Nov 8, 2015

Hujan Yang Hilang

Dear Lelaki Hujan,

Mimpi kita sudah tak pernah lagi bertabur hujan, apalagi pelangi. Kita hanya menikmati tampias rasa yang jatuh di sisi bumi yang berbeda. Kita belumlah sempat menari di bawah hujan yang sama, sebelum angin membawa kita menjauh satu sama lain.

Rindu akan hujan itu ada, tapi tersembunyi di balik lipatan awan yang tak lagi dekat. Hanya sesekali rindu itu muncul, seperti layaknya petir yang sesekali menggoda  bumi. Tapi tak pernah rindu itu bergejolak membawa badai. 

Gerimis seringkali bisikkan namamu. Seperti juga gemeretak air menimpa tanah desahkan rasamu. Mungkinkah mata badai bawakan asaku padamu? Ataukah kini badai hanyalah sekedar badai untukmu. Sudah terlalu jauh jarak di antara kita untukku mengenali pikirmu. 

Kita adalah dua mahluk hujan yang tak pernah bersama. Hujan milik kita tak pernah membawa kuyup rasa untuk kita. Tapi entah mengapa ikatan ini tak pernah terputus. Ada gravitasi yang selalu membawaku kepadamu, pun dirimu yang berputar kembali kepadaku.

Hujan itu ada, tapi tak pernah basahi kita lagi.

Salam,

Perempuan Badai