Sep 7, 2005

Untuk Ia yang mungkin tak akan membacanya

Betulkah lupa lukaimu? Bukan aku lupa mu tapi ini hanyalah kematian rasa yang dulu begitu hidup. Kini terpecahkan oleh badai yang berkecamuk di kejauhan. Namun anginnya menyayat. Sudah hendak kukirimkan kepingannya padamu langsung melalui jiwaku. Tapi partikel ruang dan waktu ini menghambatku. Keretakan batinmu pun terdengar olehku. Nun jauh di sini. Air mataku tak pernah kuizinkan tumpah kembali. Karena sudahlah cukup malam ketika aku sendiri. Bumi telah menyesap pedihku.


Betulkah lupa lukaimu? Lupa ini adalah perwujudan ayat rinduku. Mengalun berusaha sisipi setiap celah hatimu. Tapi gelombang ini tak lagi sampai. Sepi ini demikian memuncak. Hingga tak lagi kurasakan sepi. Hanya hampa.


Betulkah lupa lukaimu? Di tempat kau kecup sisi jiwaku, kusediakan kotak untukmu. Karena lupa bagiku adalah memasukkan semua kenang terlewat dalam kotak. Menguncinya. Walau masih berusaha kupelihara jejak yang hubungkanku denganmu. Jejak yang menuju jalan lain. Setidaknya badai tak mengamuk di jalan itu.


Apakah dengan begitu aku sudah melupakanmu?

0 comments:

Post a Comment