Nov 24, 2011

Balon Merah Muda


Setiap kali melihat balon berwarna merah muda, saya selalu teringat kamu. Padahal kamu paling benci dengan warna merah muda. Warna ambigu, katamu, tidak merah dan tidak putih. Kamu lebih suka dengan warna-warna tegas, seperti hitam, merah, ataupun biru. Mungkin warna yang kamu sukai mencerminkan kepribadianmu yang tegas, tak mudah digoyahkan oleh apapun juga, bahkan oleh orang yang kamu cintai sekalipun. 

Saya tak pernah tahu kenapa sore hari itu kamu membeli sekumpulan balon berwarna merah muda. Saya masih ingat sore itu, sore yang cerah tak berawan, sore yang langka kita dapati di musim hujan, di mana hampir setiap sore hujan selalu turun membasahi bumi. Tapi saya tidak peduli apakah cuaca sedang cerah ataukah hujan, selama saya bersama kamu. 

Sore itu juga menjadi sore yang langka karena itu adalah kali pertama kamu mengajak saya pergi. Biasanya saya yang selalu mengajakmu pergi. Kadang kamu mengiyakan, tapi lebih sering lagi kamu menolak. Kamu lebih senang berdiam di rumah, membaca buku di teras belakang sambil menyeruput secangkir cokelat panas. Kamu sering lupa bahwa ada saya di sana, duduk di kursi rotan di sebelah kamu, memandangi kamu yang tenggelam dalam dunia penuh cerita. Tapi tidak apa, saya sudah cukup puas dengan menemani kamu. Terkadang, ketika kamu sedang bosan membaca, kita menghabiskan waktu dengan bercakap-cakap tentang berbagai macam hal, dari mulai buku (topic favoritmu), film (topic favoritku), atau hal-hal lainnya yang saat itu sedang terlintas di pikiran kita. 

Sore itu kamu mengajak saya ke taman bermain. Kenapa taman bermain? Saya juga tidak pernah tahu. Mungkin kamu terinspirasi oleh komik-komik yang suka kamu baca, di mana banyak pasangan yang mengalami kencan romantis di taman bermain. Walaupun saya tidak pernah yakin bahwa kita adalah pasangan. Kita memang sering bersama, tetapi apakah itu berarti kita pasangan? Bukankah hanya saya yang sering mengutarakan kata cinta? Sementara kamu hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Tapi tidak apa, saya memiliki cukup banyak cinta untuk kita berdua. 

Di taman bermain itu, di sore hari yang langka itu, kamu mengajak saya mencoba berbagai macam wahan yang ada, dari mulai wahana yang lucu dan menyenangkan sampai wahana ekstrim yang membuat perut saya bergejolak. Kamu tertawa senang melihat saya yang kepayahan mencoba mengimbangi semangatmu yang membara. Kamu menggoda saya yang meminta time out setelah mencoba wahana yang nyaris membuat saya muntah. Kamu membelikan saya minuman dingin saat saya benar-benar muntah setelah menemani kamu naik wahana yang berputar-putar di angkasa. Kamu menggenggam tangan saya ketika kita mencoba bianglala dan memandangi senja yang perlahan datang.

Puas bermain, kita pun duduk kelelahan di salah satu bangku di taman bermain itu. Saya yang masih mencoba mengatur nafas, sementara kamu sepertinya masih memiliki begitu banyak energi. Kamu pun lalu berpamitan hendak ke kamar mandi dan ketika kembali, kamu sudah memegang sekumpulan balon berwarna merah muda. Sampai hari itu berakhir, sampai matahari sudah terbenam dan hari beranjak malam, kamu masih memegang kumpulan balon merah muda itu. Dengan latar belakang malam gelap, balon-balon merah muda itu begitu terang mencerahkan malam. Barulah setelah kita berjalan kaki kembali ke rumah, kamu melepaskan balon-balon merah muda itu satu per satu. Membumbung tinggi ke angkasa dan perlahan menghilang. Kamu terlihat begitu damai, begitu bahagia. Dan dengan bodohnya saya berpikir bahwa mungkin inilah saatnya kita benar menjadi pasangan.  

Saya seharusnya tahu, bahwa kamu tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan. Seperti juga kamu punya alasan untuk bersama saya. Seperti juga kamu punya alasan untuk tidak lagi bersama saya. Hanya beberapa minggu setelah kamu melepaskan balon-balon merah muda itu, kamu pergi. Kamu melepaskan saya, seperti kamu melepaskan balon-balon itu. Mungkin itu seharusnya menjadi pertanda bagi saya, tapi sayang saya terlalu bodoh atau tidak peduli akan pertanda itu.

Seharusnya saya teringat kamu ketika melihat warna-warna yang tegas. Kamu yang begitu tegas ketika kamu memutuskan pergi. Tak ada satu pun alasan yang saya kemukakan yang membuat kamu tinggal. Ketika kamu memilih untuk pergi, maka kamu akan pergi. Jadi sungguh tepat kamu memilih warna merah muda untuk balon-balon itu, warna yang ambigu, karena saat kamu pergi saya merasa bahwa waktu-waktu saya bersama kamu adalah waktu ambigu karena kita tidak melangkah ke manapun, terhenti di persimpangan.Kita bukanlah pasangan. Kita hanya dua orang dengan hubungan yang ambigu.

Sekarang, setiap kali melihat balon merah muda, saya selalu teringat kamu. Tapi apakah kamu mengingat saya ketika kamu melihat balon merah muda?

0 comments:

Post a Comment