Jul 8, 2008

Berbeda Jadwal, Berbeda Kehidupan?

Terkadang jadwal yang berbeda sungguh mengganggu.

Pada saat sedang hot-hot-nya ingin bercerita,  yang ada  adalah offline sign. Ketika ingin bertanya, yang ada hanyalah  sms tak terjawab karena sang pemilik masih di alam mimpi. Amarah dan emosi yang seringkali terasa lebih lega setelah diceritakan pun jadi mendingin. Kala rindu menyerang, diam dan menunggu hanyalah satu-satunya pilihan. Karena dia belum ada di sana.

Justru ketika badan lelah dan hati jenuh oleh pekerjaan hari itu, dia muncul. Saat mata sudah pedih menatap layar komputer, tanda online itu berkedip. Ketika permasalahan sudah terpecahkan seorang diri, barulah tanya akan hal terlewat itu ada. Dan ketika otak mulai penat dan tak mampu lagi mencerna secermelang awal hari, masalah itu mulai dialirkan. Berikan kejutan bak listrik untuk menstimulasi otak,  tapi seringkali tak mampu bangunkan tubuh yang sudah terkapar. Yang ada akhirnya kebuntuan. Atau mungkin pemecahan dengan imbalan kondisi tak fit keesokan harinya.

Matahari adalah bulan baginya. Sedangkan bulan adalah sang matahari.
Terkadang saya lelah menunggu hari dimulai baginya.
Karena hari milik saya sudah berlalu jauh ketika ia memulai hari miliknya.

Dan hari milik saya berakhir jauh lebih dulu sebelum hari miliknya selesai.
Hanya ada irisan-irisan kecil hari di antara kita.

Tapi yah...itulah kehidupan dia. Kehidupan saya. Kehidupan kami.

Saya jadi bingung.
Hendak diapakan jadwal yang terlanjur berbeda ini?
Atau mungkin saya yang berlebihan dalam memaknai waktu?

Hancock


Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Directed by: Peter Berg
Cast: Will Smith, Charlize Theron, Jason Bateman
Duration: 92 min



Meet the superhero everybody loves to hate.

Will Smith berperan sebagai John Hancock, seorang manusia berkekuatan super bak Superman: tak tembus peluru, tak dapat dilukai oleh senjata tajam, mampu terbang, kuat mengangkat barang-barang sangat berat, dll. Selama bertahun-tahun Hancock berperan sebagai pahlawan dan menyelamatkan banyak orang di Los Angles; mulai dari meringkus penjahat, memadamkan kebakaran, mencegah tabrakan, hingga terdamparnya ikan paus. Ironisnya, Hancock justru dibenci oleh masyarakat. Kekasaran dan kesinisan sikapnya, belum lagi banyaknya bangunan, mobil, jalan, dan properti lain yang seringkali dirusakkannya ketika sedang menyelamatkan orang menjadikan Hancock si kambing hitam seluruh penduduk LA. Bahkan saat terakhir Hancock menangkap penjahat, dia merusakkan property kota senilai $9 juta. Hancock juga meneriman 800 kali panggilan sidang untuk mempertanggungjawabkan kerusakan yang Ia timbulkan namun tak satu pun dihadirinya.

Pada suatu hari, Hancock menyelamatkan hidup Ray Embrey (Jason Bateman), seorang Public Relations Consultant. Sebagai balas jasa, Ray ingin membantu Hancock memulihkan citra buruk Hancock yang sudah disandangnya selama ini. Hancock seharusnya disukai oleh orang-orang yang selama ini dibantunya, bukannya justru dibenci dan disingkirkan. Akhirnya Hancock pun setuju Ray membantunya.

Perjuangan Hancock memulihkan nama baik ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun Ia mengikuti saran Ray untuk membiarkan dirinya ditangkap dan diadili atas tuduhan merusakkan property kota, ternyata dunia belum membutuhkannya seperti halnya Hancock membutuhkan dunia. Bahkan istri Ray sendiri, Mary (Charlize Theron), yang memang dari awal tidak suka dengan kehadiran Hancock. meminta Hancock untuk tidak mengecewakan Ray.

[Ray Embrey]: People don’t like you, Hancock.
[John Hancock]: Do I look like I care what people think?


Di sini penonton banyak disuguhi oleh adegan mengharukan. Will Smith dapat memerankan Hancock yang kesepian dan membutuhkan penghargaan dengan baik. Sikapnya yang kasar bahkan cenderung menolak kedekatan dengan orang lain dan berpura-pura tak peduli justru menambahkan kesan sepi dan sendiri. Ada pula adegan bagaimana Hancock mencoret-coret dinding sel penjaranya (dan hanya dengan goresan kukunya) hingga dinding itu penuh dengan gambar – gambar yang menyiratkan rasa ingin dibutuhkan dan juga kehampaan hati Hancock. Belum lagi perjuangan Ray untuk memperbaiki sikap Hancock yang kasar agar dapat lebih diterima masyarakat; dari mulai bagaimana sebaiknya mendarat agar tidak merusakkan jalan, bagaimana sebaiknya tidak memecahkan kaca atau merusak bangunan lain jika hendak menyelamatkan sesuatu, hingga membuatkan kostum superhero yang diharapkan dapat mendongkrak citra Hancock.

He is saving the world whether we like it or not.

Setelah lebih dari 2 minggu Hancock ditahan, tingkat kejahatan di LA naik hingga 30%. Tapi masyarakat masih belum mau mengakui bahwa mereka membutuhkan Hancock. Ada 2 kubu yang kini tercipta: mereka yang menginginkan Hancock dibebaskan dari penjara dan mereka yang setuju bahwa Hancock seharusnya tetap di penjara.

Akhirnya kesempatan untuk membuktikan bahwa The Bad Hero sudah berubah menjadi The Good Hero pun tiba. Hancock diminta untuk membantu polisi meringkus sekawanan perampok yang juga menyandera karyawan di Bank tersebut. Lewat serangkaian aksi yang konyol namun terbukti efektif, Hancock berhasil melumpuhkan para perampok dan menyelamatkan semua sandera. Keberhasilan Hancock, tanpa merusakkan barang apapun, menjadikan Hancock dipuja-puja masyarakat.

Sungguh, melihat adegan ini saya jadi teringat bahwa manusia memang mahluk egois. Ketika sesuatu (atau seseorang) tidak sesuai dengan kebutuhan serta keinginan mereka, maka manusia cenderung menjauhkan atau menyingkirkannya. Namun begitu tahu bahwa sesuatu itu ternyata memiliki manfaat untuk diri mereka sendiri, barulah manusia berbalik memujanya. Begitu pula Hancock. Dari pahlawan yang dibenci berubah menjadi pahlawan kesayangan masyarakat ketika Ia berhasil memenuhi keinginan dan pengharapan masyarakat.

Apakah berhenti sampai sini saja? Ya. Kisah sang superhero memang berhenti sampai situ saja. Namun cerita manusiawi di balik kekerasan sang superhero baru dimulai. Kini cerita mulai menyoroti Hancock sendiri. Siapakah dia, darimana dia datang, darimana kekuatannya itu berasal?

[John Hancock]: What kind of bad guys I was? Until no one care to claim me?

Kesan lonely hero kembali muncul dengan kuat pada alur cerita. Untuk merayakan kembalinya Hancock ke dunia bebas, Hancock diundang makan malam bersama Ray dan Mary. Di sinilah pertama kalinya Hancock bercerita tentang dirinya. Ternyata Hancock tak ingat apapun dari masa lalunya. Ia hanya ingat dirinya terbangun di sebuah rumah sakit swasta di Miami, dengan kondisi tubuh superhero seperti saat ini. Dia tak punya ingatan siapakah dia, dan tak ada seorang pun yang datang mengakui dirinya sebagai keluarga ataupun teman. Hancock hidup sebatang kara dan berharap bahwa akan ada seseorang, anyone, berkata bahwa ia membutuhkan Hancock.

Every hero has something to sacrifice.

Tak dinyana, kisah hidup Hancock malah menimbulkan masalah lain. Getar-getar ketertarikan yang kuat antara Hancock dan Mary, yang pada awalnya terkesan membenci Hancock, mulai mewarnai cerita. Ada sesuatu yang disembuyikan Mary, dan itu berkaitan dengan Hancock. Hubungan Hancock dengan Mary ternyata tak sedangkal yang dikira. Kisah mereka ternyata memiliki sejarah yang dalam, termasuk berkaitan pula dengan asal usul kekuatan Hancock.

Pada akhirnya, Hancock harus mengorbankan sesuatu demi orang-orang yang dicintainya.

Untuk Hancock, itu adalah cinta.

Jadi, Hancock bukanlah cerita superhero nan kuat perkasa melawan tokoh antagonis lain yang sama kuat namun jahat, seperti halnya cerita superhero lain. Superman dengan Lex Luther. Batman dan Joker. Spiderman dengan Venom. Hulk dan Abominaton. Semuanya berkisah tentang sang superhero yang berhasil mengalahkan musuh bebuyutannya.

Tidak. Hancock tidak melawan apapun.
Lawan Hancock adalah hatinya sendiri.
His own beloved heart.

Film ini dikemas dengan gaya humor yang segar dan kadang cenderung agak sadis. Adapula beberapa adegan yang sebaiknya tidak disaksikan oleh anak kecil karena menonjolkan kekerasan yang cukup vulgar. Akting ketiga tokoh utama: Will Smith, Jason Bateman, dan Charlize Theron, juga menjadi jaminan bahwa film ini layak ditonton.

He just wants to save the world, not become a Hero.

Namun film ini memang tak sekedar film superhero biasa. Hancock mengingatkan saya akan film Batman Begin karena dalamnya cerita yang diusung juga karakterisasi sang superhero. Tampak pula kesinisan akan tipikal superhero Amerika, yang biasanya adalah seseorang yang memiliki trauma dan masalah di masa lalu, lalu terdorong untuk menyelamatkan dunia (kecuali Superman, tentu saja, yang murni adalah mahluk planet lain). Hancock ingin menyelamatkan dunia, bukan menjadi pahlawan yang dielu-elukan masyarakat.

Karakter Hancock dan sudut penceritaan yang diambil, dapat menjadi pedang bermata dua bagi film ini. Untuk sebagian orang, Hancock merupakan selingan segar di antara membanjirnya film superhero nan tangguh tak terkalahkan, dengan tokoh yang berhati mulia dan ”baik-baik”. Karakter Hancock yang kelam dan sinis membuat Ia agak berbeda, seperti halnya karakter Daredevil yang agak kejam kepada para penjahat. Ketiadaan mahluk jahat yang super kuat pun dapat menjadi kelemahan cerita. Penonton yang berharap disuguhi aksi dar der dor tentu akan kecewa ketika klimaks terjadi pada sisi drama film ini, bukan pada sisi action.

Selain itu, untuk film superhero dengan memiliki dua klimaks, durasi 92 menit tidaklah cukup. Alur cerita yang agak dramatis memang diimbangi dengan porsi action cukup besar. Namun kesan drama terasa lebih kental dibandingkan dengan kesan action. Akhir film pun terasa terlalu cepat dan tidak digarap dengan lebih rapi. Semestinya ada klimaks lain yang lebih menegangkan dan memukau penonton. Hingga mengingatkan penonton kembali bahwa ini adalah film superhero, bukan film drama.

P.S. Bulan dengan simbol perdamaian dunia sepertinya agak berlebihan untuk menjadi ending film ini. Bahkan Superman pun tak bisa melukis bulan!

Jul 7, 2008

Draw the Line



I know I have to draw the line.
As hard as it is.
But it a must.


Draw the line.
Because you got nothing to gain except heartache.
And it was enough.

Draw the line.
Because the past will life and die within a mere night.
And you were there before.

Draw the line.
Because your future is not there anymore.
And you want to step forward, not backward.
Only to fall with no one to catch you.

Draw the line.
Because everything have its boundaries.
And THIS is outside YOUR boundaries.


Just
    Draw
the
    Line
and

You

    Will
be
   Safe