Jun 15, 2008

The Happening


Rating:★★
Category:Movies
Genre: Horror
Directed by: M. Night Shyamalan
Cast: Mark Wahlberg, Zooey Deschanel, John Leguizamo, Spencer Breslin
Duration: 91 min

Judul film ini sangat cocok dengan jalan cerita. Begitu banyak kata happening atau happen muncul dalam dialog. Saya sempat iseng menghitung berapa kali kata happening muncul, dan ternyata ada 5 kali pengucapan happening hanya dalam waktu beberapa menit. Mungkinkah sang penulis skenario benar-benar ingin menunjukkan bahwa there is something happening there?

Tergoda oleh trailer yang mencekam, membuat saya tertarik untuk menonton film yang (katanya) so happening. Bagaimana tidak, trailer dibuka oleh adegan ketika ratusan penumpang kereta api terdampar di stasiun kecil di tengah perjalanan mereka menuju Philladelphia. Dikisahkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan siapapun, di mana pun. Tak ada seorang atau sesuatupun yang bisa membantu kecuali diri mereka sendiri. Trailer pun berlanjut dengan menunjukkan adegan demi adegan kematian yang begitu banyak terjadi di Amerika akibat serangan sesuatu yang belum diketahui penyebabnya. Interesting enough, huh? Akhirnya saya, yang biasanya paling benci dengan segala film berbau horror dan thriller, memutuskan untuk menonton The Happening demi memuaskan rasa penasaran saya.

Cerita dibuka dengan awal mulanya terjadi kisah happening ini. Warga New York gempar ketika terjadi kematian misterius secara massal yang bermula di Central Park. Pada awalnya mereka mengira bahwa insiden tersebut perbuatan teroris yang menyebarkan senjata bio kimia ke Amerika. Serangan kematian itu semakin lama semakin menyebar. Semakin banyak orang yang mati dan pihak yang berwenang masih belum dapat memastikan penyebabnya apa, hingga akhirnya warga New York disarankan untuk meninggalkan kota. Yang mereka tahu adalah manusia yang menjadi korban something happening ini menjalani tiga tahap yaitu: (i) kehilangan kemampuan bicara, (ii) disorientasi fisik, dan tahap akhir (iii) kematian.

Tokoh kita, Elliot Moore (Mark Wahlberg), sang istri Alma Moore (Zooey Deschanel), sahabat karibnya Julian (John Legizamo) dan putrinya Jess (Ashlyn Sanchez), pun meninggalkan New York, berharap bahwa mereka dapat selamat di kota lain. Akan tetapi, nasib berkata lain. Kereta mereka terputus di tengah jalan. Membuat mereka harus berjuang sendiri untuk bisa bertahan hidup. Para tokoh harus berjuang melewati ketiadaan komunikasi, terbatasnya transportasi, terputusnya jalan akibat mayat, hingga something happening yang memburu mereka.

Film menjadi bertambah dramatis dengan banyaknya adegan menampilkan kematian demi kematian manusia. Satu persatu manusia di film itu mati secara mengenaskan. Kita bisa menambah referensi mengenai 101 cara untuk mati dari film ini, baik karena happening ini maupun sebagai bukti keegoisan manusia. Beberapa adegan kematian sungguh sadis dan membuat mual. Bahkan membuat penonton berpikir ’sungguh cara yang mengerikan dan memakan waktu lama untuk mati’. Bagi yang tidak tahan melihat darah dan potongan tubuh, sebaiknya tidak menonton film ini, atau menonton sambil menutup mata ketika merahnya darah menghiasi layar (seperti yang saya lakukan hehehe).

Sayangnya, pada 15 menit pertama, The Happening sudah membocorkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang tengah menimpa umat manusia. Bahkan banyak adegan menampilkan analisa mengenai penyebab terjadinya fenomena alam yang ditayangkan di televisi dan ditonton oleh para tokoh, lengkap dengan penjelasan ilmiahnya. Kemudian film pun langsung bergeser pada upaya sang tokoh bertahan hidup dan menghindari something happening itu. Walaupun tidak dibeberkan secara lengkap penyebab fenomena tersebut, tapi hal tersebut menbuat cukup membuat The Happening menjadi datar. Penonton pun tidak lagi bertanya-tanya ’Why it is happening?’ melainkan lebih tertarik pada ‘What’s next? What other ways to die that the film want to show me?”. Jika saja kemisteriusan fenomena ini disimpan untuk akhir dan membiarkan penonton bertanya-tanya, tentu film ini akan lebih menegangkan.

Alur film pun dapat relatif mudah ditebak. Kengerian-kengerian yang terjadi sudah dapat terbaca oleh penonton tanpa ada kejutan lain. Bahkan banyak adegan-adegan yang dirasa tidak penting dan tidak terkait dengan inti film. Belum lagi klimaks yang terkesan dipaksakan. Segala peristiwa yang mencengangkan dan mengerikan itu diberikan klimaks yang sangat biasa. Membuat saya berkomentar ”Hanya begitu saja?” Film ini juga merupakan salah satu film khas Hollywood yang ’gatal’ untuk tidak menambahkan nuansa romantis bagi para tokohnya. Romantisme menjelang klimaks sebenarnya cukup memberikan mood sendu, hanya saja seperti yang saya bilang, terlalu dipaksakan. Tidak, fim ini tidak memberikan adegan percintaan yang menggebu-gebu. Tapi romansa menjelang klimaks itu sangat mengganggu ketegangan yang dirasakan. The Happening akhirnya ditutup dengan teaser yang oh so predictable dan sangat pasaran.

Karakter tokoh di film The Happening juga tergolong agak lemah dan sangat tergantung pada orang lain. Satu-satunya karakter kuat di sini adalah Elliot Moore yang digambarkan berusaha berkepala dingin dan berusaha memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah. Elliot Moore bukanlah tipikal tokoh utama yang macho dan keluar menjadi pemenang dengan mengalahkan segala yang menghambatnya. Elliot adalah tipe lelaki biasa yang memiliki masalah dalam rumah tangganya namun tetap berusaha untuk melindungi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Hal yang cukup menghibur adalah ketika Elliot di salah satu adegan berusaha menerapkan pendekatan ilmiah yang dipegangnya untuk mengambil keputusan di tengah padang liar. Satu lagi, sahabat Elliot, Julian, sepertinya terlalu cepat masuk dalam deretan korban, padahal saya sempat berharap adanya dua sudut pandang dalam film ini, sudut pandang Elliot dan Julian. Tapi harapan tinggal harapan.

In the end, The Happening is not THAT Happening.

Tapi untuk pesan moral yang dibawanya, The Happening cukup mengena: Don’t mess with nature, maybe it will take revenge.

P.S. Sudah berapa banyak kata Happening muncul dalam review ini ya?

4 comments:

'M ' said...

Good review... but I still think this is a good Shyamalan film :D

Gue rasa pesan moralnya adalah "Dude, if Mother Nature gives you whole loads of shits, that probly coz you'd been notty!"
Dan iye... pada dasarnya film ini hanyalah soal sekelompok loser yang bertahan dan selamat just because of their sheer luck. Nature does not discriminate ditambah Shyamalan pada dasarnya demen banget bikin karakter anti-hero. (kecuali dalam unbreakable)
Gue sangat bersyukur orang-orang yang mati itu nggak lantas bangkit kembali dalam bentuk zombie. Hihihih...
Btw yang kurang dalam film ini adalah penggambaran kota mati. Nanggung banget untuk kategori R-Rated film. Kurang gore!

Noir - said...

Yep, you probably right M. Gue memang ga terlalu suka film horror begini, jadi karya Shymalan lainnya juga kurang sering nonton. Karakter ama plotnya bikin gemes, gitu gitu aja hehehe....

Siapa tahu nanti The Happening (in France) ada kota matinya :P

Winna Efendi said...

aku belum nonton, karena film ini masih kalah bersaing sama kungfu panda dan hulk yang pengen kutonton duluan. tapi gosipnya shyamalan sempet bilang kalo film ini akan lebih baik dari film-film sebelumnya yang agak gagal (walau aku suka banget sama Lady in the Water)..

ternyata it's not that happening ya? :)

Noir - said...

Hmm...ya kalau menurutku gitu sih Win. Terlalu banyak adegan 'biasa' yang under expectation. Tapi mungkin kalau suka Lady in the Water, dirimu bisa terhibur dengan film ini.

Btw, lebih seru Kungfu Panda dan Hulk hehehe

Post a Comment