yang secara tidak langsung juga berusaha menekan agar Hulk tidak muncul. Penekanan dalam film ini adalah Bruce berusaha untuk menyingkirkan Hulk, bukan mengendalikannya. Keberadaan Hulk di dalam diri Bruce menyebabkan Ia menjadi pelarian, tidak dapat menjalani hidup normal dan bertemu dengan sang pujaan hati, Betty Ross (Liv Taylor).

Pembukaan yang berkesan agak lambat itu langsung diikuti dengan jalan cerita yang agresif. Jenderal Taddheus ’Thunderbolt’ Ross yang terus memburu Bruce akhirnya menemukan jejak Bruce di Brazil. Sang Jenderal memerintahkan pasukan elit militer AS untuk menangkap Bruce, termasuk seorang tentara haus kekuatan, Emil Blonsky. Bruce yang terdesak pun tidak dapat menekan amarahnya dan berubah menjadi Hulk.

Disinilah Incredible Hulk 2 menunjukkan bahwa Ia akan melebihi film pendahulunya. Hulk yang biasanya digambarkan sebagai manusia tinggi besar berkulit hijau (yang seringkali terlihat sebagai seseorang yang diguyur cat hijau), kini digambarkan dengan bantuan special effect canggih menjadi Hulk yang perkasa dan menyeramkan. Pada awalnya penonton tidak dapat langsung menangkap sosok Hulk. Yang terlihat adalah sosok asing dalam kegelapan yang sanggup melempar manusia seperti melempar kacang. Mahluk yang kebal ditembak oleh senapan mesin, ditambah lagi adegan ini penuh dengan dentuman-dentuman keras ketika mahluk tersebut berlari dan meninggalkan kerusakan parah pada apapun yang dilewatinya. Tenaga Hulk yang dahsyat ditunjukkan dengan beberapa adegan Hulk melempar barang, dari mulai tangki seberat entah berapa ton hingga berbagai mesin berat. Awesome!

Setelah kehebohan dan ketegangan yang ditimbulkan, film ini kembali ke alur semula yang agak lambat. Bruce, entah bagaimana caranya, berhasil pulang ke Amerika Serikat untuk mengambil data-data yang berkaitan dengan percobaannya. Untuk itu Ia harus menyusup ke database Universitas Culver yang juga merupakan Universitas tempat Betty mengajar. Disinilah emosi mulai menyusup. Penonton disuguhkan adegan mengharukan ketika Bruce mengamati pujaan hatinya dari kejauhan, tanpa berani mendekat. Norton mampu menunjukkan rasa pedih yang melanda Bruce ketika melihat Betty bersama dengan lelaki lain hanya dengan tatapan mata.

Tentu saja, pada akhirnya Bruce dan Betty berjumpa kembali. Di tengah hujan deras sepasang kekasih ini bertemu. Adegan romantis yang disisipkan dalam film ini bukan merupakan pelengkap film, melainkan membuat film ini terasa utuh. Bayangkan saja sepasang kekasih yang terpaksa berpisah karena kecelakaan yang tidak disengaja lalu hidup mengizinkan mereka bertemu kembali.

Setelah dibuai sejenak dengan kisah romantis nan sendu, film pun kembali ke jalur keras. Sang Jenderal, yang sangat waspada, berhasil mengendus keberadaan Bruce. Pasukan tentara kembali menyerbu Bruce yang saat itu tengah berada di kampus bersama Betty. Hulk pun (lagi-lagi) muncul. Dengan gagah perkasa melawan pasukan tentara yang dipersenjatai mulai dari senapan, tank, bom, hingga meriam. Selain itu Hulk harus berhadapan dengan Blonsky yang hasratnya akan kekuatan membiarkan dirinya didopping oleh serum super soldier yang dulu dikembangkan oleh Bruce.

Adegan pertempuran antara Hulk melawan pasukan tentara dan Blonsky sungguh keren. Hulk yang berteriak garang, memecahkan kaca, berlari di lapangan hijau, melempar tank dan membanting mobil baja, semuanya membuat penonton duduk terpaku. Tapi pertempuran tak semata-mata merupakan adegan penuh kekerasan. Sang sutradara menyelipkan beberapa adegan yang menimbulkan efek lembut pada kekerasan pertempuran. Hulk juga tidak digambarkan sebagai mahluk kuat tak berotak yang berangasan. Hulk di sini memiliki emosi dan terlihat bahwa masih ada kepribadian Bruce pada Hulk.

Cerita terus bergulir menuju ke klimaksnya. Setelah berhasil melarikan diri dari serbuan Jenderal Ross, pencarian Bruce akan obat penawar Hulk hampir mencapai akhir. Sementara itu Blonsky yang dikalahkan Hulk kembali meminta tambahan dosis serum super soldier untuk membuat dirinya semakin kuat. Bruce berhasil bertemu dengan Dr Blue, yang mencoba menetralkan Hulk dalam diri Bruce. Sayangnya mereka diserbu oleh pasukan Jenderal Ross, dan Bruce tak sempat berubah menjadi Hulk hingga akhirnya Bruce digelandang oleh sang Jenderal.

Apakah berhenti sampai di sini saja? Tentu tidak. Masih ada konflik terakhir. Blonsky yang sudah gelap mata menginginkan kekuatan lebih dan lebih. Blonsky, dengan bantuan Dr Blue, mencampurkan darah Bruce yang sudah termutasi dengan dirinya. Blonsky pun berubah menjadi the Abomination. Di sinilah pergolakan batin Bruce menguat. Apakah dirinya akan rela berubah kembali menjadi Hulk, ataukah membiarkan Abomination merajalela?

Incredible Hulk 2 adalah film berstamina tinggi dengan deretan klimaks dan anti klimaks, terus menerus hingga nanti pada klimaks terakhir. Adegan demi adegan disusun dengan rapi dan terstruktur. Film ini mampu mempermainkan emosi penonton; dari tegang, senang, kembali tegang, lucu, romantis, kembali tegang, begitu seterusnya, tanpa membuat penonton kehabisan nafas mengikuti plot yang semakin bertambah cepat. Humor juga tak lupa diselipkan ke dalam beberapa adegan. Entah dari percakapan yang konyol, atau dari adegan yang ternyata berakhir kocak. Membuat penonton tetap segar dan tetap duduk diam sampai akhir. Sayangnya ada beberapa ’gap’ dalam film ini yang terasa agak mengganjal. Seperti misalnya bagaimana Bruce dapat kembali dengan mudah ke Amerika Serikat hanya dalam waktu 17 hari.

Adegan pertempuran pun dikemas dengan baik dan (yeah) cukup lama, bahkan pertempuran terakhir memakan waktu 26 menit. Penuh dengan adegan-adegan yang kadang sulit diikuti oleh penonton karena berlangsung sangat cepat. Abomination melempar Hulk. Hulk menendang Abomination. Hulk menghantam tembok. Abomination memukul Hulk. Hulk merobek (yep...merobek) mobil polisi dan menggunakannya sebagai tameng. Abomination mengejar Hulk sambil memanjat gedung bertingkat. Abomination dan Hulk bergantungan di helikopter. Semuanya mengagumkan dan benar-benar memacu adrenalin.

Permainan Edward Norton sebagai Bruce dan Liv Tyler sebagai Betty pun patut diacungi jempol. Bruce Banner yang ilmuwan pendiam dan memendam kesedihan berhasil dimainkan dengan baik oleh Norton. Peran Tyler sebagai Betty yang begitu mencintai Bruce dan menerima keberadaan Hulk dalam diri Bruce pun tersampaikan kepada penonton. Bruce dan Betty. Hulk dan Betty. Terasa emosi begitu dalam. Edward Norton dan Liv Tyler berhasil menciptakan chemistry kuat dalam film ini hanya dari tatapan mata, sentuhan tangan tidak disengaja, dan hal-hal lain yang bersifat asexual. Tak ada adegan penuh peluh dan desahan dalam film ini, hanya untuk menunjukkan bahwa kedua tokoh utama benar-benar saling mencintai.

Salah satu hal yang lumayan menghibur adalah kemunculan Lou Ferrigno sebagai cameo di film ini. Ferrigno adalah pemeran Hulk untuk serial televisi, dan Ia muncul di Incredible Hulk 2 sebagai seorang satpam universitas. For a second you will think ‘I think I know this guy’ and suddenly the memory pops up. Ferrigno juga yang mengisi suara raungan Hulk di film ini. Sungguh cocok dan mengobati kerinduan akan Hulk jaman baheula.

Yang menarik adalah Incredible Hulk 2 menyelipkan beberapa ‘hints’ yang membuat penonton menebak-nebak kelanjutan film ini. Apakah akan muncul musuh baru? Siapakah musuh itu? Ditambah lagi dengan cameo Tony Starks di akhir film pun menjadikan saya tak sabar menunggu sequel Incredible Hulk selanjutnya.


P.S. Quote kesukaan saya dalam film ini:

Betty Ross : [Betty and Bruce need to get across own in New York City] The subway is probably quickest.

Bruce Banner: Me in a metal tube with hundreds of people in the most aggressive city in the world?

Betty Ross : Right. Let's get a cab.

Jun 15, 2008

The Happening


Rating:★★
Category:Movies
Genre: Horror
Directed by: M. Night Shyamalan
Cast: Mark Wahlberg, Zooey Deschanel, John Leguizamo, Spencer Breslin
Duration: 91 min

Judul film ini sangat cocok dengan jalan cerita. Begitu banyak kata happening atau happen muncul dalam dialog. Saya sempat iseng menghitung berapa kali kata happening muncul, dan ternyata ada 5 kali pengucapan happening hanya dalam waktu beberapa menit. Mungkinkah sang penulis skenario benar-benar ingin menunjukkan bahwa there is something happening there?

Tergoda oleh trailer yang mencekam, membuat saya tertarik untuk menonton film yang (katanya) so happening. Bagaimana tidak, trailer dibuka oleh adegan ketika ratusan penumpang kereta api terdampar di stasiun kecil di tengah perjalanan mereka menuju Philladelphia. Dikisahkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan siapapun, di mana pun. Tak ada seorang atau sesuatupun yang bisa membantu kecuali diri mereka sendiri. Trailer pun berlanjut dengan menunjukkan adegan demi adegan kematian yang begitu banyak terjadi di Amerika akibat serangan sesuatu yang belum diketahui penyebabnya. Interesting enough, huh? Akhirnya saya, yang biasanya paling benci dengan segala film berbau horror dan thriller, memutuskan untuk menonton The Happening demi memuaskan rasa penasaran saya.

Cerita dibuka dengan awal mulanya terjadi kisah happening ini. Warga New York gempar ketika terjadi kematian misterius secara massal yang bermula di Central Park. Pada awalnya mereka mengira bahwa insiden tersebut perbuatan teroris yang menyebarkan senjata bio kimia ke Amerika. Serangan kematian itu semakin lama semakin menyebar. Semakin banyak orang yang mati dan pihak yang berwenang masih belum dapat memastikan penyebabnya apa, hingga akhirnya warga New York disarankan untuk meninggalkan kota. Yang mereka tahu adalah manusia yang menjadi korban something happening ini menjalani tiga tahap yaitu: (i) kehilangan kemampuan bicara, (ii) disorientasi fisik, dan tahap akhir (iii) kematian.

Tokoh kita, Elliot Moore (Mark Wahlberg), sang istri Alma Moore (Zooey Deschanel), sahabat karibnya Julian (John Legizamo) dan putrinya Jess (Ashlyn Sanchez), pun meninggalkan New York, berharap bahwa mereka dapat selamat di kota lain. Akan tetapi, nasib berkata lain. Kereta mereka terputus di tengah jalan. Membuat mereka harus berjuang sendiri untuk bisa bertahan hidup. Para tokoh harus berjuang melewati ketiadaan komunikasi, terbatasnya transportasi, terputusnya jalan akibat mayat, hingga something happening yang memburu mereka.

Film menjadi bertambah dramatis dengan banyaknya adegan menampilkan kematian demi kematian manusia. Satu persatu manusia di film itu mati secara mengenaskan. Kita bisa menambah referensi mengenai 101 cara untuk mati dari film ini, baik karena happening ini maupun sebagai bukti keegoisan manusia. Beberapa adegan kematian sungguh sadis dan membuat mual. Bahkan membuat penonton berpikir ’sungguh cara yang mengerikan dan memakan waktu lama untuk mati’. Bagi yang tidak tahan melihat darah dan potongan tubuh, sebaiknya tidak menonton film ini, atau menonton sambil menutup mata ketika merahnya darah menghiasi layar (seperti yang saya lakukan hehehe).

Sayangnya, pada 15 menit pertama, The Happening sudah membocorkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang tengah menimpa umat manusia. Bahkan banyak adegan menampilkan analisa mengenai penyebab terjadinya fenomena alam yang ditayangkan di televisi dan ditonton oleh para tokoh, lengkap dengan penjelasan ilmiahnya. Kemudian film pun langsung bergeser pada upaya sang tokoh bertahan hidup dan menghindari something happening itu. Walaupun tidak dibeberkan secara lengkap penyebab fenomena tersebut, tapi hal tersebut menbuat cukup membuat The Happening menjadi datar. Penonton pun tidak lagi bertanya-tanya ’Why it is happening?’ melainkan lebih tertarik pada ‘What’s next? What other ways to die that the film want to show me?”. Jika saja kemisteriusan fenomena ini disimpan untuk akhir dan membiarkan penonton bertanya-tanya, tentu film ini akan lebih menegangkan.

Alur film pun dapat relatif mudah ditebak. Kengerian-kengerian yang terjadi sudah dapat terbaca oleh penonton tanpa ada kejutan lain. Bahkan banyak adegan-adegan yang dirasa tidak penting dan tidak terkait dengan inti film. Belum lagi klimaks yang terkesan dipaksakan. Segala peristiwa yang mencengangkan dan mengerikan itu diberikan klimaks yang sangat biasa. Membuat saya berkomentar ”Hanya begitu saja?” Film ini juga merupakan salah satu film khas Hollywood yang ’gatal’ untuk tidak menambahkan nuansa romantis bagi para tokohnya. Romantisme menjelang klimaks sebenarnya cukup memberikan mood sendu, hanya saja seperti yang saya bilang, terlalu dipaksakan. Tidak, fim ini tidak memberikan adegan percintaan yang menggebu-gebu. Tapi romansa menjelang klimaks itu sangat mengganggu ketegangan yang dirasakan. The Happening akhirnya ditutup dengan teaser yang oh so predictable dan sangat pasaran.

Karakter tokoh di film The Happening juga tergolong agak lemah dan sangat tergantung pada orang lain. Satu-satunya karakter kuat di sini adalah Elliot Moore yang digambarkan berusaha berkepala dingin dan berusaha memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah. Elliot Moore bukanlah tipikal tokoh utama yang macho dan keluar menjadi pemenang dengan mengalahkan segala yang menghambatnya. Elliot adalah tipe lelaki biasa yang memiliki masalah dalam rumah tangganya namun tetap berusaha untuk melindungi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Hal yang cukup menghibur adalah ketika Elliot di salah satu adegan berusaha menerapkan pendekatan ilmiah yang dipegangnya untuk mengambil keputusan di tengah padang liar. Satu lagi, sahabat Elliot, Julian, sepertinya terlalu cepat masuk dalam deretan korban, padahal saya sempat berharap adanya dua sudut pandang dalam film ini, sudut pandang Elliot dan Julian. Tapi harapan tinggal harapan.

In the end, The Happening is not THAT Happening.

Tapi untuk pesan moral yang dibawanya, The Happening cukup mengena: Don’t mess with nature, maybe it will take revenge.

P.S. Sudah berapa banyak kata Happening muncul dalam review ini ya?

Kungfu Panda


Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Animation
Directed by: Mark Osborne, John Stevenson
Cast: Jack Black, Jackie Chan, Lucy Liu, Dustin Hoffman, Angelina Jolie
Duration: 90 min

Kau tak akan dapat lari dari takdirmu.

Hal ini yang mungkin ingin disampaikan oleh film Kungfu Panda. Film ini bercerita tentang seekor Panda bernama Po, yang merupakan anak dari seekor Angsa (yep...it was a goose dad, not a panda daddy) yang memiliki kedai Mie. Sang Ayah sangat menginginkan Po meneruskan kedai mie yang merupakan warisan turun temurun, sedangkan Po lebih suka bermimpi menjadi pendekar kungfu terhebat di seantero Cina. Po akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mempelajari kungfu setelah terpilih (atau tidak sengaja terpilih?) menjadi Pendekar Naga yang diramalkan sangat sakti mandraguna. Namun Po, yang tidak punya pengalaman belajar kungfu sama sekali, tentu saja tidak pede dan yakin bahwa dirinya adalah Pendekar Naga yang diharapkan dapat mengalahkan sang musuh jahat: Tai Lung si Macan Tutul.

Bersama 5 pendekar sakti yang selama ini hanya menjadi idolanya: Monyet, Bangau, Jangkrik, Ular, dan Macan, Po belajar kungfu di bawah bimbingan Master Shifu yang keras. Kegigihan Po di film ini cukup mengharukan, walau diselingi juga dengan sikapnya yang menyebalkan. Po adalah Panda gemuk, pemalas, ceroboh, tidak percaya diri, dan rakus. Namun Po juga sangat gigih dan pantang menyerah. Tak peduli dihina, disiksa, dan dihajar habis-habisan, Po tetap bertahan dan bertahan demi impian dan (menurut sang Guru Besar) takdirnya menjadi Pendekar Naga. Apakah menjadi Pendekar Naga adalah takdir Po? Ataukah terpilihnya dia menjadi Pendekar Naga adalah kebetulan semata?

Hal yang membuat film ini begitu menyegarkan adalah humor yang sangat kental. Penonton banyak disuguhi oleh adegan-adegan kocak yang menguras tawa dari tingkah laku Po ini. Ketika penonton merasa bahwa film ini sedang menuju alur yang ‘serius’ tiba-tiba saja Po atau tokoh lain dalam film ini akan berbuat sesuatu yang membuyarkan aura keseriusan tadi. Begitu banyak tingkah laku para tokoh dan juga percakapan-percakapan yang mengundang tawa. Bahkan adegan pertarungan terakhir dengan sang musuh pun menjadi adegan yang penuh gelak tawa, bukan rasa tegang karena film sedang menuju klimaks.

Berbeda dengan film-film lain, Kungfu Panda bersih dari adegan percintaan. Walaupun ada beberapa tokoh perempuan di film ini, tidak ada adegan keromantisan yang seringkali dipaksakan di sebuah film hanya supaya film itu lebih berbumbu. Kungfu Panda adalah film tentang kungfu dan Panda. Itulah yang dipegang teguh hingga akhir film.

Sayang sekali, Kungfu Panda ini juga adalah film yang sangat berat jiwa Hollywoodnya. Tanpa berpikir pun penonton sudah dapat menebak jalan cerita serta endingnya. Tak ada sesuatu yang berbeda atau unik. Bahkan cerita pun hanya berkisar di sekitar Po, sedikit mengabaikan tokoh lain seperti kelima pendekar sakti yang semestinya dapat sedikit ditambah perannya. Keunggulan film ini hanyalah pengemasan animasi, pemilihan Panda sebagai tokoh utama, dan humor yang menyenangkan. Film ini juga bertabur para bintang sebagai pengisi suara. Sebut saja Lucy Liu, Angelina Jolie, Jacky Chan, dll.

Tapi, ya, secara keseluruhan film ini benar-benar dapat menjadi hiburan di kala suntuk.

P.S. Kalimat yang paling sering muncul dan sangat mengena di film ini adalah: There’s no such thing as coincidence. Takdir adalah takdir, tak peduli bagaimana manusia mencoba mengubah takdir. Apakah benar begitu?

Jun 11, 2008

Empty

Its strange. This empty feeling.
Of hearing your up coming wedding.
But nothing.
Honestly nothing.
Only empty.
Bottomless emptiness.


Ah maybe is just not that important anymore.

Perpisahan

Re, perpisahan itu semakin lama semakin menyakitkan.

Setiap kali kau berikan kecupan selamat tinggal, ada bagian hatiku sekarat menahan pedih. Sudah berapa kecupan kita bagi dalam rentang kebersamaan kita? Ratusan temu dan juga ratusan perpisahan. Berulang dan berulang. Memenggal hidup kita menjadi sepotong waktu kecil yang kita santap berdua, sebelum kita kembali pada menu hidup masing-masing.  Waktu kulalui bersamamu adalah kesekejapan belaka. Hanya setetes dari seteguk cinta yang kuharapkan. Haus aku akan dirimu. Lapar aku akan cintamu. Sungguh Re, tak ingin aku kembali lepaskanmu jelajahi jarak 127 km yang pisahkan kita. Jauh dariku.

”Bukankah ini resiko kita? Bercinta terpisahkan jarak?”

Aku tahu Re. Sungguh aku tahu resiko yang kutanggung. Sedari perjumpaan pertama kita di satu kota, dilanjutkan dengan perjumpaan kedua di kota yang lain. Kita jalani hidup yang berbeda, di kota yang berbeda, Re. Dengan mobilitas begitu tinggi. Hingga kita saling berkejaran dengan jarak dan waktu. Mencuri waktu di tengah kesibukan. Berlomba penuhi target agar dapat menyelipkan namamu, atau namaku, dalam agenda bulanan kita. Menjalin cerita berbataskan maya dan sambungan telepon. Tapi kini itu tak lagi cukup, Re. Kegelisahan ini tak pernah berhenti. Rindu tak jua putus. Dan tentu saja, sepi masih saja meraja. Kala hidup kita tak saling bersinggungan. Tak bisakah kita berdiam dan menetap?

”Aku masih membangun mimpiku, mimpi kita. Tak bisakah kau sabar menungguku?”

Mimpi adalah dirimu, Re. Aku mengenalmu ketika kau bermain dalam awan mimpi. Tak hendak turun menjejak nyata. Kau dengan mimpimu adalah satu. Dalam setiap perjumpaan kita, kau selalu bercerita tentang mimpi-mimpimu. Seperti halnya kubagi mimpi milikku. Hingga melebur semua menjadi mimpi kita. Terajut perlahan bersama kasih yang kita nikmati berdua. Terangkum bersama karya-karya Hollywood yang rajin kita sambangi. Di antara cita rasa berbagai masakan eksotik manjakan lidah kita. Juga di atas bantal tempat kita sandarkan lelah setelah seharian menyusuri kota. Kamarku penuh oleh mimpi yang kita bincangkan, Re. Tapi ada pula harga yang harus kita bayar. Mimpi itu letakkan jarak di antara kita.

”Apakah mimpiku terlalu sederhana, Re?” 
”Tak ada mimpi yang sederhana, Fee.”
”Apakah kau tahu mimpiku?”
”Bukankah sama dengan mimpiku?”

Mimpiku adalah pelengkap mimpimu, Re. Bukan sama dengan mimpimu. Kau melengkapi diriku, seperti halnya aku berharap diriku melengkapi dirimu. Kita berjalan sebagai dua lingkaran yang beririsan, namun bukan satu. Karena satu berarti penghilangan identitas yang lain. Dan aku tak dapat membiarkan diriku lebur dalam dirimu, seperti halnya aku tak akan merenggutmu dari hidupmu untuk bersatu dengan hidupku. Kita berbeda, tapi kita saling melengkapi. Begitu juga dengan mimpi-mimpi kita. 

”Berikan aku waktu.”

Waktu kini tak memihak kita, Re. Terlalu banyak detik terlalui tanpa pelukanmu. Masa berlari cepat, dan tanpa kita sadari bulan sudah berulang kembali. Bincang sunyi dengan tembok kamarku tak lagi tenangkan gejolak batinku.  Hujan yang kucinta pun terasa hambar tanpa percintaan kau dan aku di sela rintiknya. Malam sungguh dingin karena tak ada pelukmu. Aku merindukan seseorang tempat aku pulang, Re. Berbagi aksara dan juga cita. Tapi kau tak ada di sini. Gelenyar pedih ini terus bertambah, Re. Getir yang terasa pahit mendera inderaku. Bersama butiran air mata yang terus terurai. Jatuh berdebam seiring perpisahan demi perpisahan kita. Sakit ini masihlah akut, Re. Karena tak ada kau yang menjadi penawarnya. Apakah kau rasakan sakit ini juga, Re?

”Kamu terlalu egois, Fee.”

Ya.
Aku egois akan segala hal berkaitan denganmu.
Tapi b
ukankah keegoisan kita sama, Re?
Egois untuk bersama kala tubuh kita terpisah.
Dan perpisahan ini semakin lama semakin sakit.
Pulanglah, Re.
Padaku.

Jun 9, 2008

Addicted to Love

Saya rindu jatuh cinta

Menikmati rasa yang meledak dalam damba
Getaran manis merebak dalam  nadi

Rindu berbisik lirih di setiap detak waktu
Adrenalin menderas seiring gairah
Senyum simpul kala aksara bertera sang Dia
Jengah tersipu akan rayuan gombal
Malam yang terlalu sepi tanpa sapa Dia
Bosan timbul kala cerita tak sempat terjalin dengan Dia
Sekelumit amarah namun memperdalam ikatan
Hingga pada cemburu merangsek tak tentu arah



Mungkinkah jatuh cinta adalah candu?
Lalu apa yang terjadi ketika jatuh itu tak lagi jatuh
Melainkan sudah bertepi menjadi "di" dan "me"

Saya ingin jatuh
Tapi hanya pada tangan Dia
Yang selalu bersedia menangkap saya
Setiap kali saya terjatuh
(and its quite often)

Jun 1, 2008

Speechless

Dont ask
For unknown answer

Dont wait
For unknown question

Dont hope
For unknown dream

Just

      Keep
Quiet

Just

      Keep
Alive



- Dissapointed -

May 28, 2008

Salak oh Salak

Sempatkah kau lihat salak di mejaku sebelum pertemuan kita?

Satu buah salak gemuk yang nampaknya nikmat. Terbayang olehku, akan kukupas sisik coklat tua itu. Singkapkan perlahan daging putih lembut di balik kerasnya lapisan yang menjaganya. Lalu akan kubersihkan membran halus tipis yang selimuti sang daging bagai kulit kedua. Barulah setelah itu kurasakan manis sepatnya daging salak. Hmm…sungguh nikmat.

Namun entah, setelah pertemuan denganmu, aku tak bernafsu lagi.

Oh salak itu tetap nampak menggiurkan. Masih menggodaku untuk menikmati dirinya.

Tapi tidak untuk kugigit dan kukunyah hingga lumat di dalam mulutku.

Melainkan untuk kulemparkan pada dirimu yang sungguh bawel, wahai bosku tercinta!

 

May 15, 2008

Eternal Bride

Bulan merah seperti darah.

Sungguh malam yang indah untuk mati. Bukan termenung menanti kedatangan kekasih.

Kemudian cahaya merah bulan laksana memadat. Munculkan perlahan sesosok lelaki. Keberadaannya menyedot keriuhan, tinggalkan kehampaan hening.

”Menikahlah denganku” lirih bisikan sang lelaki.

“Apakah kau akan mencintaiku selamanya?” tanya sang gadis.

”Kaulah pengantin abadiku.”

”Kalau begitu, jadikan aku perempuan paling bahagia.”

”Aku mencintaimu.” desah sang lelaki, sebelum mencium sang gadis. Tepat di leher jenjangnya, di mana darah kehidupan mengalir kencang.

”Aku mencintaimu.” jawab sang gadis. Tepat sebelum taring tajam mengoyak nadi. Hisap jiwa menuju keabadian.

”Kau adalah milikku. Selamanya.”

Dan bulan pun semakin merah.

May 13, 2008

KupuKupu Merah dan Bulan


KupuKupu Merahku, aku rindu.

Ingatkah kau akan janji di mata badai? Akan kau bawakan cincin bermata bulan untukku. Jimat pengusir Minotaur.

”Mana yang kau inginkan: purnama ataukah bulan sabit?” tanyamu malam itu.
”Bulan sabit lebih memesonaku.”
”Bukankah orang lebih menginginkan purnama?”
”Purnama adalah akhir masaku. Awal ketika Minotaur terbangun.
Sedangkan bulan sabit adalah masa ketika kau datang.”
”Tidakkah kau merindukan purnama yang utuh, tanpa keterjagaan Minotaur?”
”Sudah kutemukan purnamaku.”
”Pada apa?”
”Pada masa ketika kau datang untuk menyempurnakan bulanku, hingga menjadi purnama.”

 
Tapi kini bulan sabit tetap tak utuh.
Kapan kau bawakan aku purnama itu lagi?
Aku rindu.  

Apr 16, 2008

Jadi (lagi)








Ada masa ketika keinginan itu tertidur dalam senyap
Membisu dan acuh pada segala romantika berpusing di sekitarnya

Lalu Kau datang 

Menggelitik keberadaannya
Bangkitkan rindu demikian menghunjam
Berikan makna akan satu dan dua
Antara aku, kau, dan kita.

Kini Ia bangun dengan kesadaran penuh
Menuntut ketercapaian tujuan yang kau tawarkan
Mendamba keberadaan yang benar ada

Namun,
Yang ada hanyala
h jalan panjang
Dan penantian

Ia pun kembali tertidur
Dan kukhawatirkan akan hilang

Jadi
Ikatlah dia sebelum dia lari
Atau mungkin sebenarnya kau tak sengaja membuatnya bangun?
 

Apr 6, 2008

Kecamuk


#1

Terlalu banyak mimpi  buruk menghampiri
Tentang ikatan yang terburai
Hantarkan sedih di antara lelap dan sadar
Apakah ini peringatan ataukah bawah sadar saya tengah memikirkan hal itu?
Atau mungkin saya yang terlalu berlebihan memaknainya?




#2
Rasa mengambang di antara nyata dan tidak
Menjadi biasa adalah maut
Dan keterbiasaan itu sekarang menjadi hampa
Lalu bagaimana agar isi itu kembali utuh?

Mar 12, 2008

Jadi


Saya menjadi apatis


Yah sudahlah...


Yah begitulah...


Mar 10, 2008

Round and Round and Round

Tak bisa berkonsentrasi
Semua seperti membaur dan tenggelamkanku
Kembali dalam lingkaran yang 'hampir' sama
Menjalani pola yang 'hampir' sama
Rajutan kekhawatiran dan kegelisahan yang 'hampir' sama
Walau bersama orang yang tidak sama

# Lalu apa bedanya kemarin, hari ini, dan esok?